Kamis, 05 Agustus 2021

Bagas

Hampir 5 tahun ini Bagas belum pernah melihat wajah Bella yang kini entah kemana. Sejak perpisahan mereka di awal tahun 2009 , keduanya nggak pernah facebookan bareng, apalagi untuk jumpa. 

 Meski mereka berdua pernah menorehkan berkas cinta yang berbungkus keindahan . Namun mereka ternyata belum mampu untuk meletakan egonya di hati masing masing. Karena itu diantara mereka berdua hanya ada saling benci. 

Maka keduanyapun memilih untuk saling berpisah. Namun bagi Bagas perpisahannya dengan Bella mungkin sebuah jalan yang terbaik ketimbang mereka berdua terus berantem nggak pernah ada ujungnya.

 Namun heran juga buat Bagas, selama lima tahun dia dekat cewek sana sini, selalu saja dia gagal di tengah jalan. Selalu saja ada alasan bagi dia dan ceweknya untuk membenahi jalan hidup mereka masing-masing. Tapi lepas dari itu semua Bagas kini bukan Bagas yang dulu, lantaran dari banyaknya menghadapi cewek yang ego, kematangan pribadinya udah mulai tumbuh. Suatu senja di Bulan April 2010, 

 Bagas mencoba untuk tetap setia sama sohib kentalnya Fikqi , dengan mememenui undangan ultahnya yang ke – 25. Meski mereka berdua udah nggak bareng lagi d bangku SMA, namun itu nggak membuat mereka saling melupakan. 

 “Oke deh Fic, aku Cuma bisa ngucapin met ulang tahun, semoga lu nggak sableng lagi kaya dulu dulu lagi“ . Bagas segera mengulurkan tangan persahabatan, dan Fikqipun membalas dengan pelukan haru. Lantara dari seabreg sohib yang dimilinya, hanya Bagaslah yang paling tahu tentang dia, Bagas pula tempat dia curhat bila punya nganjalan hati. 

 ”Trims ya friend, aku lihat lu tambah dewasa aja ”. Sahut Fikqi sambil melepaskan pelukannya terhadap Bagas., namun tangannya masih saja bergayut di pinggang Bagas, seraya menariknya ke meja perjamuan yang udah siap berbagai macam food and softdrink. 
 ”He, Gas lu lihat nggak Bella ? ” tanya Fikqi ”Bella !....kok bisa dia datang di sini. Emangnya lu undang. ?. Ah dimana dia. Aku Cuma pengin denger kabarnya ”
 ”Tuh di ruang dalam. Dia tadi lagi asyik ngobrol ama temen-temennya. Aku nggak ngundang dia, tapi dia tahu dari Kak Sylvie kalau hari ini aku ultah.
 
 Dia kan kini banyak main bareng ama Kak Sylvie 
 ” Bagaspun segera meluncur ke ruang dalam, tak lama kemudian dua matapun sesaat saling bertemu. Bella kamu tambah cantik dan anggun aja. Tambah caem dan mempesona penampilanmu, apa lantaran aku banyak memandangimu dengan kebencianku dulu. Karena kamu selalu berbeda pendapat denganku. Sehinnga dulu hanya ada rasa benci. 

Demikian bisik hati Bagas yang tambah menguat menggumpal di sudut hatinya. Apalagi setelah dia melihat senyum manis dari Isabella Marciana yang sempat dulu merobohkan jantungnya. Namun cinta adalah sekumpulan prosa keindahan yang penuh warna. Serasa tidak ada keindahan lain selain merengkuh apa yang namanya cinta. 

Kebencian yang begitu dalam seakan akan hanya timbul karena rasa cinta itu sendiri. Untuk itu agar cinta tetap bersemi di benak manusia, kita harus pandai menyimpan kebencian itu rapat-rapat di relung hati ini.Bagaspun menyadari akan hal itu, namun entah apa yang ada dsuduthati Bella Bagaspun tidak tahu. 

Hanya saja saat pertemuan ini di rumah Fikqi, Bagaspun merasakan ada segumpal perasaan aneh yang menguliti hatinya , bahkan tenggorokan yang tadi dibasahi softdrink kini mengering kembali. Demikian juga Bella yang memberikan senyuman manis dengan pipi yang merona dan sorot tatapan mata yang menyimpan sesuatu. Entah ada perasaan bagaimana antara mereka berdua, yang pasti sepertnya mereka telah tahu isi hati masing-masing, Bellapun segera menarik tangan Bagas untuk duduk berdua mengambil tempat di beranda rumah Fikqi, seperti dulu mereka pernah curhat satu sama lain.

 Barangkali saja kursi itu akan menjadi saksi lagi, tentang dua hati yang sama sama hampa hatinya.
”Kamu tega !, lama nggak ngasih kabar sama aku, Gas ! ”
 ”Emang aku udah lama di Jakarta, tapi aku sekarang balik ke Semarang lagi, Aku sekarang kerja di konsultan bareng sama Mba Sylvie kakaknya Ficki. Aku tahu ultah Fikqi dari Mba Sylvie ” 
 ”Ah...ya udah yang penting kabar kamu baik – baik aja, Seneng dong Bell kamu bisa kerja sekarang. Selamat ya.. .! ” 
”Makasih Gas, kamu sendiri sekarang kerja di mana ? ”

 ”Ngaak tahu Bel, aku bulan kemarin emang diwisuda lulus dari Arsitek Unika. Tapi aku belum dapat job yang cocok. Doa, in aku dong Bel. Biar cepet dapat kerja ” 
Hanya senyuman manis yang menghias wajah yang jelita dan menawan itu. Sekali sekali Bella menggapai tangan Bagas, lantaran mungkin menyimpan seabreg rasa rindu yang menggrogoti bilik jantungnya. Namun Bellapun tahu, bahwa Bagas sekarang udah bukan miliknya lagi, demikian juga dirinya . Meski silih berganti cowok ganteng yang pernah singgah di hatinya, Namun tidak ada yang seindah kehadiran Bagas di hatinya dulu. 

”Aku juga denger dari Mba Sylvi e kalau kamu bulan kemarin wisuda ” ” Kok kamu juga nggak ngasih ucapan selamat ” ”Aku takut kalau Rossi cemburu. Aku denger juga kau dulu bareng ama Rossi” ”Rossi sekaranmg udah marriage dengan Anton dan kini udah hidup bahagia di Bandung. Itulah kehidupan Bell, selalu saja ada pertemuan dan perpisahan. kamu sendiri gimana . aku dulu sempat denger dari temenmu kalau kamu mau marriage ?. Aku tunggu undanganmu Bel !. 
 ”Itulah masalahnya Gas, maka aku nggak mau bareng Papa dan Mama di Jakarta. Aku lebih memilih di Semarang. Aku baru balik ke Jakarta kalau aku udah marriage ’
 ” Emangnya ada apa ? ”
 ”Papa dan Mama orangnya kolot, aku dianggapnya Siti Nurbaya yang seenaknya saja dijodohin sama temen bisnis Papa yang kaya raya. Dia sering menolong Papa kalau lagi ada masalah bisnisnya. Nama Om Chandra dan dia seorang duda beranak dua. Aku belum siap dan lagian aku masih pengin bebas sendiri ” 

”Ah masa papa seperti itu Bell, padahal dulu aku kenal papamu adalah ortu yang baik ” ”Seperti yang kamu bilang tadi, itulah kehidupan. Manusia bisa saja berbuat apa saja untuk menuruti egonya ” ” Sekarang kamu tinggal dimana ”
 ”Ya masih di rumah papi dulu, kamu enggak pernah mampir kan. Sepertinya kamu sengaja menghindariku ” ”Ah sama aja kamu Bel !, aku yakin kamu pasti juga punya niat nggak akan pernah ketemu aku lagi.

 Sepertinya aku juga sengaja ingin melupakan perpisahan dengan kamu dulu. Lama memang aku enggak ngasih kabar ama kamu lantaran aku pengin melupakan kamu” ” Jadi kamu menyesal kalau sekarang ketemu aku, maafin aku ya Gas ”. 
 Bagas menjadi tak tahu harus menjawab apa, karena selama lima tahun berpisah dengan Bella, malah bertambah menumpuk rasa rindunya. Meski niatan dia untuk melupakan Bella sungguh kuat sekali. Bahkan rasa rindunya itu enggak bisa hilang meski telah silih berganti cewek yang ada di sampingnya termasuk juga Rossi. 

” Ah... kau tambah cantik Bel dan pula tambah dewasa, enggak seperti dulu lagi ”Bella hanya menundukan wajahnya, matanya kini mulai berkaca-kaca, sebentar-sebentar dia menadahkan wajahnya untuk memberi senyuman mesranya kepada Bagas. Bagaspun menjadi penasaran tentang sikap Bella. ” Maafin aku ya Bell, malam ini aku janji nggak akan nyakiti kamu lagi, anggak seperti dulu dulu lagi ”

 ” Nggak Gas, kamu enggak nyakiti aku. Aku hanya haru, udah lama aku nggak denger kata kata itu lagi ! ”. 
” Udah malam Bel, yuuk aku antar kamu pulang ” Bella hanya memberi anggukan kecil, kini kedua remajapun saling bergandengan tangan untuk menuju ke ruang tengah guna berpamitan . 

 Sekali sekali Bagas memberi ciuman mesra pada cewek pujaannya itu dan Bellapun membalasnya dengan pelukan yang lembut, sepertinya suatu pertanda dia tidak mau kehilangan Bagas lagi. Malam itu telah menjadi saksi dua hati yang lama berpisah, dan mengering di kesunyian kini menambatkan hatinya kemba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar