Rabu, 13 April 2011

Kerajaan Phyton






Di bawah Bukit Tidar, telah ratusan tahun terjadi sesuatu yang menakjubkan dan tiada seorang manusiapun yang mengetahui hal tersebut. Kejadian ini hanya dilakukan oleh sekelompok makhluk hidup yang hidup menyendiri dan terbebas dari kerusakan lingkungan yang terjadi di lereng Bukit Tidar ataupun kawasan lainnya. Makhluk hidup tersebut tidak pernah berdekatan dengan penghuni bumi, terutama manusia dan antara mereka bahu membahu saling bekerja sama demi kehidupan mereka sendiri, mereka melakukan itu semua karena terdesak oleh manusia yang tamak sejak awal milineum ke-3. Mereka membuat lobang lobang gua yang panjang hingga puluhan km dengan mulut gua berada dekat puncak Gunung Merapi yang masih terpencil.

Sementara itu sudah beberapa dasawarsa wilayah Bukit Tidar terlepas dari perhatian Mr. DevilMan, sedangkan wilayah lainnya sudah rusak parah akibat ketamakan Mr. DevilMan. Wilayah yang dulu dinamakan Kota Semarang, sekarang sudah rata dengan tanah dan rusak parah penuh dengan galian tambang dan dampak ledakan bawah tanah.

Kendaraan berat sudah berdatangan ke kawasan Bukit Tidar, sebentar sebentar terdengar deru mesin pasukan pasukan Mr DevilMan yang garang tanpa mengenal belas kasihan. Tanpa meminta ijin kepada tuan rumah, mereka langsung meratakan banginan rumah mereka demi kepentingan GangMonster, demikian masyarakat Pulau Jawa memberi nama pada pasukan Mr. DevilMan.

Hari demi hari di kawasan Bukit Tidar hanya terdengar suara ledakan senjata laser untuk menghancurkan lapisan lapisan tanah yang ada di bawah permukaan bumi. Suara bising dan getaran bumi telah membuat machluk machluk tersebut menjadi panik dan ganas, siap mematuk dan melilit bahkan melahap siapa saja manusia yang mengganggu ketentraman mereka. Mereka tidak lain adalah sekelompok phyton raksasa yang hidup ratusan tahun. Mereka sebelum kedatangan Mr DevilMan hidup dengan tentram dan damai, sehingga mereka mampu berkembang biak menjadi ribuan jumlahnya, dan bertambah luas pula gua gua yang menjadi pemukiman mereka. Bahkan pada saat bencana besar meletusnya Anak Gunung Krakatau pada tanggal 15 Maret 2216, sebagian besar mereka berhasil bertahan hidup.

Kepala mereka kini ditegakan, lidah mereka sudah terjulurkan dan ekor mereka siap melibas siapa saja yang berani mengganggu ketentraman mereka. Sedangkan di luar sana, sebagian besar ilmuwan GangMonster telah berputus asa, karena kandungan mineral dan energi yang dibutuhkan GangMonster untuk dieksport ke seluruh dunia ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Kekesalan ini rupanya sampai di meja Mr. DevilMan yang dengan penuh kecewa segera melaju ke Bukit Tidar dengan disertai ratusan pasukan pengawal setianya.

Mr. DevilMan dengan penuh murka mengusir semua penghuni Bukit Tidar dengan kasar. Termasuk sahabat sahabat Galang yang mengikuti orang tua mereka masing masing.

Kecuali Galang, Rush, Smart dan BraveMan yang tetap tinggal karena mereka semua tidak memiliki siapa siapa lagi, kecuali Bukit Tidar tempat kelahiran mereka. Ke lima anak setengah robot itu hanya bisa menangis, apalagi setelah gang itu memasang bahan peledak yang kuat sekali, untuk meruntuhkan lempeng lempeng bumi di bawah sana, agar mampu mendapatkan zat zat langka yang berharga mahal.

Merasakan Bumi Tidar yang berguncang hebat, kelima anak anak setengah robot itupun menjadi takut, dengan perasaan yang sedih dan kecewa, mereka akhirnyapun menyingkir jauh jauh dari Sapta Arga, tempat GangMonster bermarkas. Namun hati kelima anak malang itu tetap tak mampu meninggalkan Bukit Tidar, tempat mereka lahir, bermain dan menjalin persahabatan, meski sekarang tanpa kehadiran Mei Lan, Albert dan anak robot dari Merkurius MerCy -212, yang sudah agak lama meninggalkan mereka.

***
2
“Aku merindukan Tidar” sendu Rush, terdengar memenuhi padang tak berpohon tempat mereka berlima beristirahat di suatu sore dalam perjalanan tak tentu arah.

“Kini kita sudah tidak punya siapa siapa lagi, sahabatku !. Lupakan rumah kita, kini padang gersang ini jadi milik kita, Bukan kali ini saja kita mengalami seperti ini Rush ?”

“Aku tahu, Galang !. Tapi untuk meninggalkan rumah, aku belum mampu, kawan !”

“Terus apa yang dapat kamu perbuat, kawanku……? “ Sahut Galang yang tidak sempat meneruskan kata katanya , karena padang yang mereka duduki telah bergetar hebat dengan retakan retakan tanah menganga di sana sini. Mereka semua telah kehilangan keberanian menghadapi itu semua.

“ Lari !!!!!..cari tempat aman…ikuti aku….!!!!!” Teriak Galang yang berlari sekuat tenaga menuju tepian padang yang masih terdapat naungan beton beton kokoh.

Getaran bumi yang begitu kuat, karena ulah Mr. DevilMan belum semuanya membuat kepanikan petualang malang itu. Tidak berapa lama, sesuatu yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya dan membuat tubuh mereka semua seakan tak bertenaga lagi.

“Galang, lihat !!!, dari retakan tanah itu muncul ular ular besar dengan kepala tegak, aku takut Galang !” teriak Smart seraya memeluk tubuh Galang yang diikuti oleh semua sahabatnya. Sehingga ke lima anak anak robot itu kini hanya bisa saling berpelukan.

“Aku tidak tahu, aku harus berbuat apa. Sementara kita jangan bergerak…ular bisa melacak musuhnya dari gerakan kita. Mumpung mereka masih jauh, kita jangan bergerak” pinta Galang yang disambut setuju mereka semua.


“Galang, aku punya pendapat…kita cari akal…bagaimana mengetahui bahasa mereka. Sehingga kita bisa berkomunikasi dengan ular ular itu “ pendapat BraveMan cukup masuk akal juga.

“ Siapa yang mengerti bahasa ular, atau frekuensi gelombang yang bisa ditangkap otak mereka “ seru Galang.

“Bukankah MerCy bisa melakukan itu ?“ Smart mencoba mengemukakan pendapatnya.

“ Oh, aku lupa …oh ya..MerCy mampu melakukan itu !. Tunggu, teman teman aku akan coba kontak dengan MerCy” jawab Galang.

“Cepat kau lakukan Galang, mereka bertambah dekat “ desak Rush.


Ulat ular yang jumlahnya ratusan dengan beberapa diantaranya berukuran raksasa, kini tepat beberapa meter di depan ke 5 petualang kecil itu, yang sedang saling berpelukan dengan seluruh tubuh gemetar. Namun ular ular itu seakan-akan tahu bahwa mereka berlima adalah penghuni Tidar dari bau yang ditangkap indera ular ular tersebut. Ular ular itu semua kini menunjatuhkan kepala mereka masing masing ke tanah, namun tubuh mereka masih bergerak terus, seakan akan mereka hendak menyampaikan sesuatu.

Kilauan sinar dari atmosfer dengan cepat meluncur di depan mereka berlima, setelah pudar silau sinarya, tampaklah Robot MerCy-212, yang mengetahui sahabat sahabatnya dari bumi sedang dilanda ketakutan yang mencekam.

“Baiklah, Galang, aku akan mencoba merekam pembicaraan mereka dan dari memoriku, aku bisa mengetahui bahasa mereka,…yang di planetku tidak ada, aku baru melihat pemandangan seperti ini. Baiklah, teman teman…tunggu sebentar !”


3
Mereka berlima menjadi saling berpandangan dengan tangan mereka masih bergandengan satu sama lain. Hati mereka masih diliputi perasaan yang tidak menentu dan berharap cemas semoga teman dari Merkurius itu mampu mengatasi phyton raksasa yang sungguh sangat menakutkan.

“Mengapa kamu takut dengan mereka, mereka tidak akan menerkamu ?” Seru MerCy

“Jelas, aku tidak tahu kalau mereka tak berniat jahat, aku tidak tahu bahasa mereka” jawab Rush.

“Baiklah teman teman, kamu bisa berbicara dengan mereka melalui aku, Karena aku bisa menerjemahkan bahasa kamu dan ular itu, nah Galang!, apa pesan kamu untuk mereka !”

“Sampaikan..Mer ? Selama beratus tahun masyarakat Tidar tidak pernah mengganggu mereka, maka tolong jangan menyerang kami berlima dan masyarakat Tidar yang nekad tidak mengungsi.Mereka semua tak bersalah “

“Galang !, mereka tahu semua itu, mereka bisa membedakan dari bau yang mereka kenal selama ratusan tahun. Maka kau sekarang aman di sini atau bila kau mau kembali ke rumah masing masing”

“Aku takut pulang kerumah aku “ BraveMan mengungkapkan kesedihanya pada robot Merkurius.
“Mengapa…Brave ?” Tanya Mer.
“Kami diancam oleh GangMonster, bila kami kembali ke Sapta Arga.
“Oh..itu masalah mudah bagi Laskar Phyton, mereka bisa dengan gampang menerkam satu demi satu GangMonster” jawab Mer
“Oh..jangan diterkam…kasihan, mereka ditakuti saja, kecuali kalau mereka menyerang Laskar Phyton”
“Baik Galang, akan aku sampaikan pada mereka “
“Sampaikan pula pada mereka, Mer ?” pinta BraveMan.
“Apa pesan kamu ?”
“GangMonster sangat berbahaya. Mereka juga bersenjat laser. Sehingga mereka dengan mudah bisa menghancurkan Laskar Phyton. Seranglah mereka di malam hari, sehingga mereka akan panik dan lari tunggang langgang”
“Baik Brave, temanku. Akan aku sampaikan “

Mereka berlima sudah bisa bernafas dengan lega, dan kini mereka duduk melingkari Mer. Meski tubuh raksasa Laskar Laskar Phyton sudah mulai menyentuh tubuh mereka dan sebagian lagi melingkar di tubuh petualang petualang malang itu, sebagai tanda mereka menerima persahabatan dengan anak setengah robot dari Bukit Tidar.

“Galang ! dan semua temanku, mereka menerima permintaan kamu semua. Perlu diketahui juga, meski mereka hanya Phyton, tapi mereka telah mengalami mutasi hingga mereka bukan lagi Phyton di masa lalu. Merekapun mampu menghadapi GangMonster itu, kalian semua jangan kuatir. Nah sekarang mereka semua bersiap kembali ke sarangnya. Sekarang kalian semua ikut aku, kebetulan ortuku sedang beristirahat di Telaga Sarangan, di kaki Gunung Lawu”

Mereka kini bisa tersenyum ceria tanpa menolak permintaan Mer. Sebuah pengalaman baru telah berlalu di hidup mereka.

Kamis, 07 April 2011

Demokrasi Kopi Pahit Pak Guru

Rumah berhias bunga warna warni yang tegak di vas berbagai ukuran itu kelihatan asri. Tanaman bunga berjejer di beranda setinggi setengah badan, sedangkan sebagian lainnya bergantung sepanjang tepi beranda. Sehingga rumah sederhana yang setengah berdinding papan itu tenggelam dalam lautan warna warni kembang. Belum lagi pekarangan rumah yang hanya beralasan rumput taman dengan ketinggian yang sama, terlihat seperti permadani hijau bertepi pagar bambu yang sudah mulai kelihatan lusuh. Di tengah permadani hijau itu, berjejer rapi paving block selebar lebih dari satu meter menuju pintu depan rumah. Sedangkan di tepi tepi pekarangan itu tumbuhlah tanaman tanaman obat dan bumbu dapur, seperti tanaman kunyit, kumis kucing, jahe dan tanaman dapur lainnya.

Sepintas bagi siapa saja yang menapakan kaki di rumah Pak Guru Susanto, akan merasakan kesejukan hati, lantaran suguhan estetika Pak Guru yang setengah baya itu dalam menata rumahnya. Kesejukan hati terasa lebih melekat lagi, bila mereka mendapatkan sambutan sebuah senyuman pak guru, yang gampang terlontarkan pada siapa saja yang berkunjung. Termasuk senyum tulus pak guru kepada Pak RW yang sekali sekali mampir di rumah teman kentalnya yang sudah bertahun dikenalnya, entah hanya iseng saja atau berdiskusi mengenai pembenahan kampung mereka yang masih harus banyak dibenahi. Mereka berdua sering berdiskusi dengan kentalnya, sekental kopi pahit yang mereka nikmati bersama sesudah selesai melakukan kerja bakti bersama.

Tak khayal lagi mereka berdua kini kembali berdiskusi, layaknya anggota dewan yang sedang mencari aspirasi guna memberi advisenya kepada pemerintah, seperti yang terjadi pada Hari Minggu pagi ini. Dengan beberapa teguk kopi pahit saja, pembicaraan mereka terkadang melebihi hasil studi banding wakil rakyat ke negeri sebrang. Apalagi saat hari Minggu ini, beberapa fans pak guru murah senyum itu sengaja mejeng, mirip anak ABG gaul menunggu sang kekasih hati. Tentu saja Pak RW tidak ketinggalan pada suasana pesta kopi pahit di rumah pak guru itu yang layaknya menjadi ajang mendapatkan aspirasi untuk pembangunan wilayahnya.

“Agak lega pikiran saya, Pak Santo !. Hujan sudah mulai berkurang, lantai rumah warga sudah mulai kering. Tapi aku masih kuatir, kadang kadang hujan besar masih bisa turun. Kasihan warga yang rumahnya kebanjiran”, kepedulian Pak RW mengawali “pesta kopi pahit” kesukaan pak guru dan Pak RW. Sementara Pak Burhan, Pak RT kian akrab dengan singkong goreng dan kopi pahit yang menjadi menu yang cocok di Hari Minggu pagi yang masih digayuti awan hitam.

“Pak RW !. aku setuju dengan gagasan yang digosipkan banyak warga, agar kita mem-planing-kan peninggian jalan dan pengerasan saluran warga yang sering mampat di sana sini. Karena yang aku takutkan hanya wabah diare dan virus tukus yang sering
melanda pemukiman yang banjir”, pak guru dengan senyuman yang khas mencoba untuk menyemai gagasan kepada mereka yang duduk melingkar di atas kursi bambu, di bawah pohon mangga yang rindang.

“Aku setuju dengan gagasan pak Santo, hanya kendala kita tetap di dana. Keadan warga kita yang pas pasan jelas tidak mampu mendanai proyek ini” jawab Pak RT.

“Itulah masyarakat kita Pak RT, bayangkan saja sebagian besar warga kita adalah warga tidak mampu, mereka hanya abang becak, pemulung, kuli bangunan dan pengemis, paling banter hanya buruh pabrik Padahal kita bermukim di atas kawasan banjir rob dan hujan. Aku sendiri sangat kuatir dengan penyakit penyakit itu. Bahkan sebagian warga kita sudah ada yang menderita gatal gatal “ Seteguk kopi pahit, kini menyegarkan wajah Pak RW yang dilintasi perasaan prihatin.

“Yaah, itulah kampung kita, banyak sebenarnya yang harus kita perbuat, tapi bila kita saksikan betapa jatuh bangunnya saudara kita yang miskin, kitapun menjadi pesimis untuk membenahinya “ pak guru juga mempunyai nurani yang sama dengan Pak RW.

“Contohnya aku Pak Santo”
“Aku tidak bermaksud menghinamu. Lho, Pak Karim !”
“Memang itu kenyataan, Pak Santo, jadi aku tidak menganggap Pak Santo menghinaku. Sekarang abang becak sepertiku, tidak bisa menjamin penghasilan yang lumayan. Karena keadaan, tapi aku juga punya pendapat, lho !” Pak Karim tidak mau kalah dengan peserta pesta kopi pahit lainnya.

“Pendapat, apa Pak !“ sahut Pak RW
“Meski aku hanya tukang becak, namun aku mau kalau tiap warga ditarik lima ribu per bulan”
“Ya, nanti di rapat RT tolong dikemukakan” pinta Pak RT.
“Bagaimana, Pak Santo ?” kembali Pak Karim mencoba meyakinkan gagasanya itu.
“Oh itu gagasan yang menarik, Pak Karim. Hanya saja, jumlah warga di RW kita berapa ya Pak ?” Tanya Pak Santo pada Pak RW.
“Sekitar 250 warga”
“Jadi tiap bulan kita hanya mampu mendapatkan dana sebesar kira kira satu juta lebih sedikit. Padahal wilayah 1 RW meliputi 12 RT, jelas kapan kita mau selesai. Dengan dana sekecil itu , saya kira kita belum mampu membenahi kampung kita”
“Apa kita naikan menjadi sepuluh ribu, Pak ?”
“Ah, terlalu tinggi, Pak Karim !. Kasihan warga !“
“Betul, Pak Santo, aku juga tidak setuju !’ Pak RW juga menyetujui pendapat Pak Santo, lantaran mereka tahu persis keadaan tetangga tetangganya.

“Atau kita kerjakan semampu kita Pak RW, bertahan meski selesai beberapa tahun mendatang “ usul Pak RT
“Memang, begitulah kemampuan kita Pak RT. Habis mau bagaimana lagi “
“Aku juga sependapat dengan Pak RW, hanya saja iuran warga setidak tidaknya disetujui semua warga. Tetapi kita harus juga mencari cara lain untuk membenahi kampung ini”
“Pak Santo, punya ide lain ?” Tanya Pak Karim.
“Ah..kita sudah terlalu serius, ayo dong habiskan pisang dan singkongnya !”

Pak guru yang murah senyum itu, kembali menawarkan suasana agar lebih rileks lagi, lantaran diskusi anak bangsa yang masih terjerambab dalam kehidupan yang pelik itu menjadi bertambah serius. Pak guru itupun kemudian meningalkan mereka sementara untuk menambah kopi pahit dengan sedikit gula, karena kopi yang ada di eskan sudah mulai mendingin.

“Ayo bapak bapak, kopi pahit ini akan menambah gairah kita untuk menjual ide masing masing”. Ucapan dan senyuman pak guru itu disambut dengan suasana meriah dari yang hadir di situ.

“Pak Santo ada ada saja !” Pak Kalim langsung menuangkan kopi panasnya ke dalam gelasnya yang sudah kosong.
“He.he..trimakasih, Pak Santo !” jawab Pak RW.
“Ah apa sih, cuma kopi pahit saja “ Seloroh Pak Guru Santo, dan dilanjutkan dengan nada pekataan yang serius, namun senyum yang tulus tetap menggurati wajahnya.
“Bapak bapak !, kita harus berbuat sesuatu, tidak mungkin hanya dengan mengandalkan uang warga” Pak Santo memang kelihatan sangat bergairah untuk mengentaskan lingkungan dan masyarakatnya.
“Caranya, bagaimana Pak Santo ?” Tanya Pak RT.
“Pak Santo, dari semua warga di wilayah ini, hanya Pak Santolah yang berpendidikan dan berwawasan luas, sedangkan kami kami ini hanya tenaga kasar, pendidikan kami paling tinggi hanya sampai SMP, maka ide gagasan Pak Santo kami butuhkan” pernyataan Pak RW tersebut hanya disambut senyuman ramah Pak Santo.
“Begini saja, bapak bapak. Wilayah rw kita kan sebenarnya hanya korban dari pembangunan wilayah yang ceroboh. Kita perhatikan dahulu wilayah kita tidak pernah banjir, bahkan seluruh saluran warga bisa berjalan lancar. Namun sekarang. Akibat pembangunan pabrik, hotel dan perkantoran yang semena mena, wilayah kita menjadi tergenang” Pak Santo dengan lancar dan berwibawa menyampaikan makalahnya pada semua hadirin pesta kopi pahit itu.
“Terus, ide Pak Santo bagaimana ?” Tanya Pak RW.


4
“Kampung kita berhak untuk mengajukan diri sebagai kampung binaan. Nanti aku akan minta informasi lebih lanjut ke berbagai pihak. Terutama pengajuan proposal ke DPRD, agar mereka mendesak pemerintah daerah untuk membenahi kampung kita”
“Apa bisa Pak Santo, kita mendapat bantuan pemerintah?” Tanya Pak Karim
“Kenapa tidak ?. Hanya saja aku tidak berjanji, aku hanya mencoba mencari jalan keluar untuk kampung kita yang sebenarnya hanya menjadi korban pembangunan yang menepiskan keserasian lingkungan, habitat dan drainase. Dan sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk ikut membenahi kampung kita. Termasuk juga pengobatan masal oleh berbagai pihak, dari tahun ke tahun selalu ada saja warga kita yang terkena penyakit DB, virus tikus, malaria dan lain sebagainya” Pak Guru Santo tidak meneruskan lagi lagi orasi ilmiahnya, seteguk kopi pahit memberhentikan orasinya itu namun senyum masih saja menghiasi wajahnya yang dipenuhi guratan penderitaan hidup sebagai seorang guru swasta di kotanya.

Semua hadirin pesta kebun itu kini hanya mampu saling pandang satu sama lainnya, seperti tersesat kehilangan arah di tengah padang rumput. Sementara mendung di langit sudah terkikis dihempaskan angin tenggara, tinggalah kini sengatan matahari yang berada tegak lurus di atas kepala mereka, pertanda mereka semua harus minta ijin pulang. Rapat kopi pahit itupun kini usai namun masih menyisakan senyum tulus Pak Guru Susanto.

Minggu, 03 April 2011

Sahabat Pangeran Dari Planet Merkurius

Rush sudah gabung dengan Galang dan sahabat sahabat setianya, mereka semua sungguh senang hatinya. Terlihat pada wajah mereka yang selalu berseri, mereka kini bermain sepakbola di lereng Bukit Tidar, pada suatu pagi di Hari Minggu. Bergantian mereka menendang bola kesana kemari dan saling berkejaran, menimbulkan debu debu berterbangan yang berwarna kemerahan.

Namun tiba tiba saja Galang menghentikan permainan sepak bolanya, karena merasakan getaran pada gendang telinga elektriknya. Sebuah cahaya berkecepatan tinggi menuju ke arah mereka. Semua sahabat sahabatnya juga merasakan hal serupa. Spontan mereka bersama menghentikan permainan mereka, dan kini tiba tiba saja dihadapan mereka terlihatlah sebuah gumpalan cahaya berkilauan, yang lama kelamaan menjadi pudar. Kini cahaya itu hilang dan di depan mereka kini berdiri sosok anak yang semua tubuhnya terbuat dari logam yang belum pernah mereka temui. Pertanda robot anak tadi tidak berasal dari bumi.

“Teman teman kita kedatangan sahabat dari planet lain, kita sambut dia yo..!” pinta Galang kepada semua sahabatnya.

Robot dari planet itu masih tetap diam terbujur kaku, sepintas dia kelihatan seperti benda mati. Namun beberapa saat kemudian robot itu mengulurkan sebelah tanganya ke arah mereka semua.

“Galang, dia minta salaman dengan kita, mungkin dia mau mengucapkan salam persahabatan” seru BraveMan, Sahabat sahabat Galang lainnyapun setuju dengan ucapan anak bandel BraveMan.

“Di planet dia tidak ada salam persahabatan, tidak seperti kita, dia hanya mau merekam memori di otak kita dengan alat yang dia miliki. Agar dia mengerti bahasa kita dan bisa gabung dengan kita” jawab Galang.

“Ah…darI mana kamu tahu Galang, jangan jangan dia bermaksud jahat, hati hati Galang” pinta Mei Lan yang sedari tadi sudah merasa ketakutan dengan kedatangan robot dari luar bumi.

“Aku kira tidak Mei !, kalau dia bermaksud jahat tentunya dari tadi dia sudah menyerang kita. Coba akan aku gabungkan tanganya dengan tanganku, siapa tahu dia bisa merekam otak saya “

“Lantas kalau dia bisa merekam otak kita, apa yang akan dia lakukan. Galang?” seru Rush.

“Dia ingin seperti kita, Mengenal antara kita semua dan segala sesuatu tentang kita” seru Galang yang akhirnya mendapat persetujuan teman temannya untuk menggandeng tangan robot tadi. Tangan Galang yang terjulur segera disambur tangan robot itu. Kini Galang merasakan seluruh tubuhnya terasa kesemutan, yang tidak seberapa kuatnya. Tidak beberapa lama getaran lemah di sekujur tubuh Galang telah terhenti dan lampu lampu yang ada kepala logam robot aneh tadi menyala.

Semua sahabat Galang sekarang menjadi terperangah, karena robot aneh tadi,memutarkan seluruh tubuhnya, dan tak lama pula terdengarlah nada seperti seorang anak yang kegirangan dan berkata :

“Ah..Bim…Bim, selamat berkenalan denganku, namaku MerCy212, kamu cukup memanggilku Mer !. Aku tertarik dengan permainan bola kamu semua. Sudah sejak tadi aku memperhatikan permainanmu, maka aku ingin gabung”.

“Eh Galang !, suara robot itu terdengar Bin…Bim, Galang !, benar katamu dia langsung kenal kamu dan tertarik dengan sepak bola kita. Apa di planet ada sepak bola ?. Coba tanyakan Galang ?” Pinta Albert. Tanpa menunggu pertanyaan dari Galang, sang robot tanpa diminta menjawab pertanyaan Albert tadi.

“Ooo..Albert sahabatku..di planetku tidak ada sepak bola, sebab disana temperatur permukaannya sangat panas “ jawab robot yang lagi ceria ini.

“Hee Robot MerCy, kamu belum cerita dari mana asalmu dan mengapa kamu ada di sekitar bumi ini. Apa kamu punya orang tua dan apa keluargamu sedamg piknik ?”.Galang mencoba mengetahui asal usul robot itu.

“Asalku dari Planet Merkurius, yang jaraknya cukup jauh dengan bumi. Aku juga punya orang tua seperti kamu semua, karena kami bukan robot seperti yang kamu duga “

“Apa ada manusia bumi yang pernah pergi ke Merkurius ?” Tanya Mei Lan

“Selama ini belum ada ?”

“Mengapa demikian ?” Albert tak mau kalah dengan Mei Lan yang penasaran ingin mengetahui keadaan alam Merkurius.

“Karena Merkurius paling dekat dengan matahari, maka temperatur permukaannya mampu membakar tubuh manusia, meski dengan pelindung. Di planetku suhu permukaannya mencapai 600 °C, dan disana tidak ada sepakbola karena tanah Merkurius terdiri dari besi dan logam lainnya. Sehingga kalau siang tanah Merkurius membara”.

“Hei , MerCy lantas bagaimana kamu bisa hidup di planetmu ?. seru Galang.
“Planet Merkurius kaya akan jurang yang dalam, yang dihasilkan dari proses tumbukan benda angkasa atau letusan gunung berapi dan terjadinya penyusutan pada saat terbentuknya planet ini dan tata surya kita.Di tebing tebing itulah kami hidup dengan sebuah kerajaan yang besar”
“Kerajaan ?, lantas siapa yang menjadi raja di planetmu ?”, Tanya Smart
“ Bapak aku “
“Jadi kamu seorang pangeran dari Merkurius ?” Kembali Smart bertanya.
‘Betul, Smart sahabatku !”
“Kenapa kamu tanpa pengawal “ sahut BraveMan.
“Pengawalku cukup mengawasi aku dari pesawat ruang angkasa yang sekarang berada di luar atmosfer. Kalau ada apa apa denganku, mereka datang dalam hitungan detik”
“Wah..wah..wah,,,hebat sekali “ MeiLan yang sekarang sudah tidak takut lagi, terheran heran dengan teknologi yang dikuasai oleh penghuni Merkurius.
“Lantas apa tujuan kamu mendatangi bumi. Apa tentara bapakmu bermaksud menguasai bumi. seperti Mr. DevilMan dan tentaranya ?”.
“Meski aku hanya anak kecil seperti kalian semua. Namun aku tahu kalau bapaku tidak punya niat untuk menjajah bumi. Justru kedatangan bapaku ke sini untuk mempelajari bumi, planet milik kalian yang sangat indah dan ramah. Seandainya kalian semua mampu berbuat baik dengan bumi tentunya bumi akan lebih indah lagi”
“Indah ?, aku baru dengar bumi itu indah” bantah BraveMan.
‘Pada millennium ke-2 kalian belum lahir, tim yang dikirim kakek kakeku telah mengagumi keindahan bumi. Rekaman itu sekarang masih ada dan ada di laboratorium penelitian bumi. Sampai sekarang aku sering melihatnya dan bapalu mengijinkan aku sekarang untuk mengunjungi bumi”
“Kalau kita melihat boleh tidak ?”, pinta Rush.
“Kalau kalian serius mau melihat bumi di milenium ke 2, aku akan minta ijin bapaku. Sebab rekaman itu ada di pesawat, jika bapaku mengijinkan aku akan mengajak kalian semua “
“Serius nih Mer !, kita semua akan senang hati, bila kita bisa jalan jalan di pesawatmu, seberapa besar pesawat kamu, Mer !” Galang penasaran dengan tawaran Mer. Hingga kini Galang dan sahabat sahabatnya belum pernah naik pesawat ruang angkasa.
“Luas pesawat milik kerajaan Merkurius kurang lebih sana dengan Kota Semarang “
Semua sahabat Galang kini hanya mampu saling pandang dan berdecak kagum. Selama ini mereka hanya membaca tentang pesawat ruang angkasa milik Mr.DevilMan yang tidak seluas milik anak robot Mer.
“Mer, sekarang saja kamu minta ijin bapak kamu, kami semua sudah tidak sabar untuk berjalan jalan di pesawat Merkurius “ desak Albert diikuti semua sahabat Galang yang kini ikut ikutan mendesak seperti Albert.
Robot Pangeran Mer hanya terdiam, tetapi semua lampu lampu yang ada kepalanya berkelip kelap dan terdengar suara suara dari dalam tubuh Mer yang tidak mereka mengerti. Namun tiba tiba saja belum ada satu menit lamanya, sebuah cahaya dari langit berkilauan mendekati mereka dan kini terlihatkan sebuah pesawat yang siap mengangkut mereka .
Kini mereka senang bukan main, karena bisa berlarian di pesawat milik Mer. Tidak ketinggalan pula mereka kagum bukan main melihat keindahan bumi di milineum ke-2. Pengalaman menakjubkan itu kini bisa mereka ceritakan kepada bapak ibu mereka di rumah masing masing setelah mereka pulang ke rumah mereka. Bapak ibu dan seluruh keluarga yang mendengarnya sama sekali tidak percaya, tapi itulah pengalaman Galang dan sahabat sahabatnya.

Galang Dan Anak Anak Robot

Bumi telah bergejolak demikian liarnya, manusia yang menghuni di atasnya juga terus saja mengalami peperangan demi peperangan. Apalagi waktu telah beranjak hingga abad ke 25. Padahal pada abad itu, peperangan antar Negara sudah tidak menggunakan meriam, tank, bom atau senjata yang dianggap kuno lainnya. Tetapi mereka sudah menggunakan senjata laser dan rudal nuklir. Korban jiwa sudah mencapai ratusan juta di seantero bumi ini, belum lagi mereka yang harus menderita sakit dan cacat karena terkontaminasi radioaktif.

Anehnya tidak ada satu pihakpun yang mampu menghentikan ini semua, padahal sudah banyak kerugian yang diderita umat manusia, bahkan kekayaan bumi seperti hutan, danau zat zat alam yag ada di atmosfer dan kekayaan alami lainnya sudah demikian parahnya mengalami kerusakan. Saat itu memang badan dunia PBB telah hilang dimakan ego manusia.

Namun di tengah hutan beton yang terletak di tengah Pulau Jawa, masih hidup sekelompok masyarakat yang masih menjunjung tinggi persahabatan antara satu dengan lainnya. Meski mereka hidup di tengah kawasan yang mulai miskin oksigen dan rusaknya lingkungan disana sini, namun mereka memandang kesulitan hidup mereka dengan hanya perasaan pasrah saja. Meski mereka sudah tidak dilindungi hukum apapun, namun karena ketertindasan oleh penguasa Mr. DevilMan dari negeri sebrang, mereka yang tertindas sangat kuat menggalang persatuan dan persaudaraan. Tokoh penguasa yang satu ini dengan kelicikan dan kecerdasan yang tinggi, mampu membentuk Gang Monster yang sangat kuat dan berhasil merekrut bayak pengikut sehingga ditakuti di Pulau Jawa.

Dalam perut bumi Pulau Jawa, masih banyak ditemukan mineral dan energi yang mampu membangkitkan ambisi Mr DeviMan dengan bala tentaranya, untuk menguasai kekayaan itu. Niat jahat itu mulai dijalankan, setelah Pulau Jawa dijatuhi bom nuklir ciptaan ilmuwan suruhan Mr DevilMan itu sendiri, pada tanggal 15 Maret 2216 silam. Hingga saat itu populasi manusia di pulau yang menawan ini hanya tinggal seperlima, termasuk saudara saudara Galang yang tinggal di Bukit Tidar. Bukit yang dahulu amat subur, kini tandus kering dan kerontang. Hanya terlihat tanggul-tanggul beton untuk menghindari longsornya tanah yang miring. Sementara pohon pohon besar yang pada abad ke 20 masih berjajar dengan kokoh, kini berganti dengan pilar beton, menara baja dan bangunan beton untuk jaringan listrik, komunikasi, pemukiman dan keperluan manusia modern saat itu.

Kini sudah tidak ada lagi gemercik air kali yang mengalirkan air gunung yang segar dan bersih, untuk mengaliri tanaman padi di sawah yang hijau terhampar luas. Kali dan Sungai hanya mengalirkan air yang berwarna hitam, penuh denga kotoran dan limbah industri, bahkan terkadang sisa radioaktif yang pada abad itu dianggap sebagai sampah biasa.

Oleh karena itu di lereng Bukut Tidar, sudah jarang kita temui manusia yang bertubuh utuh seperti manusia pada abad ke 20 Di tengah masyarakat seperti itulah Galang hidup bersama sama dengan mereka dan teman teman seusianya. Meski bagi kehidupan Galang sudah tidak mengenal sawah ladang lagi, namun mereka yang sebaya denganya, setiap hari tetap beramain di lereng lereng Bukit Tidar yang terhampar rata, sehabis jam sekolah di rumah masing masing.

Pada abad itu sekolah tidak lagi dilakukan di kelas tetapi mereka hanya duduk di rumah masing masing dengan menghadap layar internet untuk mendapatkan pembelajaran dari guru jarak jauh. Semua ulangan, PR dan tugas lainnya cukup ditayang melalui internet dan hasil kegiatan mereka cukup dikirim melalui surat elektronik. Di jaman yang sangat modern itu, mereka tidak sekolah di sekolah masing masing, karena ancaman badai, angin siklon, hujan asam yang mampu membuat luka di kulit tubuh. Ditambah lagi

2
kemanan di kawasan yang sangat rawan akan membahayakan anak anak pergi ke sekolah.

Galang mengikuti program sekolah multimedia untuk jenjang sama dengan SMP di abad ke 20. Usianya kini telah genap 15 tahun, namun Galang berperawakan lebih tinggi dibanding dengan teman sebaya lainnya. Tapi tangan kiri Galang telah diganti dengan tangan elektronik, karena jaringan otot pada lengan kirinya telah rusak karena tadiasi, sedangkan wjahnya masih utuh seperti wajah anak anak seusianya pada abad ke -20. Padaha semua wajah teman Galang tidak utuh lagi. Sebagian dari mereka sudah ada yang menggunakan cangkok mata elektronik, telinga elektronik dan lain sebagainya.

Bila mereka berkumpul di tengah canda ria mereka, sering mereka mengamati gambar hologram anak anak seusianya yang hidup pada 4 abad yang lalu. Dalam hati mereka semua nampak perasaan iri dan keinginan mereka untuk menghijuakan kembali tanah hunian mereka dan semua wilayah yang dahulu disebut dengan Indonesia. Nama Negara Indonesia hanya mereka dengar dari cerita kakek nenek mereka, yang salah satu ceita diantaranya adalah tentang Negara yang dahulunya tentram dan damai, hukum dan undang undangnya betul betul dipatuhi rakyatnya, tidak seperti masa sekarang yang mereka hadapi hanyalah kebringasan tentara robot yang dikendalikan oleh perwira perwira pengikut Mr. DevilMan.

Seperti biasa siang itu udara sangat panas, langit berwarna putih kemerahan. Angin bertiup kencang dan kering. Mereka sehabat sahabat Galang seenaknya, melepas rasa gerah, sebentar sebentar mereka meminum air kran yang bersih tak jauh dari mereka bercengkrama. Sudah lama memang belum hujan, meski bila hujan turun mereka juga menderita. Karena hujan saat itu sudah bercampur dengan bahan kimia dari atmosfer.

“Galang sungguh senang kehidupan anak anak jaman dahulu. Tubuh mereka masih utuh. Masih banyak mereka jumpai pohon dan tumbuhan, sedangkan jaman sekarang tumbuhan telah lenyap dihancurkan debu nuklir ” seru Bridgstone teman akrab
Galang sambil menunjukan buku sejarah miliknya ke arah Galang.

“Tentu Bridge, aku sendiri sering memandang foto foto keluarga dan orang tua kakek dulu. Pakaian mereka sangat lucu. Mereka hidup di tahun 2100. Tapi jaman itu bumi juga mulai gersang, kata kakek sudah jarang mereka temui sawah dan ladang. Apalagi setelah tahun 2114, saat Anak Gunung Krakatau meletus hebat dan tak lama Mr. Devilman menghancurkan Pulau Jawa. Banyak manusia jaman itu yang meninggal, pohonbanyak yang terbakar musnah, Hingga seperti inilah kehidupan kita sekarang “ Galang menjawabnya.

Smart segera mendekatkan badanya ke arah mereka, karena tertarik dengan cerita
Galang dan ikut juga membaca buku sejarah milik Bridgestone. “Kalau aku melihat di Internet tentang kehidupan hewan hewn yang hidup bersama dengan manusia jaman abad ke 21. Woooow..aku ingin membeli kuda, sapi. Dan dengan kucing akupun senang memeliharanya. Tapi dimana kita temukan kucing ya, Galang !”.

Smart bersama sama dengan sahabat Galang lainya kini asyik bercanda ria, seakan akan mereka bercengkerama dengan hewan hewan piaraan manusia yang sudah tidak ada lagi di abad ke-25 itu. Sementara itu hanya Rush yang dari tadi hanya diam dengan pandngan mata yang sayu Sebenarnya sudah dari tadi kawanan anak anak setengah robot itu mengajak Rush bermain, tetapi dia hanya menggelengkan kepalanya, yang separo tulang kepalanya sudah diganti dengan logam.

Bahkan kini Rush telah roboh di tanah dengan tubuh menggelepar dan tak sadarkan diri. Spontan mereka yang sedang bercengkerama menjadi panik dan segera berusaha menolong Rush. Hanya Galanglah yang kelihatan tenang menghadapi kejadian ini. Galang segera memeriksa bagian bagian penting dari tubuh Rush, yang separo sudah berbentuk rangkaian elektronika, sehingga Rush dapat dikatakan adalah manusia robot.

“Apa yang kamu lakukan Galang ?’ protes dari Mei Lan, yang mengkhawatirkan tindakan Galang.

3

“Aku coba memeriksa, barangkali ada jaringan robotnya yang tidak bekerja. Sebagian organ organ tubuh Rush bekerja dengan sistim robot. Hanya jantung, paru, ginjal yang masih asli organ manusia. Otaknya saja sudah separo diganti dengan otak robot. Ini pasti ada bagian yang tidak bekerja “

“Galang !, segera saja kita hubungi orang tua Rush. Agar mereka mengirim Rush ke rumah sakit!” seru Bridge.

“Kita bawa saja Rush ke rumah sakit sekarang. Dia hanya punya bapak dan sekarang di Papua kerja di kantornya Mr. DevilMan. Jadi dia tinggal di block sebelah sendirian. Hanya akulah satu satunya teman Rush. Kasihan dia, he..tolong salah satu dari kalian panggil airtaxi (mobil taksi yang bisa terbang, karena jaman itu mobil sudah tidak berjalan di darat ) dan tentukan posisi kita”.

***

Rumah sakit pemulihan manusia robot terletak di lereng Gunung Ungaran. Rumah sakit itu berdiri dengan megahnya dan modern. Rumah sakit seperti ini hanya terdapat beberapa buah saja di Pulau Jawa dan terletak hanya di kota kota besar yang sekarang dikuasai Mr. DevilMan.

Rush kini sepenuhnya dibawah pemeriksaan dan perawatan dokter robot di rumah sakit Glory DevilMan. Sementara itu sudah beberapa jam lamanya Galang dan teman temanya kini hanya menunggu keadaan Rush dengan harap harap cemas, meski pada jaman itu, semua biaya taksi dan pengobatan di rumah sakit gratis untuk semua masyarakat.

Tidak beberapa lama, terbukalah pintu ruang perawatan robot tempat Rush di rawat dan keluarlah seorang dokter ahli manusia robot, dengan perawakan bule tetapi ramah dan berniat mencari keluarga Rush.

“Hai…robot robot kecil….siapa diantara kalian yang tahu keluarga Rush. Saya butuh sekali ketemu dengan bapaknya !” Tanya dokter itu sambil memandang manusia manusia kecil yang setengah robot itu.

“Dia sudah tidak punya keluarga lagi. Kata Rush bapaknya kerja di Papua, itu saja dia tidak tahu pasti alamatnya. Selain itu,dia sudah tidak punya siapa siapa lagi “

“Oh…padahal aku butuh bantuan keluarganya, karena ini menyangkut hidup matinya robot kecil yang malang ini”

“Tapi gimana lagi, dok?. Hanya aku satu satunya teman dekatnya. Dokter ?, barangkali aku dan teman temanku bisa menolong Rush, apa yang dapat kami lakukan dok ?”

“Tapi ini masalah cangkok organ ginjal Rush yang semuanya sudah tak berfungsi, nak !. Saya harus ketemu keluarganya, untuk mencarikan organ ginjal yang masih berfungsi baik dari donator organ”

“Dokter, aku bersedia menyumbang salah satu ginjalku, siapa lagi kalau bukan aku yang menolong Rush ?”

“Aku juga bersedia, dokter ?” Bridgestone tak mau kalah.
“Mei Lan, juga bersedia Dokter !”
“Aku juga mau” Smart segera maju tepat beberapa langkah di depan dokter itu, yang klihatan hanya senyum senyum melihat ulah manusia manusia setengah robot itu.

“Dokter, sekarang saja ginjal, BraveMan diambil” Robot kecil BraveMan berteriak meminta dokter memenuhi permintaanya.

4
“Anak anaku, sungguh persahabatan kalian sangat baik sekali. Inilah yang sebenarnya dibutuhkan bagi kehidupan manusia di jaman sekarang. Tapi sayangnya tidak semudah itu, kalian bisa menyumbangkan organ ke anak lainnya. Maafkan aku ya anak anaku ?”

“Kami harus bagaimana dokter ?” Tanya Galang.

“Yang pertama aku harus minta ijin keluarga kalian dahulu”

“Kalau bapaku, tak mengijinkan terus bagaimana, dokter ?” seru BraveMan.

“Ya kami tidak berani mengangkat ginjal kamu?”

“Nasib saya seperti Rush, dokter !. Saya sudah tidak punya siapa siapa lagi. Ibu saya pergi begitu saja tanpa meninggalkan alamat. Sedangkan bapak saya menjadi tentara Mr DevilMan, entah sekarang bertugas dimana. Semua anak anak robot yang berkumpul disini juga nasibnya hampir sama dengan saya dan Rush. Jadi kami tidak bisa minta ijin bapak atau ibu kami, dokter !. Maka tolonglah dokter, aku ingin menolong Rush !” Galang berusaha menyakinkan dokter itu.

Sang dokter sesaat hanya terdiam membisu, diapun menyadari mereka hidup di jaman penuh kekerasan dan peperangan di mana mana. Namun diapun tidak memiliki wewenang untuk mengabulkan permintaan mereka semua.

“Baiklah anak anaku, sementara ini kami hanya bisa memeriksamu saja, siapa diantara kalian yang bisa menyumbangkan ginjal pada Rush. Sebab masalah itu tidak segampang yang kalian duga. Nanti kalau ada diantara kalian yang bisa memenuhi persyaratan, akan aku ajuan permohonan ke kepala rumah sakit. Baiklah sekarang kalian bergiliran ikut aku ke ruang periksa”

***
Semua anak setengah robot itu tertunduk lesu, setelah dokter memilih BraveMan dan
Galang yang bisa menyumbang sebelah ginjalnya pada Rush. Dalam hati mereka masih menyisakan kesedihan terhadap nasib Rush, terlebih lebih ketidak mampuan mereka menolong nasib Rush. Namun rasa senang kini mulai timbul dari hati mereka, setelah mereka memiliki harapan untuk berkumpul Rush lagi di tengah mereka.

Dokterpun memutuskan bahwa kedua ginjal Rush bisa diambilkan dari sebelah ginjal Galang dan sebelah lagi dari BraveMan. Perasaan bangga dan kagum timbul dari sang dokter kini, yang melihat kedua anak robot itu tidak sedikitpun memiliki rasa gentar menghadapi operasi besar, serta kagum dengan persahabatan antar mereka. Masih adakah persahabat seperti ini di lain masyarakat ?.

“Terimakasih ya Galang dan Brave kalian telah menolong aku”. Seru Rush dengan linangan air mata dan peluik cium dari semua teman temanya.

***

Puisi Di Bilik JantungKU

Di Tepi Malam Jalang

Langkah malam, yang bermuka durjana,
Dengan langkah yang berat, terus saja menunjam……
Hingga sebentar sebentar fajarpun harus menyurutkan kakinya kebelakang
Ataukah memang ada setumpuk rajutan duri…
Yang tumbuh liar di beranda…kala harus ada “Smarandana” hidup
Dari yang terselip di haluan biduk,
Yang hampir retak dimakan deru dan debu.

“Sang Wiku” yang mencoba memetik bintang di langit
Dengan kidung sakti yang mencoba menggapai lazuardi
Sempat pula menorehkan gundah dan gulana,
Tentang bahasa dan ungkapanya, yang tak lagi mampu
menyudutkan bumi…masih tersisa dalam “Munjuk Aturnya”
yang digulirkan pada lidah yang basah

Bukit dan tebing yang memusar, baiarkan saling bertaut
Selangkah dengan rona mawar merah dalam relung ini
Ketika sejuta sayap, menerbangkan tubuh
Hingga ke ujung- ujung malam, yang kemudian menjadi jalang
Biarkan saja satu dua pelita yang ada di ketiak ini
Mampu menghardik rembulan
Yang tak kunjung menjulurkan tangga hingga ke jendela langit

Untuk sekedar memandang bunga yang tumbuh
Di pelataran sorga untuk wangi tubuh sang bidadari
“Sang Resi Maha Guru”, telah pula mengerlingkan matanya
Lantaran rajutan yang kubawa di keranjang sutera
Belum sepenuhnya menjaring angin kebaikan
Atau kubiarkan saja,aku menjadi pengelana malam jalang
Hingga ketawa cengkerik dan belalang
Memenuhi telinga sang guru itu

Aku menjadi pemberani di malam jalang ini……..
Hingga aku susun sekerat kue,
Dengan bunga sederhana di tepinya, namun masih
Berharum semerbak aroma dusun, berpagar susun bambu
Biar saja malam jalang ini miliku
Hingga kulepas gurat hati dalam lelapku

Semarang, 2 April 2011, Pondok Sastra HASTI Semarang




Di Sisi Langit Biru
Jendela jendela kamar pengantin kita…..
Tak pernah meredup, meski sejuta tangan merengkuh
Hingga sesak tersengal birama nafas kita, jangan kau buang…
jauh jauh pandang mata yang tajam menikam,
hingga bersepih hati kamu, terberai menawarkan
segelas teh hidangan, agar kita mampu mereguk hingga batas nafas

Sudahkah kau selipkan nyanyi pagi,
Tentang sejuta kutilang dengan nada melengking
Hingga cakrawala pagi tak segan untuk mengemas arti hidup

Saat gaun pengantin berenda garis garis semai senyum
Aku berikan juga detak jantung mirip orkestra Mozzart
Yang mampu membelah pagi, dan menyuguh buah apel manis
Memberi semerbak cita yang kau genggam,
Dengan hiasan di ruang tamu, berdinding papan kokoh
Meski tak kau temukan tungku penghangat udara malam

Namun inilah prosa saat Sembodro menuai cinta dari Arjuna
Lantas Sang Burisrowo menjadi murka dengan angin tenggara
Yang bercerai berai, mengadu hitam pekatnya hidup
Pada Sang Mahameru,

Masihkah kau tertegun dengan Supraba, di langit bitu
Saat tatap kedua matamu menukikan merah pipimu
Istriku, di langit biru kugambar namamu

Semarang, 3 April 2011-Pondok Sastra HASTI Semarang
PUISI DIREPRO DARI MALAM PENGANTINKU