Sabtu, 23 Oktober 2010

Bulan Di Keranjang Sutra


Lydia semakin acuh saja, saban aku lekatkan lagi hati ini. Namun semua itu bisa aku tepiskan, lantaran aku laki laki yang dikodratkan untuk tegar dalam menghadapi kehidupan. Entahlah kehidupan macam apa yang seperti ini. Kata hati seperti ini saja yang mampu selalu aku benamkan dalam telaga hatiku yang berair jingga, hanya itu pula yang menjadi kekuatanku dalam menggapai angin sejuk yang akan aku sinari cahaya bulan dalam keranjang hati ini.

Dalam keranjang hati yang bersulam kain sutra selembut anganku, dalam sentuhan angina kemarau di senja hari. Selalu aku sertakan Lydia dengan sejuta sayapnya untuk terbang mengitari langit misteri, bermega jernih. Namun akupun tiada pernah meluruhkan sayapku kala rona wajah Lydia menjadi masam, berlembayung hitam dan nampak mengusung keragu-raguan. Inilah sebuah hasrat dariku Lydia, inilah kala sebuah hati harus menerjang tebing tebing tinggi yang menjadi pagar taman bunga. Namun sekokoh apapun sebuah pagar, tidak akan mampu menahan gelora Ombak Laut Selatan yang memiliki seribu tangan untuk menerkamnya.

Lydia masih saja menatap angkuh pada gambaran halaman hatiku, nampaknya apa yang ada di hatinya betul betul terkemas dalam batu pualam yang kokoh dan dikungkung seribu misteri.

“Lydia lihatlah dalam keranjang ini, lembutnya kain sutra tidak selembut hatimu dan lihatlah pula bulan telah memberikan seberkas cahyanya untuk diri kamu “

“Herlin terjanglah gunung es jauh di depanmu, tak kan mampu kau mendapatkan keranjang itu. Arti sebuah persahabatan bagiku, perlu kamu simpan rapat dalam kantong bajumu “. Lydia membisikan sendu sedanya itu dekat telingaku.Hingga aku tak kuasa lagi untuk meneruskan tidurku lagi. Bergegaslah aku tepis mimpi itu di tengah malam yang terpagut sepi. Nampaknya hanya malam saja yang bisa menjadi wujud untuk berbagi meradangnya hati, sehingga aku jaga malam itu dari terkaman fajar. Namun malampun harus bergegas pergi.

 Google, 2010
Hanya eksotis wajah pagi saja yang masih berminat menemaniku, dengan ocehan burung kenari di dahan pohon rambutan. Sekali sekali terdengar juga burung nuri yang ikut nimbrung simponi alam ini. Pagi ini pula yang memberiku sebuah ide cemerlang, di tengahnya hati yang membujur dingin. Entah kekuatan apa yang membuat aku mau meluncur ke rumah Lydia minggu pagi ini. Ataukah selaksa malaikat yang terjelmakan dari hasrat hatiku yang melemparkan aku ke tengah gedung loji milik keluarga besar Lydia yang berada di tengah Kota Semarang.

Namun kaki ini belum sempurna betul menyentuh pijakan bumi, kala aku harus melewati wajah wajah berselimut aneh menatapku asing, manusia manusia berpakaian perlente memenuhi halaman rumah Lydia yang luas berlantai rumput halus, disela-sela pohon palm dan pot pot bunga besar. Mereka mengelilingi Om Bernhard papinya Lydia entah berniat apa mereka berkumpul di sini. Oh Tuhan mengapa harus hari ini aku ke rumah Lydia, yang dapat aku lakukan hanya mengutuk diriku sendiri.

***

“Mohon maaf, apakah sudah ada appointment dengan Tuan Benhard“. Tanya seorang berbadan tinggi besar dan mengenakan jas dengan dasi yang panjang hingga ke pusarnya. Anehnya orang ini bertanya dengan wajah bersungut sungut, bagaikan manusia yang dibuat dari mesin, tanpa memiliki hati barang sedikitpun. Bukankah ini Kota Semarang yang masih kental dengan nila kesantunan. Lantas apakah Lydia bersedia menemuiku bila berada di lingkungan seperti ini. Tapi memang aku yang tolol, bukankah Lydia tidak pernah bergaul sembarangan di kampus, yang sama sekali tidak pernah menorehkan sebuah senyumanpun pada aku kala berjumpa di kampus. Mengapa sekarang aku di rumahnya. Atau lantaran senyum Lydia kala menghiasi wajah yang melangkonis ini, dengan penampilan yang selalu serasi dengan kulit tubuhnya yang kuning langsat yang tidak mudah kulupakan.

Lantas mengapa pula Lydia sering minta tolong aku untuk ngerjain soal soal mekanika tehnik, kala kita satu kelas belajar bersama di perpustakaan. Bukankah aku juga berhak mengenalnya lebih dekat. Mengapa pula dia tidak pernah cerita kalau di putri seorang pebisnis besar. Sedangkan aku hanya anak seorang wartawan daerah dan penulis yang tidak seberapa mutu tulisanya. Namun papikupun terus membanggakan dirinya semata agar putra putra, termasuk aku mampu hidup dengan mandiri.

“Oh, maaf aku hanya teman satu kampus Lydia”
“Maaf tuan, Lydia hari ini sibuk sekali. Dia sebentar lagi memberi presentasi tentang rancangan Fly Over “
“Oh, maaf apakah dia mampu ?”
“Tuan ini siapa ?. Bicara tuan sangat merendahkan Tuan Lydia. Maaf tuan segera pergi dari tempat ini. Terus terang kedatangan tuan tidak dikehendaki Tyan Benhard “.
“Sebentar lagi aku akan pergi, memang ini bukan dunia saya. Tapia kun kasihan sama Lydia barangkali dia mengalami kesulitan dalam materi mekanika tehnik dan konstruksi beton. Tuan, Lydia sering bertanya padaku masalah out di kampus. Cobalah hubungi dia dulu “

“Baik tuan, untuk kali ini saja tuan saya beri kesempatan. Bila Non Lydia tidak bersedia, tuan, enyahlah dari rumah ini dan jangan ganggu Non Lydia lagi.

indah mahanani
Suara pintu tebal dari kayu jati mengagetkan kedua laki laki itu, kala dengan terburu Lydia membuka pintu itu. “Sukurlah Herlin aku sangat membutuhkan kamu “. Tangan Lydia segera melilit bahu Herlian dan segera menariknya menuju ruang kerjanya di pojok ruang tamu yang ditata dengan ornemen dan lay out model Jerman.

“Apa apaan Lydia, kamu udah gila ?”
“Masa bodoh, aku sudah nggak punya waktu lagi. Satu jam lagi papa menyuruhku presentasi. Aku masih banyak menemui kesulitan. Tolong Herlian aku minta bantuanmu”
“Tentang apa ?”
“Mekanika tehnik untuk rancangan Fly Over di Kota Semarang “
“Jadi proyek besar dong Lydia ?”
“Ah itu nanti, sekarang lihatlah gambar ini.Tolong kamu analisa ini”
“Baik, kalau itu mah yang paling aku senangi. Maka aku mendapat nilai A untuk ini “
“Oh, ya. Kamu tahu dari mana aku mau presentasi”
“ Aku asal asalan saja ,main. Aku tadi naik BRT, aku punya rencana minggu ini main ke rumah temen 2x, termasuk kau Lydia “

Lydia hanya diam membisu, sebentar sebentar pandangan matanya tertuju pada cowok udik yang nggak ngerti gaul dan hidup apa adanya, tapi pinternya minta ampun. Hari hari biasanya di kampus, cowok ini kelihatan biasa biasa saja. Lantaran dandanan dan sikapnya yang nggak ngerti gaul. Tapi kala Lydia tidak sengaja mengamati keseriusan cowok ini dalam melakukan analisa. Lydiapun telah mengakui bahwa kegantengan Adipati Karna, tokoh dunia pewayangan kini berada di depanya.

Bukankah Herlian berambut ikal bergelombang dan hitam dengan hidung mancung dan bibir yang tipis. Dan lagi postur tubuhnya yang ideal bila bersanding denganya, apanya yang kurang dengan cowok itu, tapi dekilnya memang membuat Lydia selama ini mengabaikan dia. Lydia merasakan sesuatu yang tidak adil, bila selama ini dia hanya minta tolong menyelesaikan tugas dan ujian semester. Tentang kelembutan cowok ini Lydiapun telah mengakuinya.

Lydiapun sekarang dengan tangkas dan mempesona memberikan presentasi rancangan konstruksi proyek papinya di depan hadirin. Sebentar sebentar mata yang indah dan bulat itu selalu memberikan sorotnya pada Herlian yang dipaksa ikut presentasi Lydia itu. Seakan akan Herlianlah yang sekarang menjadi konsultan megakonstruksi proyek besar di Kota Semarang. Sudah barang tentu kehadiran Herlian sekarang menambah pdnya.

“Herlian, terimakasih sekali kamu telah memberikan advice konstruksi ini, dan papapun kelihatanya puas dengan ide ideku, yang sebenarnya adalah ide kamu. Aku nggak ngeti Lian, mengapa justru kamu datang saat aku membutuhkanmu. Aku dari pagi mencari no Hpmu, tapi nggak ketemu, dan alamat rumahmu apalagi..”

“Ah, hal kaya gitu biasa aja Lyn, nggak ada yang istimewa. Hari udah siang aku mau pulang. Sampai ketemu lagi besok di kampus “
“Ntar aku antar kamu pulang sekalian aku pengin tahu alamatmu. Trimakasih ya Lyan..” .Lydia tak meneruskan kata katanya. Karena bibirnya kini sudah memagut bibir cowok udik ini, bagai ular kobra yang mematuk mangsanya.
“Aku nggak pernah menerima biasa menerima ciuman kaya gini, Lydia ?”
“Herlian…!!! ” Lydiapun tambah manja dipelukan Herlian, yang kini sudah tidak canggung lagi. Tapi Herlian telah lama menghadirkan gadis manja itu di hatinya, hanya saja sikap cowok ini tidak eksotis dalam meabuhkan cintanya. Maka Herlianpun segera menyurutkan hasrat penuh gairah itu. Karena yang dia inginkan dari Lydia adalah segalanya, bukan hanya gairah cinta anak ingusan.
“Herlian …mengapa ?”
“ Kamu cantik Lydia, kamu segalanya. Suatu saat kitapun saling memiliki “
“Maafkan aku ya Herlian”

Herlian hanya memberikan senyuman yang mampu memberikan keteduhan bagi hati Lydia. Kedua remaja kinipun bergandengan tangan menemui papanya Lydia, lantaran sudah saatnya Herlian pamit. Om Bernhard menjadi kagum dengan kemampuan anak muda sekarang, yang jauh dengan masa mudanya dulu, yang hanya bisa berjuang menegakan nasionalisme dijaman revolusi dahulu. Sekarang jaman sudah berubah, yang sangat diperlukan adalah lahirnya The Smart Generation seperti mereka berdua.

“Lydia sayang, apa kamu sudah lama kenal Herlian “
“Sudah pap, Cuma Herlian agak pemalu jadi baru kali ini berani main ke rumah”
“Oh, begitu. Selamat jalan Herlian, besok besok jangan sungkan-sungkan main kesini !’
“Tentu, Om ! “.

Keduanya kini meluncur dengan mobil warna merah metallik, menelusuri jalan jalan kota Semarang yang dipagari tanaman bunga warna warni, kini keranjang yang tak layak telah berisi sinar bulan yang menerangi hati Herlian yang tadinya gelap mencekam. Keranjang itu pula kini berenda benang sutra yang halus dan lembut. Kedua remaja inipun kini menembus kegelapan Kota Semarang.

Senin, 04 Oktober 2010

TENTANG PERJALANAN SEBUAH HATI

Untukmu
Aku di berandamu
Dengan sebilah hati….
Werna merah…terngiang sebuah gairah
Aku beranikan menghias dengan sebuah prosa
Berisi taman bunga seribu warna….
Anyelir , Dahlia, Melati
Agar kamu mampu berhias
Mentari pagi dan kicauan kenari


Saat Kau Disampingku

Inilah yang kamu hasrati
Bila telah ranum carawala fajar
yang tergolek menggapai sebuah kepastian
Bila kau temui lagi, padang melekang
di tengah kemarau yang mencibir…
menepiskan belalang dan kupu
saat aku belum mengemasi keranjang penuh
wangi bunga
Tak ada lagi …
Perjalanan menembus tabir samar membelit harap
Hingga kamu bercerita pagi yang sejuk


Masih Adakah Perhelatan Hati…?

Jangan ada lagi nyanyian
yang sumbang merajut awan gelap
Penuhi saja bilik jantungmu……
dengan secawan anggur merah
Hingga aku menjadi liar menerjang
apa yang sebenarnya belum aku mengerti
Sejenak kita menanggalkan nafas
Agar mampu bersimpuh
Melipat harap dalam mengayunkan biduk
Mengemas wajah yang jatuh ke bumi
Selamat pagi..halaman rumahku…..


Tepikan Perahu Kita

Ketika kita melihat jalan gersang termakan debu
Menyulut kebiadaban derap langkah manusia beradu
Meradangkan ego dan melemparkan tajamnya
sebilah pedang ketamakan
Kita berikan sudut hati kita yang lebih dingin
Agar mereka mampu sebentar mengekangkan
Kuda sembrani hitam pekat
Menerbangkan warna hitam dan menebaskan
angkara murka
Batas senja telah diterpa angin dingin
Pohon palma yang berjejer masih terpagut membujur
Kita sambut saja malam hingga berhias purnama


Sebuah Dirgahayu
Merah….mendidihkan gairah
Beruntai putih mengokohkan lengan yang mengencang
Menengok langit berhias kemanusian
dan bersemayam mahkota Ibu Pertiwi.
Semarang Medio. Agustus 2010

Minggu, 03 Oktober 2010

SERIAL UCIL "Ratu Sihir"

Syahdan di jaman dahulu, hiduplah seorang wanita muda yang cantik jelita yang bernama NYI COMPO di pinggir Hutan WIDURI. Wanita ini hidup seorang diri, tidak memiliki sanak saudara. Nyi Compo dikenal sebagai wanita yang memiliki ilmu sihir yang sangat tinggi.. Sehingga karena kesaktiannya itu, dia terkenal dengan gelar RATU SIHIR DARI PANTAI UTARA..

Kemasyhurannya tersebar hingga ke seluruh pelosok Tanah Jawa, baik di kalangan manusia atau hewan. Termasuk juga hingga ke Hutan Kedung Siluman. Sehingga dipastikan semua penghuni hutan ini pasti tahu Ratu Sihir ini.

Namun sayang seribu kali sayang, Nyi Compo memiliki sifat tamak dan jahat. Ilmu kesaktian yang ditekuni beratus tahun tidak digunakan untuk kebaikan, tetapi digunakan untuk kepentingan diri sendiri dengan cara mengorbankan orang lain. Bukan hanya untuk merampas kekayaan orang lain saja, merenggut nyawa orang lainpun ia lakukan.

Sehingga perasaan khawatir, takut dan cemas telah menyebar di penghuni seluruh Pulau Jawa. Bahkan kegelisahan ini kini telah merambah penghuni Hutan Kedung Siluman. Karena akhir-akhir ini telah tersebar kabar bahwa Nyi Compo akan membumi hanguskan hutan hutan di Tanah Jawa yang banyak menyimpan kekayaan alam. Timbulnya rasa was-was ini tentunya bukan tanpa, lantaran Hutan Kedung Siluman banyak menyimpan harta kekayaan tependam seperti emas, intan dan harta berharga lainnya peninggalan para leluhur.

Apalagi telah tersebar luas di kalangan para petualang, bahwa Raja Rimba Kedung Siluman telah memiliki 2 telur emas yang bisa digunakan untuk tujuan apa saja. Sudah barang tentu kedatangan Nyi Compo tinggal menunggu waktu saja, dan kabar seperti ini telah tersebar di seluruh penjuru Kedung Siluman.

Malang tak dapat dicegah untung tak dapat diraih. Baru saja penghuni Kedung Siluman berhasil mengusir pasukan kera yang dipimpin Wiro Libas, kini mereka kembali dicekam perasaan was-was kedatangan Nyi Compo. Bahkan menurut kabar terakhir diketahui bahwa Hutan Menoreh, Alas Roban, Hutan Gunung Kidul dan masih banyak hutan lainnya telahdibumi hanguskan Nyi Compo.

Sementara itu sekembalinya Elang Mas dari tugas mata-mata, mengabarkan bahwa hari ini Hutan Pesisir Semarang telah dikuasai Nyi Compo dan pengikut-pengikutnya yang kian hari bertambah. Sehinnga seluruh kekayaan wilayah itu sekarang menjadi milik Nyi Compo.

K ita tahu bahwa bercermin pada pengalaman yang lalu, adalah pelajaran yang paling baik. Pelajaran tersebut adalah terjadinya serangan Wiro Libas dan kawanan belalang, yang
memporak-porandakan Kedung Siluman. Kejadian yang lalu itu bisaterjadi lantaran penghuni Kedung Siluman tidak siaga sebelumnya.

Oleh karena itu, pada saat bulan purnama tiba kali ini, Ucil tidak menyia-nyiakan pertemuan agung itu. Seperti biasanya pertemuan agung itu dihadiri para pemimpin Kedung Siluman. Pada pertemuan itu, Ucil meminta sahabat-sahabatnya bersiap diri menghadapi serangan Nyi Compo dan pengikutnya.

Bila sosok musuh yang mengancam Kedung Siluman , hanya mengandalkan kepandaian ilmu bela diri atau taktik berperang yang jitu, Ucil dan sahabat-sahabatnya tidak perlu khawatir. Tetapi sosok Nyi Compo adalah lain daripada yang lain. Bukankah menghadapi ilmu sihir yang demikian, harus dengan cara yang lain pula. Pendapat Ucil yang demikian telah dibenarkan oleh Eyang Kancil Sakti.

Malam sudah demikian larut, pesta cahaya bulan purnama masih menghangati Hutan Kedung Siluman. Bulan purnama yang menggantung di langit hitam terasa begitu dekat dengan penghuni Kedung Siluman yang sedang berkumpul melingkar.Meskipun demikian suasana perkumpulan malam ini sungguh berbeda dengan malam lainnya. Para hewan-hewan penghuni hanya kelihatan tertunduk lesu, tanpa keceriaan tidak seperti malam perkumpulan sebelumnya.

Hanya para pendekar-pendekar hutan ini, yang tidak ikut larut dengan kesedihan ini. Namun mereka merasa sedih juga melihat sikap saudara-saudara mereka yang banyak dihinggapi kegetiran hati.

Yang jelas penghuni Hutan Kedung Siluman sekarang sedang dibayangi rasa ketakutan yang mencekam, karena mereka merasa ngeri dengan kezaliman wanita iblis Nyi Compo. Hal ini wajar saja sebab mereka hidup di jaman entah berantah yang belum mengenal hokum

Mendapati kejadian yang tidak menyenangkan di perkumpulan bulan purnama ini, akhirnya Ucilpun menyempatkan diri untuk angkat bicara, guna mencairkan kebekuan suasana perkumpulan,
“Sahabatku semua, masa-masa yang lalu kita telah banyak menemui kesulitan, seperti bala tentara Wiro Libas yang cukup menyengsarakan kita. Setelah itu datanglah kawanan belalang yang tidak kalah besarnya menyengsarakan kita. Namun semua itu selalu bisa kita atasi bersama, hanya karena persaudaraan antar kita yang kuat. Walau wanita iblis itu dan pengikutnya datang menyerang kita, kita toh akan selalu siap menghadapinya. Lantas apa yang kalian pikirkan. . . sahabatku “ seru Ucil lantang.

“Tentu saja kita takut, Cil !. Musuh yang kita hadapi adalah ratu sihir yang licik , dengan pasukan terdiri dari mayat-mayat hidup yang tersihir. Amat menakutkan, Cil ! : seru Sembrani.

“Aku sarankan kita membuat pedang seperti pasukan manusia, untuk menebas kepala pasukan wanita iblis itu” kata Rajawali Perkasa.

“Ah. . . untuk apa ?. Toh merela akan hidup terus meski lehernya putus “ seru Badak.

“Cil, kita perlu minta keterangan Elang Mas, dimana markasnya wanita iblis itu, biar nanti ribuan rakyatku yang akan melibasnya “ pinta Gajah Sona, pemimpin kawanan gajah..

“Mereka bermarkas di bukit Gombel, hanya setengah hari perjalanan menuju sana “ Elang Mas memberi keterangan sesuai dengan permintaan sahabatnya Gajah Sona.
Karuan saja jawaban Elang Mas menimbulkan suasana perkumpulan menjadi gaduh.

“Sahabat-sahabatku !, selama aku berpetualang, banyak aku temui demit-demit yang mandraguna, termasuk Nyi Compo ini. Percayalah sahabatku !, betapa tingginya ilmu yang dimiliki demit pasti dia memiliki sisi kelemahan “ jawab Eyang Resi Kancil Sakti dengan kata kata datar dan sorot mata yang tajam. Menandai bahwa dia adalah ahlinya dalam hal ini.

“Eyang Resi !, sebaiknya aku siagakan seluruh singa yang ada di Kedung Siluman untuk menerkam pasukan wanita iblis ini. Cukup banyak pasukan singa yang siap tempur. Saya kira cukup untuk membuat wanita iblis itu jera “ seru Senopati Kedung Siluman Singo Brojo..

“Mohon maaf sebelumnya Senopati !, setiap mayat hidup yang kamu terkam, dalam waktu yang sekejap dia akan hidup lagi karena pengaruh sihir, jadi akan percuma saja “ jawab Eyang Resi Kancil Sakti.
“Lantas dengan cara apa kita bisa melumpuhkan mereka “ tanya Kilat Menjangan.
“Satu-satunya jalan dengan cara mencari kelemahan Ratu Sihir itu sendiri “ jawab Kancil Sakti.
“Tentu bukan barang gampang mencari kelemahan wanita iblis itu “ tutur Kijang Lelono.
“Betul pendapatmu, kijang sahabatku, maka marilah kita berbagi pendapat bagaimana caranya bisa mengalahkan Ratu Sihir “ jawab Kancil Sakti.
“Cil, aku punya pendapat “ kata Naga Sanca sambil melilitkan badanya di pohon akasia yang menjulang tinggi. Sehingga nampaklah tubuh Naga Sanca memenuhi semua pohon itu.

“Silakan katakana saja, sahabatku !” kata Ucil lembut.
“Di tempat tinggalku Lembah Teratai Emas banyak tersimpan emas dan intan peninggalan Eyang Resi Naga Siluman, aku rela untuk diserahkan ke wanita iblis itu. Asal dia tidak menghancurkan semua sahabatku “
“Aku hargai kebaikanmu, , ,wahai Cucu Sang Resi . . .sekaligus cucu guruku… .Namun saja seandainya semua emas dan intan kau serahkan. Wanita iblis itu tetap akan meminta lainnya. Lagian bukan itu saja, dia akan meminta darah segar dari bayi-bayi kita untuk merawat kecantikannya” demikian Kancil Sakti memberi jawaban yang masuk akal.

Pendapat demi pendapat mengalir seperti air sungai, silang pendapatpun menjadi semakin hangat. Hingga mereka tidak merasa hari telah hampir pagi. Sementara kawanan ayam jantan telah menyambutnya dengan ucapan selamat pagi. Akhirnya mereka bergegas membubarkan diri, untuk larut dalam kehidupan mereka masing-masing. Setelah sebelumnya terjadi kesepakatan antar mereka untuk menyelamatkan Hutan Kedung Siluman tanpa menggunakan kekerasan. Bukankah Kancil Sakti dan Ucil adalah ahlinya dalam hal ini ?

_____________oooo_______________


Siang hari di puncak musim kemarau, melesatlah beberapa kawanan kuda yang dipimpin Sembrani meninggalkan Hutan Kedung Siluman. Kepergian mereka diiringai angin barat yang semilir membawa kesejukan. Mereka tidak lain adalah jawara Kedung Siluman antara lain Ucil, Eyang Resi Kancil Sakti, Rogo Branjangan, Kilat Menjangan, Kijang Lelono, Elang Mas dan Sennopati Singo Brojo.

Kepergioan mereka sungguh terburu-buru, karena mereka merencanakan petang hari nanti bisa bertemu dengan Ratu Sihir dari Hutan Widuri yang kini tinggal di istana megah di Bukit Gombel Hutan Semarang. Mereka sama sekali tak menghiraukan lambaian tangan sebagian besar penghuni Kedung Siluman, sebagai tanda ucapan selamat berjuang, Yang ada di pikiran jawara-jawara adalah sesegera mungkin sampai di Bukit Gombel.

Jalan menuju Bukit Gombel dipenuhi dengan sebagian besar turunan, kadang turunan itu cukup terjal kadang pula landai. Mereka melalui jalan hutan yang tidak seberapa lebarnya dan berkelak-kelok. Setelah cukup lama mereka melewati jalan ini, akhirnya tibalah mereka di Bukit Gombel , saat matahari hampir tenggelam.
Istana Ratu Sihir berada di puncak Bukit Gombel, persis berdiri megah di bagian bukit yang beruapa dataran. Karena di bangun di puncak Bukit Gombel, maka sudah barang tentu Istana Ratu Sihir terlihat cukup megah dari berbagai penjuru bukit ini.

Kemegahan seperti inilah yang diimpikan wanita iblis itu.
Bahkan kemegahan yang seperti ini ternyata belum memuaskan hatinya. Kecuali dia berhasil merebut 2 telur emas milik Baginda Raja Rimba Kedung Siluman sekaligus merebut harta karun dari Lembah Teratai Emas peninggalan Eyang Resi Siluman Naga Sakti. Tidak cukup itu saja , Ratu Sihir berniat mendirikan istananya yang terbuat dari emas dan intan Lembah Teratai Emas.

Setelah menapakan kakinya di Buki Gombel, Kancil Sakti dan kawan-kawan tidak beberapa lama berhasil menemui Ratu Sihir tanpa banyak menemui kesulitan. Ratu Sihir menemui mereka dengan duduk congkak di atas singasananya, dikawal oleh banyak mayat hidup hasil pengaruh sihirnya. Sementara itu ratusan jawara yang terdiri para pendekar berilmu tinggi, berjejer di belakan singasana.
“Kami mewakili segenap penghuni Hutan Kedung Siluman menyampaikan hormat kepada Kanjeng Ratu Sihir. . . semoga ratu panjang umur “ demikian Kancil Sakti menyampaikan hormat.

“Hiii. . .hiii. . .aku terima dengan senang hati. Mengapa tanpa undangan kamu berani menghadapku “ jawab Ratu Sihir.
“Maafkan kami yang tak tahu diri. . .kedatangan kami yang tidak diundang ini, hanya sekedar menyampaikan rasa takluk penghuni Kedung Siluman kepada Gusti Kanjeng Ratu
Sihir dari Hutan Widuri.” Jawab Kancil Sakti sambil membungkukan badan diikuti oleh sahabat-sahabat lainnya.

“Hii. . .hiii . ..bagus kalau begitu. Aku tidak usah repot-repot mengirim bala tentara. Lantas apa yang akan kau persembahkan kepa junjunganmu, hiii. . .hiii “ pinta Sang Ratu.
‘Dengan segala kerendahan hati, apa yang Nyai pinta akan kami berikan “ jawab Kancil Sakti dengan gaya yang meyakinkan.

“Tentu saja aku minya seluruh emas dan intan di Lembah Teratai Mas. Untuk kujadikan dinding istanaku di tepi Tekaga Sewon Wono. Oh ya berikan pula dua telur emas milik rajamu. Atau akan kusihir semua penghuni hutanmu menjadi mayat hidup. Pilih yang mana ! ! ! ! !” bentak Sang Ratu diselingi tawa mengerikan.

Sungguh suatu peristiwa yang sangat bertolak belakang. Di satu sisi Ratu Sihir adalah wanita yang cantik jelata. Tubuhnya tinggi besar, kulitnya kuning langsat. Disisi lain dia wanita yang memiliki sifat sangat tamak,jahat dan licik sekaligus sombong demikian bisik hati kecil Ucil.

“Eyang Kancil nampaknya Sang Ratu tidak main-main lagi, dia tidak cuma nggertak kita. Aku takut bila rencana kita meleset “ seru Ucil.

“Tenang saja, Cil !. Wanita iblis ini sedang lupa diri, karena godaan dunia. Keadaan seperti inilah yang aku nantikan. Disinilah kelemahan Ratu Sihir “ jawab Kancil Sakti dengan suara yang berbisik.

“Engkau belum menjawab permintaanku, He Kancil Tua. !. Kabulkan permintaanku ! atau aku luluh-lantakan Kedung Siluman “ ancam Ratu Sihir.

“Tentu aku akan mengabulkan semua permintaan Nyai. . . .sebagai tanda takluk, kami kepada ratu. Aku serahkan satu keranjang emas dan berlian “ ujar Kancil Sakti yang mencoba mendinginkan hati wanita iblis itu.

“Hanya satu keranjang ?. . .untu apa aku tak butuh !” seru Ratu Sihir.

“Ini hanya sekedar untuk tali asih. Semua emas dan intan yang ada di Lembah Teratai Emas silakan Kanjeng Ratu ambil. Tentunya setelah ratu nanti berkunjung ke Kedung Siluman “


“Hii. . .hi….hi. . bagus. .bagus. . inilah abdi yang baik. bawa sini keranjang itu ! “ pinta Sang Ratu. dengan tak menyisakan tawanya yang melengking dan mengerikan, seraya menarik keranjang emas yang kini sudah di dekatnya.

“Apa isi keranjang itu , Kancil Tua ?. . . Mengapa ada cahaya yang bergemerlapan ? “ ujar Ratu Sihir yang tertegun kagum.

“Gemerlap cahaya itu berasal dari intan yang tiasa ternilai harganya. Dengan intan itu Kanjeng Ratu bisa membeli semua hutan di Pulau Jawa. Hanya saja untuk mengambil intan itu harus dengan satu syarat “

“Cepat katakan apa syaratnya “

“Untuk mengambil intan itu, Kanjeng Ratu harus memejamkan mata, karena sinarnya bisa membutakan mata bila jaraknya terlalu dekat “

Tanpa berpikir panjang, sambil memejamkan mata Ratu Sihir membuka keranjang itu dan memasukan tangannya ke keranjang itu. Namun betapa kagetnya Ratu Sihir, seelah tangannya menyentuh benda yang lunak, hangat dan menjijikan. Karuan saja merinding seluruh tubuh wanita iblis itu. Apalagi setelah dia menarik tangannya, terdapat ratusan lintah yang menggigit tangannya dan ribuan kunang-kunang beterbangan mengelilingi tubuhnya.

Karuan saja dia menjadi panik bukan kepalang, meski dia minta tolong kepada semua pengawal-pengawalnya, namun apa daya menghadapi hewan yang menjijikan itu. Apalagi lintah-lintah itu kini berloncatan dan menggigit seluruh tubuhnya, Semua pengawalnyapun hanya diam membisu dan terpaku bingung apa yang harus mereka kerjakan. Akhirnya diapun minta tolong kepada tamunya kawanan penghuni Kedung Siluman.

Hanya dengan siulan yang singkat saja, lintah-lintah itu akhirnya melepaskan gigitannya dan berloncatan kembali ke keranjang semula. Sehingga legalah hati wanita iblis itu dan telah jera tidak sanggup mengalami hal yang sama lagi. Maka diapun berjanji tidak akan mengganggu kedamaian Kedung Siluman lagi
________________oooo_______________

SERIAL UCIL "Kancil Sakti "

Kesedihan Ucil kini telah lenyap, hatinya kembali pulih seperti semula lantaran
emaknya telah sembuh, karena itu pula kini dia lebih ceria lagi bertutur kata dengan hewa sahabat-sahabatnya.
Setiap hari seusai membantu pekerjaan emaknya, dia luangkan waktunya untuk bermain dengan sahabat-sahabatnya. Mereka saling berlari, bekejaran dan bercengkerama layaknya saudara sekandung. Bahkan kini mereka benar-benar telah menjadi sahabat sejati, apabila salah satu dari mereka menemui kesulitan, maka yang lainnya segera memberi bantuan.
Demikianlah kehidupan Ucil Si Tarzan Kecil tiap harinya. Namun hari terus berganti, karena waktu selalu bergulir tiada yang mampu menghentukannya. Pergantian hari, bulan pada akhirnya akan menyebabkan pergantian musim, hingga giliran sekarang Hutan Kedung Siluman dilanda musim kemarau yang panjang.
Seperti biasanya apabila semua penghuni hutan ini mengahadapi musim kemarau yang panjang, mereka harus siap menghadapi hukum rimba yang ganas antar mereka. Hukum ini jelas akan menguntungkan hewan-hewan yang besar dan ganas, mereka akan sesuka hati menganiaya hewan lainnya yang lemah. Bukankah bagi hewan yang lemah hanya bisa mengakui kecongkakan yang kuat ?. Lebih parah lagi, musim kemarau yang melanda Hutan Kedung Siluman tahun ini sungguh sangat panjang.
Persedian air utama yang ada di TELAGA SEWON WONO, kinitelah surut. Air yang masih tertinggal hanya sebagian kecil, terletak persis di tengah telaga, itupun kini telah keruh.
Sudah barang tentu manfaat Telaga Sewon Wono menjadi sangat penting, bagi kehidupan hewan di seantero hutan lebat tersebut. Semua hewan penghuni hutan ini memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Namun lain lagi bagi Singa Perkasa SANG RAJA RIMBA. Yang congkak dan jahat. Karena sifat tamaknya, dia dengan congkaknya menguasai telaga ini sesuka hatinya. Hal ini membuat seluruh penghuni Hutan Kedung Siluman menjadi resah. Jangankan untuk minum, mendekatpun bagi hewan lainnya tidak diperbolehkan.

Karuan saja peristiwa di atas membuat Ucil ikut prihatin. Akhirnya dengan maksud baik Ucil disertai sahabat-sahabatnya menyempatkan diri untuk menemui Sang Raja Rimba. di istananya, yang letaknya tidak jauh dari Telaga Sewon Wono.
“Selamat jumpa lagi, . . . hai Si Raja Rimba. Semoga hari ini engkau dan keluargamu selalu dalam keadaan sehat-sehat “ sapa Ucil setelah dia duduk di depan Si Raja Rimba, yang duduk di atas tumpukan jerami dengan congkaknya.
“Auuummm.. . Selamat datang di istanaku, Hai Ucil. Apa keperluanmu datang menemuiku? “ seru Si Raja Rimba.
“Kedatangan kami semua menghadapmu hanya ingin mengunjungimu semata. Sekaligus perkenankan kami semua menyampaikan kekaguman kepada engkau Sang Perkasa, sehingga engkau patut di beri julukan SANG PERKASA SI RAJA RIMBA “ balas Ucil, dengan ucapan yang berbasa-basi. Ucil sengaja merayunya, karena dia tahu watak dan perangai Si Raja Rimba, yang sangat keranjingan pujian dari lainnya. Barangkali dengan cara ini, aku bisa melunturkan kecongkakan singa yang gila hormat tadi.
“Ha….ha . . ha.. memang begitu seharusnya, Cil. Semua hewan di hutan ini takut dan tunduk kepaku Sang Raja Rimba, lantas kepada siapa, akan berlindung kalau bukan kepada aku. . .siapa yang mereka takuti Cuma aku Sang Raja Rimba, ha. . ha. . ha “ seru raja rimba dengan wajah yang garang dan suara yang lantang.
Sebenarnya merah juga telinga Ucil mendengarkan kecongkakan singa gila hormat yang ada di depanya. Namun rasa marah dalam hatinya, sekuat mungkin dia tahan. Hal ini karena dia adalah duta dari semua sahabat-sahabatnya, sehingga dia harus bersikap hati-hati.
“Untuk itulah kami menghadapmu di istana, karena kami menginginkan pertolongan darimu, hanya engkaulah yang bisa menolong kesulitan kami “ dengan tidak sabar Ucil menuturkan permasalahannya.
“Katakan saja, Cil. Tentu dengan mudah aku akan membnantumu “ jawab Raja Rimba dengan wajah yang tersenyum angkuh.
“B aiklah Raja Rimba, aku harap engkau bersedia mendengarkan semua keluhan rakyatmu, yang sedang dilanda keresahan mendalam “
“M asalah apa, Cil “ Raja Rimba kaget mendengar penuturan Ucil.
“Hendaklah engkau bertindak adil, berikan kebebasan pada rakyatmu untuk mengambil air telaha sekedar untuk minum “ jawab Ucil lantang
“Aku selalu memberi kebebasan yang luas pada rakyatku, apabila keadaan air cukup berlimpah. Namun memang aku larang, karena persadiaan air terbatas “
“Aku yakin air telaga tidak akan habis hanya sekedar untuk minum saja “ tutur Ucil dengan nada yang cukup tinggi.
“Itulah maslahnya, Cil. Pada kenyataannya mereka seenaknya saja mengambil air. Mereka tidak mau mematuhi aku sebagai Raja Rimba, agar mengambil secukupnya “
“Lantas akan kau biarkan rakyatmu mati kehausan ? “ Ucil tidak kalah kerasnya dengan ucapan Raja Rimba.
“Grrr…..grrrr apa boleh buat, itulah hukuman yang pantas bagi mereka “ ucap Raja Rimba, yang sudah tidak dapat menahan rasa amarahnya.
“Dimana rasa keadilanmu sebagai Raja Rimba ? ” kini giliran Ucil yang berang dengan raja rimba.
“Aku tidak perduli. Bagiku peraturan ini akan terus aku jalankan sepanjang musim kemarau ini “
“Sungguh engkau tidak pantas menjadi Raja Rimba di Hutan Kedung Siluman ini. Tidak pernah aku duga, bahwa sifatmu bertentangan dengan nama besarmu. Percuma aku memberi hormat kepada engkau “ Ucilpun tidak mau kalah dalam meladeni kekerasan hati Si Raja Rimba.
“Itu bukan urusanmu, hai bocah sombong !. Cepat tinggalkan tempat ini ! “ gertak Raja Rimba kepada Ucil, yang nampaknya sudah tidak main-main lagi.
“Ketahuilah, hai Raja Rimba. Apabila terjadi ketidakadilan di hutan ini. Disitu pulalah Ucil akan dating untuk membrantasnya “ seru Ucil yang nampaknya juga tidak main-main.
“Bagus bocah yang tidak tahu diri !. Andai aku bertindak tidak adil, lantas apa maumu ?. Aku peringatkan kau !. Sekali terkam saja, tubuhmu akan tercabik-cabik “ tutur Raja Rimba yang kini sudah tepat di depan Ucil, siap menerkam.

Keadaan di dalam istana Raja Rimba kini terdengar gaduh, semua hewan berteriak memaki Raja Rimba, sementara lainnya berhamburan keluar karena takut. Betapa tidak
Kawanan singa pengawal Raja Rimba dan Ucil beserta kelompoknya sudah saling berhadapan dan saling bersitegang. Kedua belah pihak telah siap untuk bertempur mati-matian. Bahkan dalam situasdi yang genting seperti itu, meloncatlah Si Belang persis di depan Raja Rimba seraya menggertak.
“He Raja Rimba serakah majulah hadapi Belang , inilah lawanmu bukan bocah kecil ini “ tantang Si Belang yang siap untuk menyabung nyawa.
Melihat situasi yang telah menjadi kritis ini, Ucil berusaha untuk mencegah pertarungan antara Raja Rimba dan Si Belang. Karena keadaan seperti ini sama sekali tidak dikehendaki Ucil. Tugas dia yang paling utama, adalah mengajak semua penghuni hutan ini, saling menghormati dan tolong-menolong antar mereka. Sehingga di Hutan Kedung Siluman, tercipta ketertiban dan ketrentaman.
Saat itu juga, Ucil segera mengajak sahabat-sahabatnya meninggalkan Raja Rimba dan pengawal-pengawalnya guna mencari cara lain untuk melunturkan kecongkakan dan ketamakan Si Raja Rimba..
Namun demikian Ucil tetap meminta sahabat-sahabatnya tidak putus asa dan terus berupaya mencari cara lain. Sepanjang perjalanan mereka meninggalkan istana raja rimba, Ucil dan sahabat-sahabatnya saling berdiskusi menentukan langkah selanjutnya. Diskusi antar mereka sungguh sangat serius tetapi menyenangkan, mereka saling melempar pendapat, tidak memandang jenis hewan, besar-kecil tubuh mereka atau perbedaan anatara mereka lainnya.
Dari sekian banyak pendapat yang disampaikan mereka yang ikut larut dalam diskusi ini, hanyalah pendapat Si Burung Hantu yang bernama Si GUK GUK yang dapat diterima oleh mereka semua. Karena semua telah sepakat menerima pendapat Si Guk Guk, akhirnya Ucilpun bisa bernafas lega. Karena untuk menyadarkan Si Raja Rimba memang haruslah dengan cara yang bijak.
Pendapat Si Guk Guk memang pendapat yang paling masuk akal sekaligus pendapat yang cukup bijak, sehingga diharapkan tidak banyak menimbulkan masalah dalam perjuangan mereka semua mendapatkan air minum. Bukankah semua hewan di Hutan Kedung Siluiman telah mengetahui kebesaran nama sahabat mereka yang arif, yaitu KANCIL SAKTI dari LEMBAH KLAMPISAN. Kebesaran nama Kancil Sakti telah telah mereka ketahui bersama, selain sakti Kancil Sakti juga dikenal sebagai tokoh yang arif- bijaksana, ringan menolong sesame, ramah dan luwes bergaul.
“Guuk. . . guk…teman-temanku, tentunya kalian masih ingat sahabat kita KancSakti, yang telah lama kita lupakan. Bukankah dia sahabat kita yang ringan-tangan menolong kita semua, saya yakin berkat kecerdasan dan pengalaman hidupnya, tentulah mudah bagi dia untuk menyadarkan Si Raja Rimba. . Guuk. . .guk “ demikian pendapat Si Guk Guk
“Baiklah teman-teman, setelah kalian menyetujui pendapat sahabatku Si Guk Guk, besok kita segera kesana untuk menerima nasehat-nasehatnya, karena hari sudah cukup siang aku pamit dulu. Kasihan emak di rumah sendirian ” serui Ucil sambil membalikan badanya untuk segera pulang membantu pekerjaan emaknya. Sudah barang tentu kesepakatan anatar mereka telah dirahasiakan bersama, agar tidak terdengan telinga Si Raja Rimba, yang dikhawatirkan bisa menghalangngi niat mereka.
Tidak berapa lama mereka telah sampai di Lembah Klampisan, yang menakjubkan karena dikelilingi bukit yang landai dan sejuk. Persis di salah satu bukit, terdapat goa yang besar dan sejuk, disitulah Si Kancil Sakti tinggal. Karena Kancil Sakti sangat mudah bergaul dengan siapapun, merekapun tidak menemui kesulitan untuk menjumpainya.
“Jadi kamu yang bernama, Ucil “ seru Kancil Sakti
“Betul, Eyang Kancil “ jawab U cil.
“Hoooooo…..jangan panggil aku eyang “ protes Kancil Sakti.
“Ah. biarlah, aku senang memanggil eyang “ jawab Ucil, seraya melepas senyum.
“Hmm. . .terserah maumu saja Cil, Ayo cepat katakana, maksud kamu dan sahabat-sahabatmu menemui kancil yang tidak berguna ini “.
Ucilpun lantas menceritakan derita semua sahabat-sahabatnya penghuni Hutan Kedung Siluman, akibat ketamakan dari Si Raja Rimba.. Sekaligus niat dia meinta pertolongan Kancil Sakti. Mendengar penuturan Ucil yang runtut, dari awal hingga akhir Kancil Sakti hanya menarik nafas panjang sambil mengelus-elus jenggotnya yang telah memutih’
“Sungguh suatu perbuatan yang tidak terpuji, tidak pantas dilakukan oleh Raja Rimba . Baiklah saat ini juga, bersama mari kita temui rajamu. Semoga saja dia bersedia merubah keputusannya. “ seru Kancil Sakti dengan bergegas berniat menemui Raja Rimba..
Hari belum begitu sore, matahari masih bergelantung di langit biru yang kini sudah mulai condong ke barat. Sementara itu, Si Kancil Sakti bersama dengan sahabat-sahabat Ucil, telah sampai di gerbang istana Singa Si Baginda Raja Rimba. Kedatangan mereka sungguh membuat kaget penghuni istana, termasuk Raja Rimba.
“Auummm. . . engkau lagi Cil. Bagus. . .bagus. . .engkau membawa hidangan seekor kancil yang sudah tua, namun tiada mengapa Cil. Sudah tiga hari aku tidak makan
“ sambut Raja Rimba yang telah dimabuk dengan kecongkakannya.
“Aku tidak punya waktu lagi untuk berbasa-basi denganmu lagi, keadaan penghuni hutan ini sudah cukup menderita. Serahkan sekarang juga Telaga Sewon Wono kepada kami “ sahut Ucil dengan nada ketus.
“Ambil saja sesukamu, Cil. Asal kamu mau menyerahkan hidangan kancil berjenggot itu, meskipun sudah tua, namun biarlah yang penting cukup untuk mengganjal perutku “ seru Raja Rimba. Nampaknya rasa lapar diperutnya membuatnya dia lupa diri.
“Asal kamu mampu menangkap dan menerkam tubuhku, silahkan kamu nikmati kancil ini sepuas-puasnya, he. . . singa ompong yang lemah “ tantang Ucil.
Sebenarnya ngeri juga perasaan Ucil, atas sikapnya yang menantang Raja Rimba. Namun hal ini dia lakukan karena segala sesautu telah mereka rencanakan, untuk melumpuhkan Raja Rimba atas perintah Kancil Sakti.
“Kurang ajar, rasakan taringku. . . bocah bandel “ gertak Raja Rimba seraya melayangkan tubuhnya sekuat tenaga guna melumat tubuh si kecil Ucil. Namun betapa kagetnya Si Raja Rimba, saat kaki belakangnya menyentuh tanah. Dia merasakan lemas sekujur tubuhnya, bahkan tanah yang diinjaknya menjadi lunak, sehingga kedua kaki belakangnya terperosok ke dalam tanah yang basah.
Tidak heran kalau Si Raja Rimba menjadi gusar hatinya. Denghan sekuat tenaga dia mencobna menarik kedua kaki belakangnya. Namun anehnya, semakin kuat menarik kakinya, semakin dalam pula kaki belakangnya terperosok.
“Apa yang kamu lakukan , Cil. Jangan kamu kira aku akan menyerah begitu saja, he bocah sombong, he . . . pengawalku tolong angkat tubuhku, jangan hanya diam saja” . Sikap Raja Rimba semakin tidak menentu.

Meski enam pengawal setianya bersamaan menarik tubuh rajanya, namun tubuh Raja Rimba sama sekali tidak bergeser sedikitpun. Yang jelas peristiwa seperti ini, tidak membuat Raja Rimba menyadari kekurangannya, bahkan malah bertambah besar amarahnya.
“Jangan kamu kira, aku akan begitu saja menyerah padamu. . . bocah ingusan, kalau kau memang berani, bunuh saja aku, tunggu apa lagi. . . bocah dungu ! “ teriak Raja Rimba hingga suaranya menggetarkan dinding istana. Karuan saja membuat hati sebagian besar hewan yang ada di dalam istana menjadi tambah getir . Hanya Ucil dan Kancil Sakti yang kelihatan tenamg.
“Untuk apa aku membunuhmu yang sudah tak berdaya, sekarang serahkan saja Telaga Sewon Wono kepada semua rakyatmu “ jawab Ucil.
“Sampai kapanpun tidak akan aku serahkan telaga ini “
Di sela perseteruan Ucil dan Raja Rimba, majulah Kancil Sakti hingga tepat di depan tubuh Raja Rimba yang tak berdaya lagi, seraya berkata dengan tenang.
“Aku harapkan , Baginda yang Terhormat berkenan menyerahkan telaga ini, hanya kemurahan hatimu sajalah yang mampu menolong dirimu sendiri “ kata Kancil Sakti.
“Kancil tua. . . apa pedulimu, telaga ini miliku, hanya aku sajalah yang boleh meminum airnya, jangan ikut campur urusanku “ tutur Raja Rimba dengan sikap yang angkuh.
“Baiklah kalau memang begitu, sekarang nikmati saja air telagamu sepuas-puasnya “ seru Kancil Sakti seraya melangkah surut menuju Ucil berdiri.
Tidak beberapa lama setelah Kancil Sakti melangkah surut, kini terlihatlah pemandangan yang mencengangkan semua yang hadir di istana. Betapa tidak, dari semua lubang tubuh Raja Rimba mengalirlah dengan deras air yang keruh dan berbau busuk. Maka pantas saja bila seisi istana menjadi gaduh. Mereka saling berteriak,melolong, menggeram dan entah suara apa lagi.
Mengalami peristiwa yang mengerikan semacam ini, barulah Sang Raja Rimba menjdi kecil nyalinya. Sontak dia memohon kepada Kancil Sakti dan Ucil beserta sahabatnya dan berjanji akan menyerahkan Telaga Sewon Wono kepada seluruh rakyatnya..