Rabu, 29 Agustus 2012

Yang Ada di Negeriku





 si abang becak
nyanyi kelu dari lidah yang binal menyunting hari ...
peluh turut melepaskan  benak otaknya,
berkalang ilalang, roda terbungkus karet kumal telah mengelupas
aspal jalan yang mengelupas menusuk tajam
sederetan onak  semak dan paku
menjadi semakin berani mendenguskan nafasnya

si abang tidak kemana...
hanya dereten kabut sutra merajamnya dalam dalam
si abang ingin membungkusnya dalam kado hidup
untuk  beberapa anak anaknya yang legam kulitnya
dan redup matanya...mirip lampu jalan
di tengah gerimis senja

“aku tak akan usai dalam nyanyi putih bersih”
jalan aspal masih merentang menelan bulat bulat roda becaknya
akan ada nyanyi dari ujung langit....
diapun menelantarkan roda roda berkarat merah coklat  (Semarang, 30 Agustus 2012)

simpang jalan
rumput hijau berkalang senyum...
merambahkan laku durjana , hijau mengusam
rembulan tak berniat lagi berkemas dalam rambut sutra
matahari menelantarkan dalam  bara membara,

persimpangan jalan telah gaduh mengaduh
debu, kerikil, pekik dan umpatan menjadi ornamen dinding
deru  liar menusuk kornea mata
nanar tak sejengkal pohon sejuk meredup
di pinggiran jalan kita menanti hari pengantin
disunting iba, peduli dan asih ....(Semarang, 30 Agustus 2012)

di balik rembulan
entah kapan rembulan membalikan punggungnya
mungkin kala si emak membenah panganan
di meja  pasar berlantai kumuh dan pecah
dalam usungan rapi, tanpa perhelatan lalat dan tikus
bulan belum menampakan bundar dan api jingganya
saat si lengan kecil terhempas “kereta reformasi”
berdebu pengap,
roda roda besinya tajam menyeruakan tangis pilu
kita hanya terpingit senja
gurita jaman yang “nggegirisi”  lebih kentara tajam
di cakrawala bukit
kita dalam perahu samar menjadi saksi
(Semarang, 30 Agustus 2012)

Sketsa

sketsa di atas beludru biru...
tak  mungkin hilang
walau telah merapuh tersayat
belati jarum detik...
mari kita hitung warna warni sketsa..
dalam adonan gemulai hulubalang negri
sketsa bergambar  gincu bibir perawan desa
kita tunggu...hingga musim panen  menjenguknya

(Semarang, 30 Agustus 2012)

Senin, 13 Agustus 2012

kutanyakan pada pelangi


pada warna merah yang menantikan senja
pada warna biru berkulum rindu,
jingga menantikan engkau meredupkan kedua mata sendu
aku disampingmu, menjinjing bahasa pelangi
kau tak pernah peduli pada hari yang terbujur kaku
aku semaikan pada terang rembulan
pada kaki langit yang surut tersipu....
aku bertambah kokoh pada ikatan pelangi,

lantas kau taklukan suara burung berirama parau
di tengah kemarau panjang di tengah bilik tajam
dari sang mentari...aku kembali bertanya
mungkinkah merpati putih masih menjemput
gugusan awan putih,
jangan kau biarkan awan hitam menerkamnya
aku dan kau dalam satu

Semarang, 14 Agustus 2012 (Akhir Romadhon)