Selasa, 08 Desember 2009

TARZAN KECIL

1. BUNGA PENAWAR SEGALA PENYAKIT
Syahdan di negeri entah berantah, hiduplah seorang jamda tua di pinggir hutan lebat, yang jarang dijamah oleh manusia, sekaligus merupakan hutan yang dihuni banyak binatang buas. Oleh karena itu hanyalah manusia yang memiliki keberanian,, yang mau melewati hutan ini, apalagi untuk tinggal.
Karena keadaan yang miskin, maka janda ini sudah tidak bersedia tinggal di kota. Lebih
baikdia tinggal di pinggiran hutan ini, sehingga tidak membutuhkan biaya hidup sesenpun. Dia hanyaditemani oleh anak semata wayang , yang diberi nama U C I L . Meski ia hanya seorang anakbelasan tahun, tetapi perhatian dan kasih sayang pada ibunya sungguh sangat besar. Sehingga dapat dikata ibunya tidak banyak menemukan kesulitan untuk tinggal di pinggiran hutan KEDUNG SILUMAN. Begitu nama hutan yang buas tadi.
Barangkali karena lingkungan yang mengasuhnya, Ucil tumbuh menjadi bocah laki laki yang kuat, sigap sekaligus cekatan. Dia pandai mengerjakan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa, misalnya membelah kayu, memanjat pohon, mencari kayu bakar sekaligus bertani. Sungguh ucil adalah bocah laki laki yang pemberani, yang jelas pula ucil telah hafal betul dengan seluk beluk hutan Kedung Siluman. Tak heran acap kali ucil sering main hingga jauh ke tengan hutan yang lebat dan buas ini.
Kegiatan sehari-hari yang diakaukan ucil, adalah membantu emaknya yang sudah tua. Siapa lagi kalau bukan aku yang membantu emaknya, untuk berjalanpun emak sudah tertatih. Sungguh kasihan emak , demikian bisik hati kecik ucil.
Pagi pagi benar, setelah sarapan ubi, Ucil pergi ke kebon untuk menyiram tanaman sayur emaknya, yang tumbuh subur di sekeliling gubug reotnya. Setelah itu dia memberi makan hewan piaraan milik keluarga miskin ini. Setelah selesai, ucilpun pergi mencari kayu bakar yang melimpah ruas di hutan Kedung Siluman ini . Terkadang diapun sengaja mencari kayu bakar, hingga masuk jauh ke dalam hutan. Melihat hal seperti ini, emaknyapun tidak merasa khawatir akan keselamatan anak tercintanya, karena emaknya tahu persis bahwa ucil telah kenal betul dengan hutan ini.
Setelah matahari tepat di atas kepala kita, barulah upil makan siang dengan lauk seadanya, sungguh seorang bocah yang telah mandiri dibandingkan bocah lain yang sebaya. Berlainan dengan anak kota yang serba manja dan bergelimang materi.

Namun karena besarnya perhatian emak terhadap putranya ini dan sebaliknya, Ucilpun
tumbuh menjadi bocah yang penyayang dan ringan tangan dengan semua hewan yang ada di hutan ini. Hingga dia tidak pernah membedakan binatang buas atau tidak. Apabila dia menjumpai hewan yang mengancam keselamatannya, barulah dia membunuhnya. Itupun dia lakukan karena terpaksa, namun yang sering ia laukuan adalah menolong hewan yang menemui kesulitan.
Pernah pada suatu perjalanan dengan emaknya ke kota, untuk membeli beras dan garam, dia menemukan srigala yang hampir mati kehausan di tengah hutan, dia merelakan sebagian bekal air minumnya untuk srigala tadi. Padahal saat itu telah terjadi kekeringan yang panjang, sehingga banyak sumber mata air di tengah hutan telah mengering. Ucilpun sama sekali tidak khawatir dengan menipisnya bekal air minumnya. Melihat keadaan seperti itu, emaknya hanya tersenyum.
Diapun pernah menolong seekor anak macan yang terjebak dalam lubang yang cukup dalam. Mel;ihat keadaan seperti ini, induk macan tidak mampu berbuat banyak, dia hanya mengaum minta tolong pada semua yang ada disekelilingnya. Dengan perasaan tiada rasa gentar sedikitpun, ditolongnya anak macan tersebut, sehingga kini anak macan tadi bisa berkumpul dengan induknya lagi. Suatu persahabatan antara kedua jenis makhluk yang tiada pernah mereka lupakan.
Setiap ia menemukan ular ganas yang hendak menyerangnya, dia tidak pernah sekalipun membunuh, yang dia lakukan hanya menangkapnya. Karena Ucil mahir betul dalam menundukan semua jenis ular yang ada di hutan Kedung Siluman. Tidak berapa lama setelah ditangkap, diapun mengembalikan lagi ke tengah hutan, agar bisa hidup bebas.
Pendek kata dia menganggap bahwa semua makhuk hidup yang hidup di Hutan Kedung Siluman adalah teman bermainnya yang setia. Meskipun dia tidak mampu untuk bertutur kata dengan mereka. Sekali sekali dia membayangkan betapa bahagianya dia, apabila mampu bertutur kata dengan mereka. Mungkinmkah itu terjadi ?, hanyalah Tuhan Yang Kuasa yang tahu.
Suatu hari Ucil merasakan kesedihan hati yang mendalam, lantaran sejak pagi emaknya tidak mampu bangun dari tempat tidur. Sakit yang keras membuat emaknya tidak memiliki kekuatan untuk berdiri, sehingga memaksanya untuk tetap terbaring di temat tidur.

Sekujur tubuhnya merasakan nyeri dan demam tinggi. Sebentar-sebentar memanggil anak tumpuan hidupnya, kemudian tertidur lagi. Tidak henti-hentinya ucil menangis sambil mengompres dengan air telaga yang cukup dingin.. Sudah barang tentu Ucil merasakan kepedihan yang dalam, melihat kondisi emaknya, dia tidak tahu harus berbuat apa, kemana dia akan minta tolong. Di tengah tangisnya ,sempat emaknya terbangun dan memintanya agar dia tidak menangis, Bukankah kepedihan mereka sering melanda hidup mereka berdua, bukan hanya kali ini saja sejak kamu ditinggal bapakmu, demikian tutur kata emaknya yang selalu dihiasi senyum kecil di bibirnya yang keriput.
“ Cil tidak ada gunanya kamu menangis, tidak akan mampu menyembuhkan sakit emakmu yang renta ini, pergilah ke hutan carilah BUNGA PENAWAR SEGALA PENYAKIT. Lekaslah berangkat anaku, mumpung hari masih pagi “ demikian permintaan emaknya dengan suara yang lirih, memecahkan keheningan kamar mereka berdua yang pengap
.
Tidak perlu menunggu lama, bocah belasan tahun ini berlari menuju hutan, menuruti perintah emaknya. Dia berlari secepat kilat, karena dia baru saja menemukan sebuah harapan baru agar emaknya bisa sembuh.
Sepanjang perjalanan dia mengingat–ingat terus pesan emaknya, untuk mendapatkan Bunga Penawar Segala Penyakit. Selama dia hidup di pinggir hutan belum pernah dia tahu daun itu, mendengarnyapun baru kali ini. Namun apa daya, demi nasib emaknya, dia terus mencari bunga mujarab itu, tanpa niat mundur selangkahpun. Kini yang ada pada diri Ucil hanya menangis tiada hentinya, karena beban untuk bocah seusia dia sungguh cukup berat.
“Kemana harus aku cari bunganyanya emak, sedangkan di tengah hutan tidak ada orang yang mampu menolongku, semua yang ada di hutan ini tidak ada yang bisa diajak bicara. Ya Tuhan aku tidak mau ditinggal emak, selamatkan dia, oh….Tuhanku. “ ratap Ucil sambil terus berjalan menurut kata hatinya.
Tangisnya kini mendadak berhenti, karena dia mendengar suara auman macan yang kini berdiri tepat di depanya. Namun Ucil tidak gentar barang sedikitpun, Bahkan kini macan itupun diajak bicara.
“Macan…..makanlah aku sekenyang-kenyangmu, biarlah aku mati bersama emak. Di dunia ini hanya emak yang aku miliki. Jangan ragu-ragu macan, makanlah aku !. . . mana tubuhku yang engkau sukai “ ratap Ucil sambil mendekat macan itu.

“Aummm. . . . aummmm…., Ucil sahabatku, aku tidak akan memangsamu Akulah sahabatmu yang pernah engkau tolong dahulu, sudah sejak tadi aku melihat engkau sedang bersedih, ceritakan padaku he. . . Ucil, apa yang dapat aku tolong “ seru macan sdmbil mengangkat ke dua kakai depanya, seakan hendak melumat tubuh Ucil yang mungil.
Bagaikan mendengan petir di siang hari bolong, Ucil sama sekali tidak percaya melihat macan di depanya bisa bertutur sapa dengan dia, Sambil melangkat surut, iapun membalas tegur-sapa macan tadi.
“Bagaimana engkau bias berbicara dengan aku ?, apakah engkau manusia.. . ?, apakah aku sedang bermimpi.. . . .?. Nggak mungkin.. . .!. Oh Tuhan bagaimana ini bisa terjadi…? “. Ucil berkata sambil melototkan matanya, lantaran masih tidak percaya dengan kenyataan yang dihadapi. Sebentar-sebentar dia menggosokan matanya. Apakah aku bermimpi, demikian bisik hatinya.
“Jangan takut sahabatku, aku bukan hantu. . . aku adalah makhluk seperti engkau juga. Bukankah sudah semestinya anta kita bias saling bergaul Cil . . . ! “ demikian sahut macan.
“Tapi darimana kamu tahu namaku, he . . .macan “ seru Ucil dengan sikap masih heran.
“Hmmm. . . .grrr. Ketahuilah Cil, semua penghuni hutan ini telah tahu namamu, dan mereka kenal betul dengan kebaikanmu, sebagian dari mereka pernah engkau tolong dan sayangi, hanya saja mereka takut untuk bergaul lebih dekat denganmu, meski setiap hari keharuman namamu telah menjadi buah bibir di seantero hutan ini “ .jawab macan.
“Lantas siapa namamu macan ? . . . apakah semua hewan di hutan ini memiliki nama. . . ?.
“Kamu bisa memangil akuSI BELANG. .sudah barang tentu seperti layaknya manusia, semua hewan di hutan ini memiliki nama. Nah. . . sekarang apa masalahmu sehingga sembab matamu, dan seharian engkau menangis, sahabatku ?. Aku dan hewan penghuni hutan ini siap menolongmu “ seru Si Belang dengan lantang.
Ucilpun menceritakan perihal sakit ibunya sekaligus dia menyampaikan kehendak hatinya untuk mendapatkan bunga yang diceritakan ibunya. Mendengar penuturan Ucil, Si Belang membalasnya dengan senyum, karena untuk mendapatkan bunga itu bukanlah hal yang sulit, karena Si Belang tahu persis tempatnya.
Persis tengah hari, mereka telah sampai di perkampungan serigala. Perkampungan itu tidak lain adalah sebuah goa besar yang agak gelap, karena tertutup banyak pepohonan.

Saat itu juga , kembali Ucil menemui keanehan, setelah menjumpai sekawanan serigala yang menghapiri dirinya, untuk menyambut kedatangannya dengan penuh kehangatan.
“Selamat dating Ucil di perkampungan kami yang kumuh “ demikian ujar SI PUTIH
pimpinan kawanan srigala. Sambil melolong dengan nada yang mengerikan.
“Terimakasih srigala sahabatku, Mohom maaf bila baru kali ini aku bertandang ke perkampunganmu “ Ucil membalas dengan senyum hanga.
“Ah. . . tiada mengapa, Cil. Aku harap engkau tidak tersinggung dengan penyambutan kami yang ala kadarnya “ sahut Si Putih.
“Teman temanku srigala, sengaja aku bawa Ucil ke perkampunganmu, karena saat ini Ucil telah menghadapi kesulitan. Aku harap kamu semua bersedia untuk memberikan bantuan kepadanya “ ujar Si Belang kepada kawanan serigala itu.
“Aku ucapkan terimakasih kepadamu, Si Belang yang budiman, atas kebaikanmu membawa Ucil ke sini . Tolong ceritakan kepada kami apa kesulitan Ucil dan apa yang dapat kami bantu“. Jawab Si Putih dengan tegas tetapi ramah.
Kedua tamu tersebut kemudian menceritakan tentang kesulitan mereka, sekaligus permintaan bantuan kawanan serigala untuk menunjukan lorong menuju Bunga Penawar Segala Penyakit.
“Jangan khawatirsaudaraku, sekarang juga kami antar untuk naik ke puncak Bukit Seribu Jiwa.. Dan nanti kalian akan menemukan Bunga Penawar Segala Penyakit “ jawab Si Putih dengan wajah tulus.
Ucil sempat tercengang, tatkala melihat tempat bungan ajaib ini tumbuh. Bunga ini tumbuh dengan daun yang sedikit jumlahnya, saling berjejer melekat pada batang yang menjulang tinggi, dengan akar-akar yang saling bertaut dengan batu-batu keras dan mengumpul menjadi satu, membentuk bukit.
Dengan demikian letak bunga ajaib ini menjadi sulit dijamah oleh siapapun. Sehingga Ucilpun menjadi kecil hati. Belum lagi di sekitar perakaran batang bunga ajaib itu, banyak dihuni ular-ular berbisa yang mematikan. Baru kali ini, dia melihat ular berbisa yang sangat ganas dan sama sekali Ucil masih asing dengan jenis ular tadi. Padahal hamper setiap jenis ular penghuni Hutan Kedung Siluman, dia kenal semua. Hal ini membuat hatinya bertambah takut.

Namun rasa takut yang hinggap dihatinya tidak berlangsung lama, karena dibelakangnya telah siap sahabat-sahabatnya yang rela menolong. Sudah barang tentu apabila mereka semua saling bahu-membahu untuk mendapatkan bunga itu, beban ucilpun terasa ringan.
Dalam situasi yang genting ini, majulah Ucil menghadapi ular-ular berbisa tadi. Dia memberaniklan diri bertaruh nyawa demi kesehatan emaknya dan maksud baik hatinya. Bahkan diapun berharap bisa langsung berhadapan dengan pimpinan ular penjaga tadi
.
Tanpa diduga sebelumnya, terdengarlah suara gemuruh yang menggetarkan Bukit Seribu Jiwa dibarengi dengan debu-debu yang berterbangan, sehingga menggelapkan puncak bukit itu. Sontak kawanan hewan sahabat Ucil berlari tunggang-langgang ketakutan dan meninggalkan Ucil sendirian. Tinggalah kini Ucil yang hanya ditemana Si Belang dan Pimpinan Serigala, yang tidak lain adalah Si Putih.
Tidak berapa lama, mereka bertiga melangkah surut setelah melihat pohon kelapa berwarna hijau, namun bisa bergerak meliuk persis beberapa ratus langkah di depan mereka. Makhluk itu tidak lain, adalah ular raksasa pemimpin pengawal bunga ajaib Penawar Segala Penyakit. Apa mau dikata, aku sudah terlanjur sampai ke sini, yang terpenting bagiku adalah kesehatan emak, demikian suara hati kecil Ucil.
Dengan alasan tersebutlah, maka Ucil tanpa sedikitpun merasa takut, memberanikan diri untuk tetap tinggal dan siap menghadapi ular raksasa tadi. Demikian juga Si Belang dan Si Putih, melihat sahabatnya tanpa bergeser mundur, merekapun menjadi berani. Meski mereka melihat ular raksasa tadi, bergerak mendekati mereka bertiga dengan kepala sebesar almari diangkat ke atas, siap untuk menelan mereka bertiga.
‘Minggirlah kalian semua, jangan coba-coba mendekati bunga miliku, apalagi mengambilnya. Berapa banyak manusia yang sudah aku telan hidup-hidup, karena keserakahan mereka ingin memiliki bunga ajaib ini, He kamu manusia kecil, lekaslah kamuj pulang. Untuk apa kamu berlama-lama di sini’”. Tantang raja ular penjaga bunga ajaib.
“Silakan kamu telan aku hidup-hidup, namun setelah itu, ijinkan ke dua sahabatku mengambil bunga itu “ jawab Ucil dengan lantang.
“Baru kali ini aku menemukan manusia pemberani sepertimu, Grrrr…..grrrr…..lantas. . . untuk apa kamu mengorbankan nyawa hanya untuk bunga ini “ Jawab ular raksasa, seraya mendekatkan kepalanya kearah Ucil.

“Emaku di rumah sedang sakit keras, dia berpesan kepadaku sebelum pingsan, untuk mencari bunga ajaib yang bisa dijadikan obat “ Ucil menjawabnya dengan perasaan agak tenang dan menundukan wajahnya, karena dia hanya bisa pasrah.
“Ha….ha . . ha, masalah sakit emakmu bukan urusanku. . . bocah kecil !. . Aku tidak mau peduli dengan keadaan emakmu, kembalilah bocah kecil, carilah obat lain “ Sahut Ular raksasa dengan nada tinggi, pertanda kemarahanya telah memuncak.
“Ketahuilah he. . . ular sombong, apapun yang akan terjadi aku akan tetap mengambil bunga ajaib ini, apapun alasanmu, tidak akan menyurutkan niatku, mundurlah engkau ular sombong, kamu tidak akan mampu melawan semua hewan yang ada di hutan ini. Sekali aku berikan aba-aba, ribuan hewan akan membelaku….” . Entah kekuatan mana yang mampu membuat Ucil memeiliki keberanian sekuat itu.
“Ha. . . ha. . .ha. . . ternyata engakau memang bocah kecil yang berani,. . . sama sekali aku tidak merasa takut dengan ancamanmu itu, he. . .bocah lancang, sebaiknya sebelum aku telan semua hewan di hutan ini, kedua temanmu terlebih dahulu akan aku telan. . . bersiaplah he macan dan srigala “ tutur Si Ular Raksasa, sambil mengangkat kepala lebih tinggi, untuk mengambil ancang-ancang hendak menelan kedua sahabat Ucil.
“Tahan dulu. . . mereka berdua adalah sahabat setiaku yang tidak boleh dikorbankan hanya untuk tujuan emaku. Lebih baik engkau telan aku saja, aku telah siap engkau makan, asal setelah aku meningal, berikanlah bunga itu kepada kedua sahabatku “ jawab Ucil.
“Hmmm. . . hmm. . .memang engkau bocah kecil yang sungguh berani, baru kali aku menemukan manusia kecil sepertimu. . .siapa namamu, bocah kecil. .?” Tanya ular raksasa.
“Untuk menelan tubuhku tidak perlu kamu tahu namaku, cepatlah telan. . aku telah siap dari tadi. Sudah tidak ada waktu lagi, penyakit emaku telah bertambah parah , hari ini juga emak harus makan bunga itu “
Tidak berapa lama, Ucil segera membungkukan badannya siap untuk ditelan ular raksasa, melihat kejadian ini kedua sahabat Ucil hanya saling pandang, dan mereka berdua berteriak sekeras kerasnya, pertanda tidak setuju dengan sikap Ucil.
“Baiklah bocah kecil, bersiaplah untuk aku telan” jawab ular raksasa sambil mendekatkan mulutnya kearah Ucil. Kedua sahabat Ucil kini hanya bisa saling pandang dan tak mampu berbuat apapun, kecuali hanya pasrah.
Ucil telah siap menghadapi resiko apapun, kini dia telah memejamkan matanya. Saat itu juga dia telah siap untu meninggalkan dunia dan emaknya yang sangat dicintainya. Namun entah berapa lama, dia merasakan hembusan angin yang sangat sejuk menerpa sekujur tubuhnya bersamaan dengan terdengarnya dengus nafas panjang dari kedua sahabatnya.
Karena penasaran maka Ucilpun membuka kedua matanya, namun apa yang dapat ia lihat sekarang. Persis di depan dia, telah berdiri seorang wanita cantik dengan senyum yang menawan dan tulus, kedua tanganya mengelus rambut bocah malang ini. Karuan saja Ucil menjadi tambah penasaran, diapun segera memberanikan diri untuk bertanya.
“Siapa ini. . mana ular raksasa tadi” Tanya Ucil dengan beribu rasa penasaran.
“Akulah ular tadi. . .Ucilku sayang . . ? Ketahuilah anak manis ! , bahwa Naga Raksasa adalah penjelmaan dari aku, untuk menguji ketulusan hati bagi siapa saja yang akan mengambil bunga ajaib. Akulah penunggu bunga ajaib ini, untuk mengawasi siapa saja yang akan memetiknya. “ sahut wanita cantik, sambil terus memberikan senyuman yang menawan.
Karena tidak dapat menahan rasa Ucilpun sontak memeluk wanita cantik itu sambil menangis, memohon segera diberikannya bunga ajaib untuk obat emaknya di rumah.
“Ucil anaku sayang !, tidak usah khawatir, kamu akan segera mendapatkan bunganya, yang kini sudah ada di tangan Ibunda, segeralah kamu terima dan bergegaslah pulang untuk segera diberikan emakmu, ketahuilah. . . anaku saying !, telah beribu-ribu tahun manusia mencoba mendapatkan bunga ini, namun hanya kamu seorang yang bisa mendapatkan. Janganlah sombong, anaku. . .Jadilah manusia yang ringan tangan menolong sesama dan berbaktilah kepada emakmu…lindingi semua makhluk yang ada di hutan ini, terutama dari ketamakan manusia. . .demikian anaku nasehat ibunda. . .karena telah cukup, maka ijinkan Ibunda pergi. . . “

Sejenak setelah menyampaikan pesan tadi, Ucil kini hanya mendapatkan angina kosong di depannya. Peri yang cantik menawan tadi menghilang dari pandangan mereka bertiga. Tanpa menunggu waktu lagi, mereka bertiga segera bergegas menuju rumah Ucil, untuk memberikan bunga itu kepada emaknya Ucil. Tiada berapa lama kemudian, Keluarga miskin di pinggir Hutan Kedung Siluman kembali berbahagia. Hari demi hari berganti, namun selalu berhias keceriaan. Rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tiada hentinya dipersembahkan oleh emak sang janda renta, karena dia memiliki putra tunggal Ucil yang benar - bena rmencintai dia.


2. UCIL DAN KANCIL SAKTI
Kesedihan Ucil kini telah lenyap, hatinya kembali pulih seperti semula lantaran
emaknya telah sembuh, karena itu pula kini dia lebih ceria lagi bertutur kata dengan hewa
sahabat-sahabatnya.
Setiap hari seusai membantu pekerjaan emaknya, dia luangkan waktunya untuk bermain dengan sahabat-sahabatnya. Mereka saling berlari, bekejaran dan bercengkerama layaknya saudara sekandung. Bahkan kini mereka benar-benar telah menjadi sahabat sejati, apabila salah satu dari mereka menemui kesulitan, maka yang lainnya segera memberi bantuan
.
Demikianlah kehidupan Ucil Si Tarzan Kecil tiap harinya. Namun hari terus berganti, karena waktu selalu bergulir tiada yang mampu menghentukannya. Pergantian hari, bulan pada akhirnya akan menyebabkan pergantian musim, hingga giliran sekarang Hutan Kedung Siluman dilanda musim kemarau yang panjang.
Seperti biasanya apabila semua penghuni hutan ini mengahadapi musim kemarau yang panjang, mereka harus siap menghadapi hukum rimba yang ganas antar mereka. Hukum ini jelas akan menguntungkan hewan-hewan yang besar dan ganas, mereka akan sesuka hati menganiaya hewan lainnya yang lemah. Bukankah bagi hewan yang lemah hanya bisa mengakui kecongkakan yang kuat ?. Lebih parah lagi, musim kemarau yang melanda Hutan Kedung Siluman tahun ini sungguh sangat panjang.
Persedian air utama yang ada di TELAGA SEWON WONO, kinitelah surut. Air yang masih tertinggal hanya sebagian kecil, terletak persis di tengah telaga, itupun kini telah keruh. Sudah barang tentu manfaat Telaga Sewon Wono menjadi sangat penting, bagi kehidupan hewan di seantero hutan lebat tersebut. Semua hewan penghuni hutan ini memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Namun lain lagi bagi Singa Perkasa SANG RAJA RIMBA. Yang congkak dan jahat. Karena sifat tamaknya, dia dengan congkaknya menguasai telaga ini sesuka hatinya. Hal ini membuat seluruh penghuni Hutan Kedung Siluman menjadi resah. Jangankan untuk minum, mendekatpun bagi hewan lainnya tidak diperbolehkan.
Karuan saja peristiwa di atas membuat Ucil ikut prihatin. Akhirnya dengan maksud baik Ucil disertai sahabat-sahabatnya menyempatkan diri untuk menemui Sang Raja Rimba. di istananya, yang letaknya tidak jauh dari Telaga Sewon Wono.
“Selamat jumpa lagi, . . . hai Si Raja Rimba. Semoga hari ini engkau dan keluargamu selalu dalam keadaan sehat-sehat “ sapa Ucil setelah dia duduk di depan Si Raja Rimba, yang duduk di atas tumpukan jerami dengan congkaknya.
“Auuummm.. . Selamat datang di istanaku, Hai Ucil. Apa keperluanmu datang menemuiku? “ seru Si Raja Rimba.
“Kedatangan kami semua menghadapmu hanya ingin mengunjungimu semata. Sekaligus perkenankan kami semua menyampaikan kekaguman kepada engkau Sang Perkasa, sehingga engkau patut di beri julukan SANG PERKASA SI RAJA RIMBA “ balas Ucil, dengan ucapan yang berbasa-basi. Ucil sengaja merayunya, karena dia tahu watak dan perangai Si Raja Rimba, yang sangat keranjingan pujian dari lainnya. Barangkali dengan cara ini, aku bisa melunturkan kecongkakan singa yang gila hormat tadi.
“Ha….ha . . ha.. memang begitu seharusnya, Cil. Semua hewan di hutan ini takut dan tunduk kepaku Sang Raja Rimba, lantas kepada siapa, akan berlindung kalau bukan kepada aku. . .siapa yang mereka takuti Cuma aku Sang Raja Rimba, ha. . ha. . ha “ seru raja rimba dengan wajah yang garang dan suara yang lantang.
Sebenarnya merah juga telinga Ucil mendengarkan kecongkakan singa gila hormat yang ada di depanya. Namun rasa marah dalam hatinya, sekuat mungkin dia tahan. Hal ini karena dia adalah duta dari semua sahabat-sahabatnya, sehingga dia harus bersikap hati-hati.
“Untuk itulah kami menghadapmu di istana, karena kami menginginkan pertolongan darimu, hanya engkaulah yang bisa menolong kesulitan kami “ dengan tidak sabar Ucil menuturkan permasalahannya.
“Katakan saja, Cil. Tentu dengan mudah aku akan membnantumu “ jawab Raja Rimba dengan wajah yang tersenyum angkuh.
“B aiklah Raja Rimba, aku harap engkau bersedia mendengarkan semua keluhan rakyatmu, yang sedang dilanda keresahan mendalam “
“M asalah apa, Cil “ Raja Rimba kaget mendengar penuturan Ucil.
“Hendaklah engkau bertindak adil, berikan kebebasan pada rakyatmu untuk mengambil air telaha sekedar untuk minum “ jawab Ucil lantang
“Aku selalu memberi kebebasan yang luas pada rakyatku, apabila keadaan air cukup berlimpah. Namun memang aku larang, karena persadiaan air terbatas “
“Aku yakin air telaga tidak akan habis hanya sekedar untuk minum saja “ tutur Ucil dengan nada yang cukup tinggi.
“Itulah maslahnya, Cil. Pada kenyataannya mereka seenaknya saja mengambil air. Mereka tidak mau mematuhi aku sebagai Raja Rimba, agar mengambil secukupnya “
“Lantas akan kau biarkan rakyatmu mati kehausan ? “ Ucil tidak kalah kerasnya dengan ucapan Raja Rimba.
“Grrr…..grrrr apa boleh buat, itulah hukuman yang pantas bagi mereka “ ucap Raja Rimba, yang sudah tidak dapat menahan rasa amarahnya.
“Dimana rasa keadilanmu sebagai Raja Rimba ? ” kini giliran Ucil yang berang dengan raja rimba.
“Aku tidak perduli. Bagiku peraturan ini akan terus aku jalankan sepanjang musim kemarau ini “
“Sungguh engkau tidak pantas menjadi Raja Rimba di Hutan Kedung Siluman ini. Tidak pernah aku duga, bahwa sifatmu bertentangan dengan nama besarmu. Percuma aku memberi hormat kepada engkau “ Ucilpun tidak mau kalah dalam meladeni kekerasan hati Si Raja Rimba.
“Itu bukan urusanmu, hai bocah sombong !. Cepat tinggalkan tempat ini ! “ gertak Raja Rimba kepada Ucil, yang nampaknya sudah tidak main-main lagi.
“Ketahuilah, hai Raja Rimba. Apabila terjadi ketidakadilan di hutan ini. Disitu pulalah Ucil akan dating untuk membrantasnya “ seru Ucil yang nampaknya juga tidak main-main.
“Bagus bocah yang tidak tahu diri !. Andai aku bertindak tidak adil, lantas apa maumu ?. Aku peringatkan kau !. Sekali terkam saja, tubuhmu akan tercabik-cabik “ tutur Raja Rimba yang kini sudah tepat di depan Ucil, siap menerkam.

Keadaan di dalam istana Raja Rimba kini terdengar gaduh, semua hewan berteriak memaki Raja Rimba, sementara lainnya berhamburan keluar karena takut. Betapa tidakKawanan singa pengawal Raja Rimba dan Ucil beserta kelompoknya sudah saling berhadapan dan saling bersitegang. Kedua belah pihak telah siap untuk bertempur mati-matian. Bahkan dalam situasdi yang genting seperti itu, meloncatlah Si Belang persis di depan Raja Rimba seraya menggertak.
“He Raja Rimba serakah majulah hadapi Belang , inilah lawanmu bukan bocah kecil ini “ tantang Si Belang yang siap untuk menyabung nyawa.
Melihat situasi yang telah menjadi kritis ini, Ucil berusaha untuk mencegah pertarungan antara Raja Rimba dan Si Belang. Karena keadaan seperti ini sama sekali tidak dikehendaki Ucil. Tugas dia yang paling utama, adalah mengajak semua penghuni hutan ini, saling menghormati dan tolong-menolong antar mereka. Sehingga di Hutan Kedung Siluman, tercipta ketertiban dan ketrentaman.
Saat itu juga, Ucil segera mengajak sahabat-sahabatnya meninggalkan Raja Rimba dan pengawal-pengawalnya guna mencari cara lain untuk melunturkan kecongkakan dan ketamakan Si Raja Rimba..
Namun demikian Ucil tetap meminta sahabat-sahabatnya tidak putus asa dan terus berupaya mencari cara lain. Sepanjang perjalanan mereka meninggalkan istana raja rimba, Ucil dan sahabat-sahabatnya saling berdiskusi menentukan langkah selanjutnya. Diskusi antar mereka sungguh sangat serius tetapi menyenangkan, mereka saling melempar pendapat, tidak memandang jenis hewan, besar-kecil tubuh mereka atau perbedaan anatara mereka lainnya.
Dari sekian banyak pendapat yang disampaikan mereka yang ikut larut dalam diskusi ini, hanyalah pendapat Si Burung Hantu yang bernama Si GUK GUK yang dapat diterima oleh mereka semua. Karena semua telah sepakat menerima pendapat Si Guk Guk, akhirnya Ucilpun bisa bernafas lega. Karena untuk menyadarkan Si Raja Rimba memang haruslah dengan cara yang bijak.
Pendapat Si Guk Guk memang pendapat yang paling masuk akal sekaligus pendapat yang cukup bijak, sehingga diharapkan tidak banyak menimbulkan masalah dalam perjuangan mereka semua mendapatkan air minum. Bukankah semua hewan di Hutan Kedung Siluiman telah mengetahui kebesaran nama sahabat mereka yang arif, yaitu KANCIL SAKTI dari LEMBAH KLAMPISAN. Kebesaran nama Kancil Sakti telah telah mereka ketahui bersama, selain sakti Kancil Sakti juga dikenal sebagai tokoh yang arif- bijaksana, ringan menolong sesame, ramah dan luwes bergaul
.
“Guuk. . . guk…teman-temanku, tentunya kalian masih ingat sahabat kita KancSakti, yang telah lama kita lupakan. Bukankah dia sahabat kita yang ringan-tangan menolong kita semua, saya yakin berkat kecerdasan dan pengalaman hidupnya, tentulah mudah bagi dia untuk menyadarkan Si Raja Rimba. . Guuk. . .guk “ demikian pendapat Si Guk Guk
“Baiklah teman-teman, setelah kalian menyetujui pendapat sahabatku Si Guk Guk, besok kita segera kesana untuk menerima nasehat-nasehatnya, karena hari sudah cukup siang aku pamit dulu. Kasihan emak di rumah sendirian ” serui Ucil sambil membalikan badanya untuk segera pulang membantu pekerjaan emaknya. Sudah barang tentu kesepakatan anatar mereka telah dirahasiakan bersama, agar tidak terdengan telinga Si Raja Rimba, yang dikhawatirkan bisa menghalangngi niat mereka.
Tidak berapa lama mereka telah sampai di Lembah Klampisan, yang menakjubkan karena dikelilingi bukit yang landai dan sejuk. Persis di salah satu bukit, terdapat goa yang besar dan sejuk, disitulah Si Kancil Sakti tinggal. Karena Kancil Sakti sangat mudah bergaul dengan siapapun, merekapun tidak menemui kesulitan untuk menjumpainya.
“Jadi kamu yang bernama, Ucil “ seru Kancil Sakti
“Betul, Eyang Kancil “ jawab U cil.
“Hoooooo…..jangan panggil aku eyang “ protes Kancil Sakti.
“Ah. biarlah, aku senang memanggil eyang “ jawab Ucil, seraya melepas senyum.
“Hmm. . .terserah maumu saja Cil, Ayo cepat katakana, maksud kamu dan sahabat-sahabatmu menemui kancil yang tidak berguna ini “.

Ucilpun lantas menceritakan derita semua sahabat-sahabatnya penghuni Hutan Kedung Siluman, akibat ketamakan dari Si Raja Rimba.. Sekaligus niat dia meinta pertolongan Kancil Sakti. Mendengar penuturan Ucil yang runtut, dari awal hingga akhir Kancil Sakti hanya menarik nafas panjang sambil mengelus-elus jenggotnya yang telah memutih’
“Sungguh suatu perbuatan yang tidak terpuji, tidak pantas dilakukan oleh Raja Rimba . Baiklah saat ini juga, bersama mari kita temui rajamu. Semoga saja dia bersedia merubah keputusannya. “ seru Kancil Sakti dengan bergegas berniat menemui Raja Rimba..

Hari belum begitu sore, matahari masih bergelantung di langit biru yang kini sudah mulai condong ke barat. Sementara itu, Si Kancil Sakti bersama dengan sahabat-sahabat Ucil, telah sampai di gerbang istana Singa Si Baginda Raja Rimba. Kedatangan mereka sungguh membuat kaget penghuni istana, termasuk Raja Rimba.
“Auummm. . . engkau lagi Cil. Bagus. . .bagus. . .engkau membawa hidangan seekor kancil yang sudah tua, namun tiada mengapa Cil. Sudah tiga hari aku tidak makan “ sambut Raja Rimba yang telah dimabuk dengan kecongkakannya.
“Aku tidak punya waktu lagi untuk berbasa-basi denganmu lagi, keadaan penghuni hutan ini sudah cukup menderita. Serahkan sekarang juga Telaga Sewon Wono kepada kami “ sahut Ucil dengan nada ketus.
“Ambil saja sesukamu, Cil. Asal kamu mau menyerahkan hidangan kancil berjenggot itu, meskipun sudah tua, namun biarlah yang penting cukup untuk mengganjal perutku “ seru Raja Rimba. Nampaknya rasa lapar diperutnya membuatnya dia lupa diri.
“Asal kamu mampu menangkap dan menerkam tubuhku, silahkan kamu nikmati kancil ini sepuas-puasnya, he. . . singa ompong yang lemah “ tantang Ucil.
Sebenarnya ngeri juga perasaan Ucil, atas sikapnya yang menantang Raja Rimba. Namun hal ini dia lakukan karena segala sesautu telah mereka rencanakan, untuk melumpuhkan Raja Rimba atas perintah Kancil Sakti.
“Kurang ajar, rasakan taringku. . . bocah bandel “ gertak Raja Rimba seraya melayangkan tubuhnya sekuat tenaga guna melumat tubuh si kecil Ucil. Namun betapa kagetnya Si Raja Rimba, saat kaki belakangnya menyentuh tanah. Dia merasakan lemas sekujur tubuhnya, bahkan tanah yang diinjaknya menjadi lunak, sehingga kedua kaki belakangnya terperosok ke dalam tanah yang basah.
Tidak heran kalau Si Raja Rimba menjadi gusar hatinya. Denghan sekuat tenaga dia mencobna menarik kedua kaki belakangnya. Namun anehnya, semakin kuat menarik kakinya, semakin dalam pula kaki belakangnya terperosok.
“Apa yang kamu lakukan , Cil. Jangan kamu kira aku akan menyerah begitu saja, he bocah sombong, he . . . pengawalku tolong angkat tubuhku, jangan hanya diam saja” . Sikap Raja Rimba semakin tidak menentu.

Meski enam pengawal setianya bersamaan menarik tubuh rajanya, namun tubuh Raja Rimba sama sekali tidak bergeser sedikitpun. Yang jelas peristiwa seperti ini, tidak membuat Raja Rimba menyadari kekurangannya, bahkan malah bertambah besar amarahnya.
“Jangan kamu kira, aku akan begitu saja menyerah padamu. . . bocah ingusan, kalau kau memang berani, bunuh saja aku, tunggu apa lagi. . . bocah dungu ! “ teriak Raja Rimba hingga suaranya menggetarkan dinding istana. Karuan saja membuat hati sebagian besar hewan yang ada di dalam istana menjadi tambah getir . Hanya Ucil dan Kancil Sakti yang kelihatan tenamg.
“Untuk apa aku membunuhmu yang sudah tak berdaya, sekarang serahkan saja Telaga Sewon Wono kepada semua rakyatmu “ jawab Ucil.
“Sampai kapanpun tidak akan aku serahkan telaga ini “
Di sela perseteruan Ucil dan Raja Rimba, majulah Kancil Sakti hingga tepat di depan tubuh Raja Rimba yang tak berdaya lagi, seraya berkata dengan tenang.
“Aku harapkan , Baginda yang Terhormat berkenan menyerahkan telaga ini, hanya kemurahan hatimu sajalah yang mampu menolong dirimu sendiri “ kata Kancil Sakti.
“Kancil tua. . . apa pedulimu, telaga ini miliku, hanya aku sajalah yang boleh meminum airnya, jangan ikut campur urusanku “ tutur Raja Rimba dengan sikap yang angkuh.
“Baiklah kalau memang begitu, sekarang nikmati saja air telagamu sepuas-puasnya “ seru Kancil Sakti seraya melangkah surut menuju Ucil berdiri
.
Tidak beberapa lama setelah Kancil Sakti melangkah surut, kini terlihatlah pemandangan yang mencengangkan semua yang hadir di istana. Betapa tidak, dari semua lubang tubuh Raja Rimba mengalirlah dengan deras air yang keruh dan berbau busuk. Maka pantas saja bila seisi istana menjadi gaduh. Mereka saling berteriak,melolong, menggeram dan entah suara apa lagi.
Mengalami peristiwa yang mengerikan semacam ini, barulah Sang Raja Rimba menjdi kecil nyalinya. Sontak dia memohon kepada Kancil Sakti dan Ucil beserta sahabatnya dan berjanji akan mmenyerahkan Telaga Sewon Wono kepada seluruh rakyatnya..

3.PASUKAN KERA
Pagi hari Ucil sudah membantu emaknya di kebon. Ditemani para sahabat-sahabatnya, sedangkan emaknya sibuk memasak sarapan mereka berdua, udara pagi Hutan Kedung Siluman sungguh menyejukan tubuh. Lantaran hutan ini masih asri, sama sekali belum terjamah tangan jahil manusia.
Namun pagi hari itu, dirinya sungguh merasa kaget bukan kepalang. Karena sesuatu yang terjadi, sungguh di luar kejadian biasanya.. Selama dia dan emaknya hidup tenteram bertahun-tahun di hutan ini , baru kali ini kebon sayur Ucil disatroni pencuri. Seluruh sayur-sayurnya hilang dan meninggalkan sisa kerusakan di kebonya
Dengan memperhatikan jejak kaki pencuri yang tertinggal, Ucilpun menyimpulkan, bahwa yang menyatroni kebonya semalam adalah kawanan hewan liar. Sudah barang tentu kawanan hewan sahabatnya tidak mungkin berbuat seperti itu, kalauloh mereka membutuhkan sayur , dengan senang hati Ucilpun memberikan. Bukankah antara mereka dan Ucil telah terbiasa hidup rukun dan saling tolong-menolong. Lantas siapa yang berani menyatroni kebon sayurku, demikian bisik hatiUcil penasaran.
Ditelitinya sekali lagi jejak kaki pencuri yang menyatroni kebunnya, Ucilpun menjadi sedih hatinya. Lantaran dari jejak yang tertinggal, jelaslah kawanan kera yang melakukan pencurian. Hal ini tentunya menyebabkan hati Ucil bertambah sedih dan penasaran
.
Kerugian yang dialami emaknya memang tidak seberapa, namun setidak-tidaknya hutan yang tentram ini dikhawatirkan akan menjadi kacau. Oleh karena itulah, Ucil kemudian meminta ijin emaknya untuk pergi ke tengah hutan untuk menemui Raja Kera RAGA BRANJANGAN, guna meminta pertanggungan-jawab.
Baru beberapa ratus langkah meninggalkan emaknya, dari jauh telah terlihat kawanan kera yang dipimpin langsung Raja Kera, berjalan paling depan dengan langkah yang tegap dan setengah berlari. Diikuti puluhan pasukan kera pengawalnya, mereka saling berteriak, pertanda kawanan ini sedang diliputi rasa marah yang memuncak.
“Cil, kebetulan sekali kita berjumpa disini, Grrrrr. . .grrrr…, Hari ini aku sengaja ingin bertemu denganmu “ kata Raga Branjangan.
“Rupanya kita mempunyai maksud yang sama kawan ! , aku juga punya niat ingin menemuimu. Semalam kawanan kera telah menyerang kebon sayur emaku. Semua sayur emaku dilahap habis tanpa sedikitpun yang tersisa. Mengapa anak buahmu tega melakukan ini, He sahabatku Rogo Branjangan…! “ protes Ucil.
“Sabar dulu, Cil !. . . bukan hanya kebun sayur emakmu, semua buah-buahan milik rakyatkupun telah dihabiskan pasukan kera. . . entah dari mana datangnya mereka “ jawab Si Raja Kera dengan geram.
“Apa maksudmu. . .apa yang terjadi. . pasukan kera dari mana. . .tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi. . jadi bukan rakyatmu yang menyatroni kebonku ? “ desak Ucil penasaran karena ingin tahu kejadian yang sebenarnya.
“Yang jelas bukan rakyatku, aku berani menjamin. Percayalah padaku, Cil, semalam kami diserang oleh pasukan kera yang jumlahnya tak terhitung “ tutur Raja Kera meyakinkan Ucil.
“Pasukan kera…!, apa maksudmu ?. Sudah lama aku tinggal di hutan ini, kejadian ini sungguh sulit kupercaya, cobalah tenangkan dulu perasaanmu Raja Kera”.

Ucilpun segera menyuruh Si Raja Kera segera melaporkan kejadian sebenarnya, sekaligus menyuruh mereka untuk duduk di pinggir jalan hutan yang cukup rimbun. Sementara para pengawal duduk mengitari Ucil dan rajanya. Secara runtut dan lancer Raka Kera menceritakan kejadian yang sebenarnya, tentang serbuan pasukan kera semalam dari awal hingga akhir.
Sejenak Ucil dan sahabat-sahabatnya hanya termenung setelah mendengarkan cerita Rogo Branjangan, memikirkan bagaimana mengatasi kejadian ini. Sebagian dari mereka hanya bisa menarik nafas panjang, sedangkan lainnya hanya bisa saling pandang.
“Melihat cara mereka menyerbu hutan ini jelaslah Cil, mereka cukup terlatih dan mempunyai niat yang jahat terhadap penghuni Hutan Kedung Siluman “ kata Raja Kera mencoba memecahkan kebekuan hati mereka yang berkumpul.
“Lantas bagaimana dengan Raja Rimba dan pasukannya “ Tanya Ucil.
“Mereka telah mengadakan perlawanan yang sengit dan berhasil membunuh cukup banyak pasukan kera, namun karena jumlah pasukan kera tak terhitung, mereka terdesak mundur dan lari entah kemana “
“Bila kita tetap bersatu tentun mereka bisa dikalahkan. Bersikaplah tenang, Raja Kera ! Saya yakin mereka bermarkas tidak jauh dari hutan ini. Cobalah akan aku panggil Elang
Mas, untuk mengadakan pengintaian “ seru Ucil. Tak lama kemudian, Ucil berteriak melengking memanggil Elang Mas, yang terbiasa melakukan tugas pengintaian.
Dengan senang hati Elang Mas yang ditemani kelompoknya segera terbang untuk mengadakan pengintaian. Mereka terbang menyebar kearah empat penjuru, tanpa harus banyak menerima penjelasan Ucil. Lantaran tugas semacam ini, adalah keahlian kelompok elang.
Sementara sambil menunggu laporan hasil pengintaian sahabatnya, Ucilpun segera mengatur taktik bagaimana menyelematkan penghuni Hutan Kedung Siluman.Kebiadaban pasukan kera terhadap penghuni hutan ini, telah menyengsarakan tiap penghuni Hutan Kedung Siluman. Sehingga tanpa menunggu waktu lama, para pimpinan kawanan hewan segera mencari Ucil, untuk mengadukan masalah yang mengancam mereka. Sudah barang tentu peristiwa ini, adalah sesuatu yang penting bagi mereka. Lantaran gempuran pasukan kera telah menelan korban jiwa saudara-saudara mereka, belum lagi persedian makanan yang telah diangkut tanpa sisa oleh pasukan kera.
Hingga tidak mengherankan apabila dalam waktu yang tidak lama, Ucil sekarang dikelilingi pemimpin-pemimpin kelompok hewan. Mereka semua mengadu kepada Ucil, tentang sikap mereka yang marah, sedih sekaligus ingin segera membalas memerangi kebiadaban pasukan kera.
“Kita balik serang mereka, Cil “ seru babi hutan yang memiliki nama Rekso.
“Tunggu apa lagi Cil. . . biar aku gempur mereka semua “ pinta Sembrani, kuda yang gagah perkasa , seraya mengangkat kedua kakinya dan berteriak nyaring menantang kawanan kera.
“Aku tidak punya wewenang untuk mengeluarkan perintah berperang, wewenang ini sepenuhnya berada di tangan Si Raja Rimba. . . kemana perginya Raja Rimba ? “ Tanya Ucil kepada seluruh hewan yang berkumpul.
“Kawanan singa dan Si Raja Rimba tidak berada di tempat, tetapi mengungsi di Hutan Jeruk Legi dekat Pulau Nusakambangan “ jawab Kancil.
“Darimana engkau tahu, kancil sahabatku ? “
“Aku sempat bertemu dengan mereka tadi pagi”
“Huuuh. bisa repot kita, padahal keadaan sudah genting. Baiklah sahabat-sahabatku, sembari menunggu kabar dari Elang Sakti. Kumpulkan semua saudaramu.
Bawalah mereka secepatnya ke BUKIT LANGEN SARI, untuk berlindung dari patroli pasukan kera. Saya kira patroli pasukan kera tidak mudah menemukan persembunyian kita. Setelah kita aman di sana, barulah kita bisa mengatur taktik melawan mereka “ tutur Ucil kepada mereka yang berkumpul. Tanpa menunggu lama, masing-masing ketua kelompok hewan membubarkan diri, guna mempersiapkan pengungsian besar-besaran rakyatnya ke Bukit Langen Sari.
Keputusan Ucil memilih Bukit Langen Sari sebagai tempat pengungsian memang masuk akal. Betapa tidak, bukit itu letaknya sunggung terpencil, di kaki GUNUNG UNGARAN. Bukit itu dibatasi oleh sungai yang berkelok mengelilinginya. Untuk menuju bukit itu, kita haruslah melewati banyak tanjakan yang cukup terjal, yang berfungsi sebagai dinding alam.

Sehingga kecil kemungkinan pasukan kera musuh bisa menemukan bukit ini, ditambah lagi bukit ini banyak dihuni hewan-hewan berbisa yang siap merenggut nyawa siapa saja yang melintasnya. Hanya penghuni Hutan Kedung Siluman saja yang mengetahui jalan pintas yang aman menuju puncak bukit ini.
Memang untuk menyelamatkan penghuni Hutan Kedung Siluman dari keganasan pasukan kera musuh mereka, bukanlah perkara yang gampang. Namun berkat bakat alam yang dimiliki Ucil masalah ini, bukanlah sesuatu yang pelik.
Meskipun demikian, bukan berarti Ucil gampang bertindak gegabah, sebab sedikit saja dia ceroboh maka musnahlah sahabat-sahabat dia yang jumlahnya tak terhitung. Oleh sebab itu diapun menyuruh Pasukan Srigala yang dipimpin Si Putih ditambah dengan Pasukan Macan yang dipimpin Si Belang, untuk berjaga di tebing pinggir lembah itu.

Tugas dari pasukan ini, adalah untuk menyongsong pasukan kera musuh bila mendekati lembah itu. Dan tak kalah pentingnya, taktik jitu dari Kancil Sakti sungguh ia harapkan. Maka tanpa menunda waktu, Ucilpun menyuruh Kilat Menjangan untuk segera menghubungi Kancil Sakti di Bukit Klampisan.Beberapa hari kemudian, berkumpulah para pemimpin penghuni Hutan Kedung Siluman di GOA MADUKASIH . Sebuah goa yang berada di salah satu tebing Bukit Langen
Sari yang dijadikan markas mereka. Goa ini berukuran besar dan terlindungi batu-batu besar yang kokoh, layaknya markas besar tentara modern lengkap dengan dinding beton anti meriam.
Hari itu juga semua pemimpin kelompok penghuni Hutan kedung Siluman berkumpul, diantaranya adalah, Rogo Branjangan, Si Belang, Si Putih, Menjangan Elok, Kuda Sembrani, Lembu Perkasa,Elang Mas dan Kancil Sakti.

Agenda rapat hari itu adalah mendengarkan laporan hasil pengintaian Elang Mas dan kelompoknya, yang selama beberapa hari menyelinap jauh ke tengah Hutan Kedung Siluman.
Tanpa ragu-ragu dan takut, Elang Mas kini bertengger di pundak Ucil untuk melaporkan hasil pengintaian kelompoknya,
“Sahabat-sahabatku sebenarnya kawanan kera itu, berasal dari Hutan CEMORO SEWU di kaki Gunung Lawu,. Beberapa tahun lalu karena hutan Cemoro Sewu hangus diterjang lahar letusan Gunung Lawu, mereka kemudian menetap di Telaga SARANGAN dipimpin oleh Senopati WIRO LIBAS”
“Lantas kemana raja mereka ?“ seru Ucil memotong laporan Elang Mas, Karena di hatinya mulai tumbuh rasa penasaran.
“Raja mereka bergelar Noto Wanara . yang baru saja meninggal karena diterjang lahar panas saat Gunung Lawu meletus. Karena itulah Wiro Libas mengangkat dirinya menjadi pemimpin mereka didukung oleh pasukannya yang setia”
“Berapa jumlah kekuatan mereka sekarang ? “ Tanya Kancil Sakti.
“Sebenarnya kekuatan mereka tidak seberapa, apalagi sebagian besar dari mereka tewas kala Gunung Lawu meletus, hanya saja Wiro Libas meminta bala bantuan kera dari Alas Roban, Hutan Gunung Cerme dan Hutan Merapi - Merbabu. Sehingga kekuatan mereka sekarang berlipat-ganda tak terhitung “ seru Elang Mas.
‘Mengapa mereka semua bersedia membantu Wiro Libas ?, apa imbalan untuk mereka ?“ tanya Ucil.
“Wiro Libas mempunyai niat hendak menguasai hutan tanah jawa, semua hewan seantero hutan tanah jawa harus tunduk pada dia. Dia menjanjikan untuk kesejahteraan dan harta melimpah bagi kawanan kera yang membantunya “ jawab Elang Mas.
“Masalah Wiro Libas serahkan saja kepada Rogo Branjangan, biar aku yang menyeretnya untuk dihukum mati di hutan ini “ usul Rogo Branjangan Si Raja Kera.
“Tahan dahulu nafsu amarahmu, he Raja Kera, kita upayakan jalan lain yang tidak menelan korban jiwa “ jawab Kancil Sakti, yang berusaha mendinginkan hati Si Raja Kera.
“Lang. . !, apa maksud Wiro Libas begitu tamaknya hendak menguasai Kedung Siluman ” Tanya Kilat Menjangan.
“Wiro Libas berniat mendirikan istananya di pinggir Telaga Sewon Wono, sekaligus menjadikan Kedung Siluman sebagai pusat kerajaannya. Karena hutan yang kita miliki ini tepat berada ditengah Pulau Jawa, hingga mudah bagi Wiro Libas untuk melakukan serbuan pasukanya ke semua penjuru tanah jawa. Tentu saja semua penghuni Kedung Siluman akan dijadikan budak-budaknya, apabila dia berhasil menghuasai hutan ini “ jawab Elang Mas dengan suara yang melemah, lantaran getir hatinya..
“Elang Mas sahabatku. . . ! sampaikan padaku apa keistimewaan Wiro Libas
?..ketahuilah Rogo Branjangan Si Raja Kera Kedung Siluman tidak akan getar menghadapinya” tutur Si Raja Kera ketus.
“Aku yakin engkau mampu mengalahkan dia. . . hanya berhati-hatilah menghadapinya “ jawab Elang Mas.
“Memangnya kenapa ? “ tutur Raja Kera.
“Ketahuilah sahabatku. . . di seantero Gunung Lawu. Wiro Libas adalah pendekar kera yang pilih tanding. Bentuk tubuhnya tegap sekaligus sigap. Telah banyak pendekar yang ditundukan dan sekarang menjadi pengawal setianya. Disamping dia memiliki ilmu kesaktian yang tinggi, diapun menguasai ilmu bela diri yang mapan. Bagi dia lebih baik mati daripada tunduk dengan lawanya, hanya saja sungguh disayangkan dia memiliki watak yang gila hormat, pemarah, licik, jahat sekaligus sadis. Bukan hanya dikalangan kera, hewan-hewan buas lainnyapun segan dengan nama besarnya. Inilah yang dapat aku ketahui dari tugas pengintaian beberapa hari “ jawab Elang Mas dengan runtut.
“Janganlah kalian berkecil hati sahabat - sahabatku. . .!, sehebat apapun seorang pendekar tetap saja dia mudah dikalahkan, apabila dia belum mampu mengalahkan dirinya sendiri“ sahut Kancil Sakti dengan sikap yang arif dan bijaksana.
“Apakah bisa kau lacak dimana sekarang mereka berkumpul ….Elang Mas ? “ Tanya Kuda Sembrani, yang baru kali ini angkat bicara.
“Mereka sekarang bermarkas di Bukit GOMBEL, Beberapa hari lagi mereka merncakan akan menggempur habis – habisan Kedung Siluman . Pertempuran kali ini direncanakan oleh Wiro Libas sebagai pertempuran hidup-mati “.
Malam telah beranjak larut, kesepakatan mereka tentang taktik mengalahkan pasukan Wiro Libas baru saja diputuskan. Sebagian hewan yang ikut serta berkumpul bisa bernafas lega, sedangkan sebagian lainnya masih harap-harap cemas tentang rencana mereka melawan musuhnya. Meskipun hari hampir pagi, namun sebagian besar dari mereka belum bisa memejamkan mata. Betapa tidak pertempuran kali ini adalah pertempuran hidup – mati.
_______________________OOOO_____________________

Pagi-pagi benar kawanan penghuni Hutan Kedung Siluman telah berkumpul mengepung pemukiman pasuikan kera Wiro Libas, yang bermarkas di pinggir Telaga Sewon Wono. Mereka langsung dipimpin oleh Panglima Perang Hutan Kedung Siluman yang tidak lain adalah Ucil Si Tarzan Kecil.
Sungguh piawai Ucil dalam memainkan perang urat-syarat terhadap pasukan kera Wiro Libas, meskipin jumlah pasukan hewan Kedung Siluman jauh lebih sedikit dibanding dengan musuhnya. Namun kedatangan mereka yang mendadak, sudah cukup membuat pasukan kera musuh menjadi ciut hatinya.
Bahkan posisi pasukan Kedung Siluman oleh Ucil dirancang sedemikian rupa, sehingga mirip dengan posisi pasukan romawi yang siap bertempur. Mereka berbaris dan berjajar secara rapi, lengkap dengan umbul-umbulnya. Khusus untuk pasukan yang berjajar paling depan diisi kawanan Gajah Sona. Wiro Libas kini harus berpikir dua kali untuk meluluh-lantakan penghuni Kedung Siluman, yang telah siap perang. Bahkan baru kali ini, dia menemui kesiagaan pasukan musuhnya yang lebih siap berperang, dibanding dengan pasukannya yang masih pulas di pembaringanya saat ini.

Melihat prajurit musuh yang belum siap menyongsong pasukannya, Ucil segera menyuruh Gajah Sona, untuk meniupkan terompet perang. Lengkingan terompet Gajah Sona yang memecahkan udara pagi langsung disambut dengan teriakan pasukan Kedung Siluman, sebagai pertanda mereka siap perang.
Gegap gempitanya teriakan pasukan Kedung Siluman, ternyata cukup mengagetkan pasukan kera Wiro Libas, oleh karena itu tidak heran bila sebagian besar pasukan kera Wiro Labas lari tunggang-langgang menyelematkan diri. Dengam demikian taktik perang Ucil sudah banyak membuat mental pasukan Wiro Libas jadi bertambah ciut nyalinya.
Tidak berapa lama kemudian, majulah Ucil dengan ditemani Kancil Sakti dan Rogo Branjangan Si Raja Kera, melangkah menuju tepat di depan Wiro Libas. Kini mereka bertiga bisa melihat dengan jelas sosok Wiro Libas. Terlihat sorot matanya tajam mengawasi kedatangan mereka bertiga, pertanda dalam hatinya menyimpan kebencian terhadap jawara Kedung Siluman. ini.
“Betulkah engkau yang bernama Wiro Libas “ seru Ucil
“Tidak salah, bocah kecil !, Akulah Wiro Libas. . . Grrrrrrr. . .grrrrrrrr. . .menyerahlah padaku !. . . tariklah mundur pasukanmu !. Aku akan memberikan pengampunan “ gertak Wiro Libas, tanpa banyak basa-basi.
“Jangan bersikap sombong dulu, Libas.. . .? aku dan sahabat-sahabatku telah lama menghuni hutan ini. . . apa hakmu memintaku untuk menyerah ?. Sebaliknya bawalah pulang pasukanmu kembali ke Cemoro Sewu “ tukas Ucil dengan sikap yang tidak mau kalah dengan musuhnya.
“Kalau begitu tidak ada gunanya lagi kita berunding, bersiap-siaplah untuk berperang saat ini juga “ .
“Libas . . .! aku telah menyiapkan peti mati untukmu. . . hadapilah aku !. . . Rogo Branjangan Raja Kera Kedung Siluman. Aku telah bersumpah takan mundur selangkahpun menghadapimu ‘ teriak Branjangan.
“ Percayalah Branjangan. . .! aku tidak akan menyia-nyiakan perang ini. Bersiap-siaplah untuk perang tanding denganku !. “ tanya Wiro Libas seraya mencibirkan bibirnya.
yang hitam dan tebal itu . Terlihat jelas dari sikapnya Wiro Libas sangat meremehkan tiga sosok pemimpin Kedung Siluman,
“Aku tunggu kamu di pertempuran ini….sekali lagi Branjangan tidak akan mundur selangkahpun “ seru Branjangan.
“Apa pesan terakhirmu hei bocah kecil dan kancil tua “ ejek Wiro Libas kepada mereka berdua.
“Pertanyaan seperti itu harusnya engkaulah yang menjawab, sebelum engkau
menyusul pasukanmu yang lari tunggang-langgang “ jawab Kancil Sakti, yang mulai berusaha
untuk menjatuhkan mental Wiro Libas.
“Apa maksudmu ? “ Wiro Libas menjawab dengan penuh penasaran.
“Ketahuilah Libas, aku baru mendapat laporan dari Elang Mas, bahwa ribuan pasukanmu yang lari tunggang-langgang, telah dihancurkan oleh anak buah Si Belang Raja Macan dan Si Putih Raja Srigala di balik bukit ini. Oleh karena itu menyerahlah, karena pertempuran ini akan menjadi akhir hidupmu “ desak Kancil Sakti.
“Ha. . . ha. .. Wiro Libas bukan anak kecil sepertimu . . . .jangan coba-coba menggertak aku, Kancil Tua !. Untuk menghadapi Pasukan Kedung Siluman tidak mungkin aku mundur selangkahpun “ Jawab Wiro Labas.
“Bagaimana kau bisa mengalahkan kami, dengan kekuatan pasukanmu yang tinggal sedikit. . . tidak mungkin Raja Hutan Pulau Jawa, memiliki pasukan yang penakut, seperti pasukanmu yang sekarang hancur “ seru Kancil Sakti.
“Lantas, apa pedulimu. Aku sudah tidak sabar, cepat kembali ke tempatmu. Hadapi pasukanku “ ujar Wiro Libas.
“Baiklah bila itu yang kau pinta. . . hanya saja sebelum kita berperang, aku sarankan dulu agar pulanglah saja ke Cemoro Sewu bersama pasukanmu. Hingga tidak ada korban yang jatuh lagi “ desak Ucil .
Namun yang diajak bicara tidak berkomentar sepatah-katapun, hanya memberikan sorot mata yang tajam dan segera berpaling, sambil mengangkat tangan kanannya sebagai tanda agar pasukannya siap bertempur. Isyarat dari Libas tadi, segera dibalas oleh keempat jenderalnya yang setia, yaitu Legen, Samran, Rinenggo dan Krenda.

Kancil Saktipun segera kembali ke posisi pasukan Kedung Siluman diikuti oleh Ucil dan Rogo Branjangan.
“Jadi kita tidak punya cara lain untuk menghindari perang ini, eyang Kancil “ Tanya Ucil kepada Kancil Sakti.
‘Hmmm. . . . turuti saja kemauan kera sableng itu, hanya saja usahakan jangan sampai pasukanmu bertempur secara terbuka. Berilah perintah kepada Kilat Menjangan, Gajah Sona, Sembrani, Badak Perkasa dan Andini untuk mengundurkan posisi pasukanya “ sahut Kancil Sakti.
“Baik, eyang, namun untuk apa ‘ Tanya Ucil penasaran.
“Libas dan keempat jenderalnya tidak memiliki taktik perang yang jitu, mereka hanya mengutamakan kekuatan pasukannya saja. Sehingga sebaiknya kita pancing mereka untuk berada di tengah Lembah Sewon Wono, selanjutnya perintahkan semua pasukan yang berposisi di bukit, untuk segera turun ke lembah. Ini akan membuat panik semua pasukan Cemoro Sewu “
“Baiklah, segera saya laksanakan nasehat eyang “ sahut Ucil, yang tidak lama kemudian menghubungi para pemimpin hewan-hewan penghuni Kedung Siluman, yang posisinya menyebar. Dan merekapun setuju dan patuh dengan Ucil, pemimpin mereka.“ .
Kemenangan yang gilang gemilang sudah hinggap d benak Wiro Libas. Sehingga dia tidak menyadari, bahwa pasukannya kini telah berkurang jauh jumlahnya. Karena ketamakannya pula, dia tidak menyadari bahwa posisi pasukanya telah terkepung rapat
.
Sejak tengah malam tadi, banyak jumlah pasukan Kedung Siluman yang menyelinap di balik pohon sepanjang Bukit Sewon Wono. Mereka sengaja bersembunyi untuk melakukan serangan mendadak, bila telah diperintah Ucil. Sehingga tidak mungkin bagi pasukan Wiro Libas untuk melarikan diri bila terdesak, yang bisa dilakukan hanya mundur ke arah tengah telaga. Akan amankah mereka di tengah telaga ?. Padahal di perairan telaga telah siap kawanan buaya, yang dipimpin BAJUL SETO. Taktik semacam inilah yang sengaja diterapkan oleh Kancil Sakti.
Tanpa berpikir panjang, Wiro Lebas segera berteriak keras dan panjang penuh semangat. Teriakan itu adalah aba-aba untuk pasukannya agar segera maju menghantam pasukan Kedung Siluman, yang jumlahnya lebih sedikit. Ucilpun tidak tinggal diam, dengan melambaikan umbul-umbul di tangan kanannya, majulah pasukan Kedung Siluman menyongsong serangan Pasukan Kera Cemoro Sewu.
Namun belum sampai terjadi benturan dua pasukan yang berperang. Tiba-tiba Ucil memerintahkan pasukannya untuk mundur. Kejadian semacam ini ternyata diluar perhitungan Wiro libas. Sikap Wiro Libas hanyalah terheran sekaligus bangga. Kini yang ada pada diri Wiro Libas hanyalah kemenangan yang gilang-gemilang. Tidak mengherankan bila Wiro Libas bertindak gegabah, karena membawa pasukannya untuk terus ke tengah gelanggang

Wiro Libas baru menyadari bahwa dirinya telah terkepung, setelah melihat Pasukan Kedung Siluman yang jumlahnya tak terhitung, tiba-tiba muncul dari balik bukit. Meluncur ke tengah gelanggang bagaikan air bah. Melihat keadaan yang tidak menguntungkan ini. Banyak prajurit kera dari Cemoro Sewu menjadi ciut nyalinya dan menyerah tanpa syarat, dan menjadi tawanan Pasukan Kedung Siluman. Bahkan sebagian lagi lari tunggang-langgang kearah tengah telaga dan menjadi tamu tak diundang kawanan Bajul Seto.
Terbukti sudahlah bahwa setinggi apapun kemampuan pemimpin bisa tak berari apa-apa, bila keputusannya didasarkan pada rasa tamak, nafsu dan kedengkian. Bukankah hal ini telah dialami sekarang oleh Wiro Libas.
Dia baru saja menyadari kekalahan yang dialami, setelah sebagian besar pasukanya lari tunggang- langgang lantaran terkepung rapat Pasukan Kedung Siluman. Kini hanyalah dia dan beberapa pengawalnya saja yang masih berdiri di gelanggang. Tidak mungkin bagi dia untuk melawan musuhnya, bahkan beberapa pengawalnyapun kini tertunduk lesu dan gemetar seluruh tubuhnya lantaran ketakutan.
Sungguh kekalahan yang telak sama sekali, karena dia harus menerima kekalahan, tanpa membunuh satu orangpun prajurit Kedung Siluman. Apalagi pasukan Kedung Siluman kini merapatkan kepunganya dengan cara melangkah maju bersamaan kea rah dia dan pengawalnya. Diapun semakin panik, setelah melihat para jenderalnya mengangkat ke dua tanganya untuk menyerah.

Apakah aku akan menyerah begitu saja dengan pihak Kedung Siluman. Dimana nama besarku, telah ratusan hutan telah aku jelajahi, banyak pendekar yang aku kalahkan, banyak harta yang telah aku rampas. Tidak mungkin nasubku akan seburuk ini. Demikian kata hatinya, dan tiba-tiba saja sekujur tubuhnya terasa lemah dan kini dia sudah tidak sadarkan diri.
Kini kegembiraan menjadi milik penghuni Kedung Siluman, apalagi Wiro Libas kini telah menjadi saudara jauh mereka. Meski dia kini telah pulang ke Cemoro Sewu beserta pasukan keranya. Hutan Kedung Silumanpun kini kembali tentram dan damai.

______________________oooo________________________

4.RAJA RIMBA DAN TELUR EMAS

Kembali Ucil larut dalam kehidupan sehari-hari, tidak lengkap kiranya bila Ucil tidak membantu emaknya di kebon, di dapur atau mengambil air di sendang yang tidak jauh dari rumahnya. Setiap hari untuk mengambil air di sendang untuk keperluan mandi dan cuci, Ucilah yang melakukan. Memang Ucil adalah bocah kecil yang mandiri sekaligus berbakti dengan emaknya.
Hari itu, udara sangatlah terik, meski mentari belum hinggap di puncak langit. Maka wajar saja bila penghuni Hutan Kedung Siluman memilih beristirahat di hunian masing-masing atau bercengkerama dengan sanak saudara di tempat-tempat yang teduh.
Kecemasan dan kesedihan mereka telah hilang, sejak menyerahnya Wiro Libas dan bala-tentaranya kepada bala tentara Kedung Siluman.

Namun kegembiraan dan ketemtraman yang merebak penghuni seluruh Hutan Kedung Siluman tidak berlangsung lama, Betapa tidak selama tiga bulan lebih telah terjadi kekurangan pangan diantara mereka, lantaran semua sayur dan buah yang biasanya tumbuh subur, kini telah mongering akibat ulah kawanan belalang. Selain sayur dan buah yang dimakan, batang-batangnyapun tidak disisakan. Akibatnya banyak sudah rakyat hutan ini yang mati kelaparan.
Bukankah Hutan Kedung Siluman adalah hutan yang terkenal subur. Maka sudah barang tentu banyak kawanan hewan dari hutan-hutan sekeliling, selalu mencoba menjarah atau bahkan menguasai hutan ini. Maka tidak heran pula bila kawanan belalang dari hutan hutan mananpun tidak segan-segan menjarahnya.
Lantaran jumlahnya yang tidak terkira, maka kawanan belalang sama sekali tidak takut terhadap siapapun. Tak pelak lagi peringai kawanan ini sungguh sangat merugikan semua penghuni Kedung Siluman.
Akankah Ucil tinggal diam, dalam menghadapi masalah yang menimpa sahabat-sahabatnya. Sudah barang tentu Ucil berada di posisi terdepan untuk membrantasnya. Yang jelas kawanan belalang itu, sudah tidak mau lagi diajak berunding. Untuk melawannyapun juga tidak mungkin. Selain jumlahnya banyak, merekapun tidak memiliki peminpin yang dipatuhi.

Sudah pasti keadaan ini membuat panik semua kalangan istana hutan ini. Bukankah telah banyak upaya membrantas belalang ini, namun hasilnyapun tetap nihil hingga kini. Yang paling merasa panik, sudah barang tentu adalah Sri Baginda Raja Rimba.. Betapa tidak setiap waktu dia selalu menerima laporan tentang kematian rakyatnya, lantaran kelaparan.

Apakah masalah ini akan dibiarkan berlarut-larut, sementara setiap saat rakyatnya menjadi korban serangan belalang. Perasaan ini selalu menghantui Sang Baginda setiap waktu. Hingga telah beberapa lama Sang Baginda tidak makan dan tidur. Meski dia termasuk Raja Rimba yang telah kesohor namanya hingga seluruh kawasan hitan di Pulau Jawa, namun apa daya menghadapi paceklik ini.
Sehingga dia kini hanya rebah saja di tempat tidutnya. Tidak mampu berbuat apapun. Sementara Resi Kancil Sakti dari Bukit Klampisan sudah beberapa lama tidak berada di padepokannya. Kepada siapa dia akan mengadukan permasalahannya.. Ucilpun kali ini tidak mampu berbuat banyak. Hingga akhirnya sampailah ketelinga SENOPATI SINGO BROJO, ,tentang seorang resi yang mandraguna, yang bergelar RESI NAGA SAKTI dari Padepokan GUNUNG TUGEL Banyumas. Seorang resi yang menjadi panutan di seluruh Hutan Banyumas. Meski Padepokan Gunung Tugel jaraknya cukup jauh dari Kedung Siluman. Namun tanpa menunggu waktu lama berangkatlah sang Senopati dengan pengawal-pengawalnya untuk menemui resi tersebut.
“Saya haturkan beribu hormat kepada engkau Baginda Raja Rimba Kedung Siluman, semoga engkau dan rakyatmu selalu dalam keadaan sehat “ sapa Sang Resi dengan penuh hormat dan santun.
“ Salam sejahtera kami haturkan kepada engkau Eyang Resi yamg kami hormati. Atas budi baikmu berkenan mengunjungi istanaku Kedung Selatan” jawab Sang Raja Rimba dengan perkataan yang lirih.
“Terimakasih kami juga haturkan atas segala penghormatnmu kepada diriku, yang sudah merepotkanmu “ seru Sang Resi merendah.
“ Ah penghormatan ini tidak seberapa di banding dengan kebaikanmu, Eyang Resi “ Sang Baginda menjawab dengan senyum yang tipis, pertanda masih menyimpan kegetiran dalam lubuk hatinya.
“ Jangan terlalu sungkan dengan kami ini, Baginda !. Bukankah sudah menjadi kewajiban kami untuk menolong sesama. Lantas bagaimana dengan kesehatanmu, Baginda “ Tanya Sang Resi.
“Hmmm. . . . sudah sekian lama penyakitku tidak kuinjung sembuh, Eyang Resi. . .!. Tapi lupakan saja penyakitku ini !. Yang lebih penting, adalah bagaimana mengatasi keadaan rakyatku yang semakin menderita ? Kami harap Sang Resi berkenan menolong derita rakyatku ! “ pinta Baginda Raja Rimba dengan harap-harap cemas.
“Sebenarnya kami mengharapkan sekali hadirnya sahabat kami Resi Eyang Kancil Sakti dari Lembah Klampisan untuk bersama – sama mengusir belalang-belalang itu. Bukankah jarak lembah itu dengan Kedung Siluman tidak begitu jauh, Baginda ? “ Tanya Sang Resi.
“Memang hanya setengah hari perjalanan, namun Eyang Kancil Sakti tidak berada di padepokannya. Beliau telah mengunjungi saudara-saudaranya di Gunung Sindoro “ jawab Raja Rimba.
Mendengar perkataan Raja Rimba, Sang Resi hanya bisa menarik nafas panjang dan sebentar-sebentar mengerutkan alisnya sambil menundukan wajahnya dalam-dalam. Sri Baginda Raja Rimba hanya bisa menatap jauh ke depan dengan tatapan yang kosong.
Rasa sedih yang mendalam kini terlihat jelas di wajah Sang Resi apalagi Raja Rimba. Lantaran mereka betul betul prihatin dengan derita yang ditanggung rakyat Kedung Siluman.
“Aku dengar di tengah Hutan Kedung Siluman telah tumbuh Bunga Penawar Seribu Penyakit di Puncak Bukit Seribu Jiwa. Tentunya bunga itu akan banyak manfaatnya untuk menyingkirkan ulah kaawanan belalang. Karena bunga itu adalah tumbuhan dewa yang sengaja ditumbuhkan ke marcapada, untuk kesejahteraan penghuni bumi “ tutur Resi Naga Sakti.
“Semula kami memang berharap demikian . . . Eyang. Namun apa daya kami hanya bisa bersedih karena bunga itu sekarang mongering. Maka dari itu berilah kami petuah agar bencana ini secepatnya selesai “ kata Baginda Raja Rimba.
“Tentu saja dengan senang hati !. Hanya saja masalah yang melanda hutan ini, adalah masalah yang tidak bisa dianggap gampang. Oleh karena itu. . . perkenankanlah kami memberi sedikit pandangan tentang masalah paceklik ini “ seru Sang Resi.
“Oh. .tentu saja Eyang, bukankah telah disampaikan oleh Singo Brojo, tentang keadaan hutan ini, Eyang. . .! “
“Memang , Sang Senopati Singo Brojo telah menceritakan semuanya pada kami, bahkan kemarin siang beliau mengantar kami untuk berkeliling hutan ini, Baginda ! “ jawab Sang Resi.
“Syukurlah kalau begitu. . . saya tidak mampu berkata banyak Eyang !. Maka kami Rakyat Kedung Siluman memohon nasehat Eyang bagaimana cara menangani masalah ini” pinta Raja Rimba yang terus mengulang permohonannya.
‘ Ha. . . ha. . . ha Dengan segala kerendahan hati, ijinkan kami berbicara apa adanya.. Wahai yang aku mulyakan, Baginda Raja Rimba ! Bahwa belalang ini sebenarnya bukan belalang berasal dari hutan sekeliling Kedung Siluman, melainkan bersarang di PUNCAK GUNUNG UNGARAN . Tepatnya di GOA TAPAK MADU, yang letaknya persis di sisi barat kawah Gunung Ungaran. Baginda yang mulia !. Anehnya belalang – belalang ini tumbuh dan berkembang dari sebuah
Telur Emas yang dijaga SILUMAN BANAS PATI , yang amat menyeramkan dan sudah barang tentu tidak segan- segan membunuh siapapun yang ada di depanya.
Siluman Banas Pati memeiliki tiga buah kepala yang saling bersatu pada tubuh yang tinggi besar dan kokoh. . Telur emas tadi di letakan di dalam mulut kepala yang berada di tengah. Sedangkan kepala sebelah kanan dan kiri berfungsi untuk menjaga telur emas tadi “ papar Sang Resi.
“Lantas apa yang aku lakukan, Eyang ? ” seru Raja Rimba yang telah merasa ciut nyalinya, setelah mendegarkan penuturan resi yang bijak ini.
“Ambilah telur itu Baginda. Bawalah ke Hutan Kedung Siluman. Setelah sampai disini pecahlah, niscaya belalang-belalang itu akan kembali ke Tapak Madu. “ tutur Sang Resi Naga Sakti dengan sorot mata yang tajam lantaran berniat membesarkan nyali Raja Rimba..
“Biarlah nanti aku utus Singo Brojo untuk mengambilnya “ pinta Raja Rimba
“Brojo tidak akan mampu mengalahkan Banaspati. Kesaktian Brojo belum cukup untuk mengalahkanya “ jawab Sang Resi dengan perkataan yang keras
“Lantas siapa ! “
“Siapa lagi kalau bukan, Engkau Baginda ! “
“Hmmm, . . . aku belum sembuh, Eyang “
“Atau kematian akan terus mengancam rakyatmu hingga musnah rakyat Kedung Siliman ? “
“Aduh berat nian cobaan yang aku alami. . . ijinkan aku untuk turun dari singasana Kedung Siluman. Ah. . . Eyang aku tidak mau mati konyol. Mohon carikan cara lain, yang penting bukan telur emas itu Eyang “ pinta Raja Rimba yang merengek mirip anak kecil
“Baginda Raja Rimba Kedung Siluman ! . .. . . Kesaktian dan kebesaran namamu telah tersebar hingga pelosok hutan Tanah Jawa. Sehingga siapapun akan menaruh rasa hormat dengan engkau. . . Baginda !. Untuk itu hanya engkau yang pantas menghadapi Siluman Banaspati ! . Bukankah itu sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Kuasa ? ‘ seru Resi Naga Sakti.
Dihadapan Resi Naga Sakri, Baginda Raja Rimba kini bersikap layaknya anak kecil yang enggan menerima perintah ortunya. Meski kesaktian Raja Rimba telah mencapai tataran yang tinggi, namun sifat malas, angkuh, tidak suka menolong sesama ditambah sifat gila hormat inilah yang membuatnya enggan berpayah demi rakyatnya,
“Aku harapkan Baginda berkenan berangkat menuju Gunung Ungaran besok sebelum matahari terbit. Sebelum ulah kawanan belalang menjadi semakin ganas. Tidak menutup kemungkinan kawanan itu akan memakan rakyatmu, bila sudah tidak ada lagi tumbuhan di hutan ini. Maka tidak ada cara lain, kecuali engkau hadapi Banaspati secara ksatria. Jangan lupa ajaklah serta Ucil, anak yang berani “ pinta Sang Resi
.
Baginda Raja Rimba hanya tertunduk lesu, kedua lututnya bergetar, mulutnyapun kini terkunci rapat. Sudah pasti Baginda Raja Rimba merasakan beban yang berat sekali. Namun masalahnya menjadi lain, bila dia dihadapkan dengan kenyataan adanya rakyat Kedung Siluman yang meninggal tiap hari. Inilah yang membuat dia bertekad memaksakan diri menghadapi Siluman Banaspati di Gunung Ungaran. Sebagai suatu pilihan yang tidak bisa dihindarkan.
Matahari masih malu berselimt langit ufuk timur, namun beberapa penghuni Kedung Siluman sudah menyibukan diri untuk berbenah mengawali kehidupan hari ini. Mereka adalah Raja Rimba yang didampingi Senopati Singo Brojo, puluhan prajurit pengawal setia Baginda Raja Rimba.Turut serta di rombongan itu, tiada lain adalah Ucil yang ditemani Si Belang, Si Putih, Kilat Menjangan, Rogo Branjangan dan puluhan anak buah Sembrani, yang menjadi tunggangan para Ksatria Kedung Siluman.

Dengan sangat menyesal Eyang Resi Naga Sakti tidak ikut dalam rombonghan ini, lantaran dia harus membimbing penghuni Hutan Gunung Tugel Banyumas, untu mendapatkan
air, karena saat ini hutan di seantero Pulau Jawa telah mengalami kekeringan, akibat kemara
yang cukup panjang
.
Selama tiga hari baruklah rombongan pasukan dari Kedung Siluman tiba di Gunung Ungaran. Medan yang mereka hadapi sungguh mampu menguji keberanian mereka. Tidak sedikit jalan berkelok yang naik tajam mereka hadapi. Bahkan kerap kali mereka harus menyeberangi sungai. Kadang pula harus menuruni jurang terjal.
Meski Sang Raja Rimba belum pulih kesehatannya, namun karena telah banyak makan garam dalam petualangan, maka meski dengan tertatih Sang Raja berhasil menapakan kakinya di puncak Gunung Ungaran.
Sejenak anggota rombongan dari Kedung Siluman berdegup keras jantungnya, saat melihat mulut Gua Tapak Madu yang menganga lebar telah menyambut kedatangannya. Terkesan sangat angker dan mengundang maut bagi siapa saja yang masuk ke dalamnya. Dinding gua tersusun dari batu alam yang besar dan kokoh. Mulut gua yang lebar itu banyak ditumbuhi semak belukar., sehingga sulit untuk dilintasi.

Benarkah kabar yang disampaikan Resi Naga Sakti tentang Siluman Banaspati penunggu gua ini. Bisikan hati Raja Rimba yang demikian, selalu melekat kuat di hatinya. Setelah cukup waktu untuk melepas lelah mereka langsung membulatkan tekad untuk masuk kemulut gua. Terlihat jelas Raja Rimba masih ragu-ragu untuk menghadapi musuh yang dianggapnya sangat menakutkan itu. Berapa banyak musuh yang pernah ia tundukan, namun tetap saja menghadapi Siluman Banaspati bagi dia, adalah hal yang berat.
Ataukah Ucil yang harus memberi inisiatif agar Banaspati mau menunjukan diri. Memang benar , hanya Ucilah yang kemudian melangkah paling depan mendahului Baginda Raja, seraya berteriak keras meminta Banaspati menunjukan diri. Tak pelak lagi Baginda Raja bertambah menggigil ketakutan.
“ He. . . Banaspati sejak kapan kamu jadi pengecut. . . Hadapilah aku Ucil bocah dari Kedung Siluiman “
Suara Ucil menggema ke seluruh dinding gua akibat dari pantulan dinding-dinding gua, menambah suasana di dalam gua bertambah mencekam. Namun setelah ditunggu
Beberapa lama belum juga terdengar suara balasan., Ucilpun bertambah penasaran hingga dia mengulang tantangannya beberapa kali
Namun tidak beberapa lama , tiba-tiba mereka merasakan bumi bergoyang dan debu disekitar mereka beterbangan, dibarengi dengan runtuhnya beberapa batu dinding gua. Sehingga mereka harus berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri masing-masing. Bersamaan dengan itu terdengarlah suara langkah kaki yang berat mendekati mereka, menyusul kemudian terlihatlah makhluk yang amat menakutkan yang sekarang telah berdiri tegak di mulut gua. Mahkluk itu tidak lain adalah Siluman Banaspati.
Baru kali ini mereka menyaksikan makhluk raksasa yang sangat mengerikan. Besar tubuhnya beberapa kali besar tubuh Gajah Sona, namun tinggi badanya hampir menyamai tinggi pohon kelapa. Warna kuilitnya hiyam legam, dengan kuku-kukunya yang panjang melekat kokoh di empat jari tangan dan kaki. Yang lebih mengerikan lagi adalah, makhluk ini memiliki tiga buah kepala yang melekat pada leher yang kokoh dan panjang. Anrhnya tiga kepala tadi mampu bergerak lincah kesana-kemari. Dari masing-masing mulutnya delalu mengeluarkan suara gemuruh dibarengi dengan semburan api yang menghanguskan apa saja yang terkena. Oleh karena itu ketiga mulut itu seringkali terbuka, hingga nampaklah telur emas di dalamnya.
“Cil, bagaimana ini.. . kau yang tadi buat ulah. . . sekarang hadapi sendiri siluman iru “ teriak Raja Rimba sambil berlari menjauh bersma dengan pengawal-pengawalnya.
“Menyingkirlah Raja Rimba. . . aku akan hadapi siluman ini sendirian “ balas Ucil.
“Kau tidak perlu takut Cil. . . masih ada sahabat-sahabatmu yang siap membelamu “ teriak Rogo Branjangan yang didampingi sahabat-sahabat Ucil lainnya.
“He, , , ,Kadal Raksasa . . . cepat hadapi aku. . . Rogo Branjangan dari Hutan Kedung Siluman “ tantang Rogo Branjanga, meski teriakan dia sama sekali tidak terdengar oleh siliman itu.
“Baiklah hewan-hewan tamak dari Kedung Siluman, jangan banyak bicara , ayo maju bersama agar aku tidak repot menelanmu “ jawab Banaspati dengan suara menggelegar hingga memekakan telinga kawanan penghuni Hutan Kedung Siluman.
“He . . .siluman yang sombong, aku jamin engkau tidak akan mampu menelanku. Bersiaplah untuk aku kubur dalam gua itu “ seru Sembrani sambil mengangkat keuda kakinya.
“Grrr. . .grrrr. . . bukan kamu lawanku. . . . he. . hewan-hewan nekad . . .cepatlah maju siapa diantara kalian yang bergelar Raja Rimba Kedung Siluman, itulah lawanku “ sahut Banaspati sambil terus mengeluarkan api dari ketiga mulutnya.
“Akulah Raja Kedung Siluman, cepatlah jangan banyak permintaan lawanlah aku “ seru Ucil.
“He bocah kecil yang harus melawanku adalah raja yang bijak, arif, mau berkorban da selalu memikirkan rakyatnya, peduli sesama dan rendah hati. Kau kah raja itu. . . ? “ gertak Sang Siluman.
“Sudah barang tentu akulah raja itu “ jawab Ucil yang memberanikan diri berbohong demi menyelamatkan rakyat Kedung Siluman.
“Glegerrrr. . .glegerrrr…aku tidak percaya kaulah raja itu “ bantah Siluman Banaspati.
“Darimana kau tahu aku bukan Raja Kedung Siluman “ desak Ucil.
“Grr. . .grrr. . .engkau anak yang jujur dan berani. Bila engkau yang jadi raja, tentunya rakyat Kedung Siluman akan tentram. Tapi nyatanya rakyat Kedung Siluman tak pernah merasa tentram. Maka engkau pasti bukan Raja Kedung Siluman. Sekarang jangan berbohong mana Raja Kedung Siluman yang sebenarnya ?” gertak Sang Banaspati.
“Kali ini aku tidak bohong akulah raja Kedung Siluman. Bunuhlah aku, kalau engkau berani “ seru Kilat Menjangan.
“Mestinya aku jumpai Rakyat Kedung Siluman yang bahagia, selalu memegang amanah pada siapa yang memberikan. Itu jika kau yang menjadi raja. Tetapi nyatanya, yang terjadi justru sebaliknya. Maka engkau tentunya bukan rajanya. Maka mundurlah karena engkau bukan jatah perutku “
“Aku Sembrani, kuda jantan perkasa Raja Kedung Siluman. Bunuhlah aku, agar engkau puas. Lantas serahkan telur emasmu “
“Aku tahu engkau juga bukan raja Kedung Siluman, maka akibatnya masyarakat Kedung Siluman bukan masyarakat pemberani dan tidak mau berkorban untuk sesama, tidak seperti engkau. Hayooo. . . mana yang lain. . . mana Raja Kedung Siluman yang sebenarnya “ ujar Banaspati yang tidak mau lagi dibohongi.
Setelah berkali-kali Siluman Banaspati terbukti tidak bisa dibohongi lagi, maka percuma saja mereka bergilir mengaku Raja Kedung Suluman. Sehingga atas desakan Rogo Branjangan dan Senopati Singo Brojo, akhirnya terpaksa Raja Rimba mengaku dialah raja sebenarnya.
“Sekarang baru aku percaya, engkaulah Raja Rimba Kedung Siluman, yang dari tadi sembunyi ketakutan. Bersiaplah bertempur denganku hidup atau mati. Bukankah tujuan engkau kemari untuk mendapatkan telur emas?. Nah sekarang bersiaplah untuk pulang ke alam baka “ seru Banaspati.
Tanpa basa basi lagi kepala Banaspati secara bergiliran menerkam tubuh Raja Rimba tanpa kenal ampun. Serangan demi serangan terus terus dilakukan. Namun demikian, walau bagaimanapun Raja Rimba termasuk pendekar pilih tanding, karena telah banyak makan garam di dunia petualangan. Maka menghadapi serangan Banaspati diapun bisa menyelamatkan diri, walau harus jatuh bangun kesana kemari.
“Grrrr…..grrrr ternyata kau memang Raja Rimba Kedung Siluman yang sebenarnya. Aku mengakui sungguh tinggi ilmu beladirimu. Baiklah sekarang hadapi seranganku selanjutnya “ seru Siluman Gunung Ungaran itu.
Siluman Banaspati sekarang bertambah kalap hatinya, tanpa ampun lagi dia meningkatkan serangannya. Banaspati terlihat mengamuk dengan serangan membabi-buta kesana kemari, sehingga terlihat Raja Rimba semakin bertambah tersudut danrepot. Sudah barang tentu Si Raja Rimba menjadi terkuras tenaganya. Hingga akhirnya dia terkapar tidak berdaya menunggu Banaspati melumat tubuhnya.
“Ampun. . .ampun aku Banaspati. . . aku menyerah “ ucap Raja Rimba merintih.
“Ayo kalahkan aku, agar engkau bisa mendapatkan telur emasku. Hai Raja Rimba Perkasa “ tantang Banaspati.
“Aku sudah kalah, aku tidak mampu mengalahkan engkau lagi. Aku mengakui kesaktianmu “ rintih Raja Rimba.
“Grrr. . . grrr. . . .kalau begitu bersiaplah untuk aku kirim ke neraka “ seru Banaspati
Raja Rimba sudah tidak mampu lagi berbuat apa, demikian juga para sahabat-sahabatnya hanya bisa memandanginya dari kejauhan. Sementara itu Siluman dari Gunung Ungaran telah mendekatkan kepalanya, siap mencabik cabik tubuh Raja Rimba. Menghadapi ancaman Banaspati, Raja Rimba hanya bisa memejamkan mata.
“He. . .Raja Rimba, sekarang bukalah matamu, perhatikan siapa sebenarnya aku “ Tiba –tiba dia mendengar suara Banaspati yang berganti dengan suara yang telah lama dia kenal. Maka tanpa ragu ragu diapun membukakan kedua matanya.
“Oh. . .Bagina Ayahanda Singo Ningtyas. . .maafkan putranda yang tidak tahu diri ini “ seru Raja Rimba yangh membungkukan badanya dihadapan ayahanda, yang baru saja berubah wujud.
“Betul anaku. . . Banaspati hanyalah jelmaan dari aku. Anaku. . .Singo Luhur, atau Baginda Raja Rimba. Engkau sudah tidak mau lagi mentaati pesan orang tuamu, yang dulu disampaikan kala engkau naik tahta menggantikanku. Maka dari itu buanglah jauh-jauh sifat sombong, tamak, iri dengki. Sehingga rakyatmu di Kedung Siluman menjadi tentram dan damai.
Aku akan berikan engkau tiga telur emas yang selama ini kau cari, gunakanlah salah satu untuk mengusir kawanan belalang. Sedangkan yang dua sisanya, simpanlah dan gunakan apabila terpaksa. Ingatlah pesan ini anaku ! “ tutur Baginda Singo Ningtyas.

Raja Rimba kini hanyalah mampu menundukan wajahnya dihadapan ayahnya yang sangat dia segani. Tanpa sepatah katapun mampu dia ucapkan. Seluruh wajahnya kini basah lantaran air-matanya yang terus mengalir.
Setelah cukup sudah nasehat-nasehat yang telah diberikan kepada putranya, akhirnya Baginda Singo Ningtyas kembali ke Gunung Wilis untuk meneruskan pertapaannya. Telur emas yang diburu Ksatria Kedung Siluman kini diserahkan kepada putranya, untuk mengusir kawanan belalang yang telah mengancam Penghuni Kedung Siluman. Hingga akhirnya tentramlah sudah Hutan Kedeung Siluman.


____________oooooo__________

5.RATU SIHIR yang JAHAT
Syahdan di jaman dahulu, hiduplah seorang wanita muda yang cantik jelita yang bernama NYI COMPO di pinggir Hutan WIDURI. Wanita ini hidup seorang diri, tidak memiliki sanak saudara. Nyi Compo dikenal sebagai wanita yang memiliki ilmu sihir yang sangat tinggi.. Sehingga karena kesaktiannya itu, dia terkenal dengan gelar RATU SIHIR DARI PANTAI UTARA.
.
Kemasyhurannya tersebar hingga ke seluruh pelosok Tanah Jawa, baik di kalangan manusia atau hewan. Termasuk juga hingga ke Hutan Kedung Siluman. Sehingga dipastikan semua penghuni hutan ini pasti tahu Ratu Sihir ini. Namun sayang seribu kali sayang, Nyi Compo memiliki sifat tamak dan jahat. Ilmu kesaktian yang ditekuni beratus tahun tidak digunakan untuk kebaikan, tetapi digunakan untuk kepentingan diri sendiri dengan cara mengorbankan orang lain. Bukan hanya untuk merampas kekayaan orang lain saja, merenggut nyawa orang lainpun ia lakukan.
Sehingga perasaan khawatir, takut dan cemas telah menyebar di penghuni seluruh Pulau Jawa. Bahkan kegelisahan ini kini telah merambah penghuni Hutan Kedung Siluman. Karena akhir-akhir ini telah tersebar kabar bahwa Nyi Compo akan membumi hanguskan hutan hutan di Tanah Jawa yang banyak menyimpan kekayaan alam. Timbulnya rasa was-was ini tentunya bukan tanpa, lantaran Hutan Kedung Siluman banyak menyimpan harta kekayaan tependam seperti emas, intan dan harta berharga lainnya peninggalan para leluhur.
Apalagi telah tersebar luas di kalangan para petualang, bahwa Raja Rimba Kedung Siluman telah memiliki 2 telur emas yang bisa digunakan untuk tujuan apa saja. Sudah barang tentu kedatangan Nyi Compo tinggal menunggu waktu saja, dan kabar seperti ini telah tersebar di seluruh penjuru Kedung Siluman.
Malang tak dapat dicegah untung tak dapat diraih. Baru saja penghuni Kedung Siluman berhasil mengusir pasukan kera yang dipimpin Wiro Libas, kini mereka kembali dicekam perasaan was-was kedatangan Nyi Compo. Bahkan menurut kabar terakhir diketahui bahwa Hutan Menoreh, Alas Roban, Hutan Gunung Kidul dan masih banyak hutan lainnya telahdibumi hanguskan Nyi Compo.

Sementara itu sekembalinya Elang Mas dari tugas mata-mata, mengabarkan bahwa hari ini Hutan Pesisir Semarang telah dikuasai Nyi Compo dan pengikut-pengikutnya yang kian hari bertambah. Sehinnga seluruh kekayaan wilayah itu sekarang menjadi milik Nyi Compo.
K ita tahu bahwa bercermin pada pengalaman yang lalu, adalah pelajaran yang paling baik. Pelajaran tersebut adalah terjadinya serangan Wiro Libas dan kawanan belalang, yang memporak-porandakan Kedung Siluman. Kejadian yang lalu itu bisaterjadi lantaran penghuni
Kedung Siluman tidak siaga sebelumnya.Oleh karena itu, pada saat bulan purnama tiba kali ini, Ucil tidak menyia-nyiakan pertemuan agung itu. Seperti biasanya pertemuan agung itu dihadiri para pemimpin Kedung Siluman. Pada pertemuan itu, Ucil meminta sahabat-sahabatnya bersiap diri menghadapi serangan Nyi Compo dan pengikutnya.
Bila sosok musuh yang mengancam Kedung Siluman , hanya mengandalkan kepandaian ilmu bela diri atau taktik berperang yang jitu, Ucil dan sahabat-sahabatnya tidak perlu khawatir. Tetapi sosok Nyi Compo adalah lain daripada yang lain. Bukankah menghadapi ilmu sihir yang demikian, harus dengan cara yang lain pula. Pendapat Ucil yang demikian telah dibenarkan oleh Eyang Kancil Sakti.
Malam sudah demikian larut, pesta cahaya bulan purnama masih menghangati Hutan Kedung Siluman. Bulan purnama yang menggantung di langit hitam terasa begitu dekat dengan penghuni Kedung Siluman yang sedang berkumpul melingkar.Meskipun demikian suasana perkumpulan malam ini sungguh berbeda dengan malam lainnya. Para hewan-hewan penghuni hanya kelihatan tertunduk lesu, tanpa keceriaan tidak seperti malam perkumpulan sebelumnya.
Hanya para pendekar-pendekar hutan ini, yang tidak ikut larut dengan kesedihan ini. Namun mereka merasa sedih juga melihat sikap saudara-saudara mereka yang banyak dihinggapi kegetiran hati.
Yang jelas penghuni Hutan Kedung Siluman sekarang sedang dibayangi rasa ketakutan yang mencekam, karena mereka merasa ngeri dengan kezaliman wanita iblis Nyi Compo. Hal ini wajar saja sebab mereka hidup di jaman entah berantah yang belum mengenal hokum

Mendapati kejadian yang tidak menyenangkan di perkumpulan bulan purnama ini, akhirnya Ucilpun menyempatkan diri untuk angkat bicara, guna mencairkan kebekuan suasana perkumpulan,
“Sahabatku semua, masa-masa yang lalu kita telah banyak menemui kesulitan, seperti bala tentara Wiro Libas yang cukup menyengsarakan kita. Setelah itu datanglah kawanan belalang yang tidak kalah besarnya menyengsarakan kita. Namun semua itu selalu bisa kita atasi bersama, hanya karena persaudaraan antar kita yang kuat.

Walau wanita iblis itu dan pengikutnya datang menyerang kita, kita toh akan selalu siap menghadapinya. Lantas apa yang kalian pikirkan. . . sahabatku “ seru Ucil lantang.
“Tentu saja kita takut, Cil !. Musuh yang kita hadapi adalah ratu sihir yang licik , dengan pasukan terdiri dari mayat-mayat hidup yang tersihir. Amat menakutkan, Cil ! : seru Sembrani.
“Aku sarankan kita membuat pedang seperti pasukan manusia, untuk menebas kepala pasukan wanita iblis itu” kata Rajawali Perkasa.
“Ah. . . untuk apa ?. Toh merela akan hidup terus meski lehernya putus “ seru Badak.
“Cil, kita perlu minta keterangan Elang Mas, dimana markasnya wanita iblis itu, biar nanti ribuan rakyatku yang akan melibasnya “ pinta Gajah Sona, pemimpin kawanan gajah..
“Mereka bermarkas di bukit Gombel, hanya setengah hari perjalanan menuju sana “ Elang Mas memberi keterangan sesuai dengan permintaan sahabatnya Gajah Sona.
Karuan saja jawaban Elang Mas menimbulkan suasana perkumpulan menjadi gaduh.
“Sahabat-sahabatku !, selama aku berpetualang, banyak aku temui demit-demit yang mandraguna, termasuk Nyi Compo ini. Percayalah sahabatku !, betapa tingginya ilmu yang dimiliki demit pasti dia memiliki sisi kelemahan “ jawab Eyang Resi Kancil Sakti dengan kata kata datar dan sorot mata yang tajam. Menandai bahwa dia adalah ahlinya dalam hal ini.
“Eyang Resi !, sebaiknya aku siagakan seluruh singa yang ada di Kedung Siluman untuk menerkam pasukan wanita iblis ini. Cukup banyak pasukan singa yang siap tempur. Saya kira cukup untuk membuat wanita iblis itu jera “ seru Senopati Kedung Siluman Singo Brojo..
“Mohon maaf sebelumnya Senopati !, setiap mayat hidup yang kamu terkam, dalam waktu yang sekejap dia akan hidup lagi karena pengaruh sihir, jadi akan percuma saja “ jawab Eyang Resi Kancil Sakti.
“Lantas dengan cara apa kita bisa melumpuhkan mereka “ tanya Kilat Menjangan.
“Satu-satunya jalan dengan cara mencari kelemahan Ratu Sihir itu sendiri “ jawab Kancil Sakti.
“Tentu bukan barang gampang mencari kelemahan wanita iblis itu “ tutur Kijang Lelono.
“Betul pendapatmu, kijang sahabatku, maka marilah kita berbagi pendapat bagaimana caranya bisa mengalahkan Ratu Sihir “ jawab Kancil Sakti.
“Cil, aku punya pendapat “ kata Naga Sanca sambil melilitkan badanya di pohon akasia yang menjulang tinggi. Sehingga nampaklah tubuh Naga Sanca memenuhi semua pohon itu.
“Silakan katakana saja, sahabatku !” kata Ucil lembut.
“Di tempat tinggalku Lembah Teratai Emas banyak tersimpan emas dan intan peninggalan Eyang Resi Naga Siluman, aku rela untuk diserahkan ke wanita iblis itu. Asal dia tidak menghancurkan semua sahabatku “
“Aku hargai kebaikanmu, , ,wahai Cucu Sang Resi . . .sekaligus cucu guruku… .Namun saja seandainya semua emas dan intan kau serahkan. Wanita iblis itu tetap akan meminta lainnya. Lagian bukan itu saja, dia akan meminta darah segar dari bayi-bayi kita untuk merawat kecantikannya” demikian Kancil Sakti memberi jawaban yang masuk akal
.
Pendapat demi pendapat mengalir seperti air sungai, silang pendapatpun menjadi semakin hangat. Hingga mereka tidak merasa hari telah hampir pagi. Sementara kawanan ayam jantan telah menyambutnya dengan ucapan selamat pagi. Akhirnya mereka bergegas membubarkan diri, untuk larut dalam kehidupan mereka masing-masing. Setelah sebelumnya terjadi kesepakatan antar mereka untuk menyelamatkan Hutan Kedung Siluman tanpa menggunakan kekerasan. Bukankah Kancil Sakti dan Ucil adalah ahlinya dalam hal ini ?

_____________oooo_______________

Siang hari di puncak musim kemarau, melesatlah beberapa kawanan kuda yang dipimpin Sembrani meninggalkan Hutan Kedung Siluman. Kepergian mereka diiringai angin barat yang semilir membawa kesejukan. Mereka tidak lain adalah jawara Kedung Siluman antara lain
Ucil, Eyang Resi Kancil Sakti, Rogo Branjangan, Kilat Menjangan, Kijang Lelono, Elang Mas dan Sennopati Singo Brojo.
Kepergioan mereka sungguh terburu-buru, karena mereka merencanakan petang hari nanti bisa bertemu dengan Ratu Sihir dari Hutan Widuri yang kini tinggal di istana megah di Bukit Gombel Hutan Semarang. Mereka sama sekali tak menghiraukan lambaian tangan sebagian besar penghuni Kedung Siluman, sebagai tanda ucapan selamat berjuang, Yang ada di pikiran jawara-jawara adalah sesegera mungkin sampai di Bukit Gombel.
Jalan menuju Bukit Gombel dipenuhi dengan sebagian besar turunan, kadang turunan itu cukup terjal kadang pula landai. Mereka melalui jalan hutan yang tidak seberapa lebarnya dan berkelak-kelok. Setelah cukup lama mereka melewati jalan ini, akhirnya tibalah mereka di Bukit Gombel , saat matahari hampir tenggelam.
Istana Ratu Sihir berada di puncak Bukit Gombel, persis berdiri megah di bagian bukit yang beruapa dataran. Karena di bangun di puncak Bukit Gombel, maka sudah barang tentu Istana Ratu Sihir terlihat cukup megah dari berbagai penjuru bukit ini. Kemegahan seperti inilah yang diimpikan wanita iblis itu.
Bahkan kemegahan yang seperti ini ternyata belum memuaskan hatinya. Kecuali dia berhasil merebut 2 telur emas milik Baginda Raja Rimba Kedung Siluman sekaligus merebut harta karun dari Lembah Teratai Emas peninggalan Eyang Resi Siluman Naga Sakti. Tidak cukup itu saja , Ratu Sihir berniat mendirikan istananya yang terbuat dari emas dan intan Lembah Teratai Emas.
Setelah menapakan kakinya di Buki Gombel, Kancil Sakti dan kawan-kawan tidak beberapa lama berhasil menemui Ratu Sihir tanpa banyak menemui kesulitan. Ratu Sihir menemui mereka dengan duduk congkak di atas singasananya, dikawal oleh banyak mayat hidup hasil pengaruh sihirnya. Sementara itu ratusan jawara yang terdiri para pendekar berilmu tinggi, berjejer di belakan singasana.
“Kami mewakili segenap penghuni Hutan Kedung Siluman menyampaikan hormat kepada Kanjeng Ratu Sihir. . . semoga ratu panjang umur “ demikian Kancil Sakti menyampaikan hormat.
“Hiii. . .hiii. . .aku terima dengan senang hati. Mengapa tanpa undangan kamu berani menghadapku “ jawab Ratu Sihir.
“Maafkan kami yang tak tahu diri. . .kedatangan kami yang tidak diundang ini, hanya sekedar menyampaikan rasa takluk penghuni Kedung Siluman kepada Gusti Kanjeng Ratu Sihir dari Hutan Widuri.” Jawab Kancil Sakti sambil membungkukan badan diikuti oleh sahabat-sahabat lainnya.
“Hii. . .hiii . ..bagus kalau begitu. Aku tidak usah repot-repot mengirim bala tentara. Lantas apa yang akan kau persembahkan kepa junjunganmu, hiii. . .hiii “ pinta Sang Ratu.
‘Dengan segala kerendahan hati, apa yang Nyai pinta akan kami berikan “ jawab Kancil Sakti dengan gaya yang meyakinkan.
“Tentu saja aku minya seluruh emas dan intan di Lembah Teratai Mas. Untuk kujadikan dinding istanaku di tepi Tekaga Sewon Wono. Oh ya berikan pula dua telur emas milik rajamu. Atau akan kusihir semua penghuni hutanmu menjadi mayat hidup. Pilih yang mana ! ! ! ! !” bentak Sang Ratu diselingi tawa mengerikan.
Sungguh suatu peristiwa yang sangat bertolak belakang. Di satu sisi Ratu Sihir adalah wanita yang cantik jelata. Tubuhnya tinggi besar, kulitnya kuning langsat. Disisi lain dia wanita yang memiliki sifat sangat tamak,jahat dan licik sekaligus sombong demikian bisik hati kecil Ucil.
“Eyang Kancil nampaknya Sang Ratu tidak main-main lagi, dia tidak cuma nggertak kita. Aku takut bila rencana kita meleset “ seru Ucil.
“Tenang saja, Cil !. Wanita iblis ini sedang lupa diri, karena godaan dunia. Keadaan seperti inilah yang aku nantikan. Disinilah kelemahan Ratu Sihir “ jawab Kancil Sakti dengan suara yang berbisik.
“Engkau belum menjawab permintaanku, He Kancil Tua. !. Kabulkan permintaanku ! atau aku luluh-lantakan Kedung Siluman “ ancam Ratu Sihir.
“Tentu aku akan mengabulkan semua permintaan Nyai. . . .sebagai tanda takluk, kami kepada ratu. Aku serahkan satu keranjang emas dan berlian “ ujar Kancil Sakti yang mencoba mendinginkan hati wanita iblis itu.
“Hanya satu keranjang ?. . .untu apa aku tak butuh !” seru Ratu Sihir.
“Ini hanya sekedar untuk tali asih. Semua emas dan intan yang ada di Lembah Teratai Emas silakan Kanjeng Ratu ambil. Tentunya setelah ratu nanti berkunjung ke Kedung Siluman “
“Hii. . .hi….hi. . bagus. .bagus. . inilah abdi yang baik. bawa sini keranjang itu ! “ pinta Sang Ratu. dengan tak menyisakan tawanya yang melengking dan mengerikan, seraya menarik keranjang emas yang kini sudah di dekatnya.
“Apa isi keranjang itu , Kancil Tua ?. . . Mengapa ada cahaya yang bergemerlapan ? “ ujar Ratu Sihir yang tertegun kagum.
“Gemerlap cahaya itu berasal dari intan yang tiasa ternilai harganya. Dengan intan itu Kanjeng Ratu bisa membeli semua hutan di Pulau Jawa. Hanya saja untuk mengambil intan itu harus dengan satu syarat “
“Cepat katakan apa syaratnya “
“Untuk mengambil intan itu, Kanjeng Ratu harus memejamkan mata, karena sinarnya bisa membutakan mata bila jaraknya terlalu dekat “
Tanpa berpikir panjang, sambil memejamkan mata Ratu Sihir membuka keranjang itu dan memasukan tangannya ke keranjang itu. Namun betapa kagetnya Ratu Sihir, seelah tangannya menyentuh benda yang lunak, hangat dan menjijikan. Karuan saja merinding seluruh tubuh wanita iblis itu. Apalagi setelah dia menarik tangannya, terdapat ratusan lintah yang menggigit tangannya dan ribuan kunang-kunang beterbangan mengelilingi tubuhnya.
Karuan saja dia menjadi panik bukan kepalang, meski dia minta tolong kepada semua pengawal-pengawalnya, namun apa daya menghadapi hewan yang menjijikan itu. Apalagi lintah-lintah itu kini berloncatan dan menggigit seluruh tubuhnya, Semua pengawalnyapun hanya diam membisu dan terpaku bingung apa yang harus mereka kerjakan. Akhirnya diapun minta tolong kepada tamunya kawanan penghuni Kedung Siluman.
Hanya dengan siulan yang singkat saja, lintah-lintah itu akhirnya melepaskan gigitannya dan berloncatan kembali ke keranjang semula. Sehingga legalah hati wanita iblis itu dan telah jera tidak sanggup mengalami hal yang sama lagi. Maka diapun berjanji tidak akan mengganggu kedamaian Kedung Siluman lagi
________________oooo_______________

6.PEMBURU YANG MALANG
Hutan Kedung Siluman terletak di lereng BUKIT TIDAR, terhampar di lembah yang cukup luas dan menyimpan keindahan alam yang memikat. Sejauh mata memandang hanya terlihat warna hijau yang terhampar luas, tempat para bidadari melepas lelah. Sudah barang tentu di tempat yang seperti ini, hanyalah kedamaian hati yang akan kita temui.
Karena masih utuh tanpa tersentuh tangan jahil, maka Hutan Kedung Siluman mampu menyimpan air sepanjang tahun. Terbukti dengan banyaknya kali yang mengalir dengan air yang bening. Bukankah tempat yang sejuk ini akan gampang memikat hati siapa saja yang melintas.
Namun bagaimana jadinya bila daya tarik alam ini telah memikat hati manusia yang tamak hatinya. Tentunya bagi manusia seperti ini tidak akan tinggal diam. Dengan ringan hati mereka akan merusak keasliaan hutan ini dan akan memburu penghuninya, yang kesemuanya adalah sahabat Ucil.
Adalah hak setiap manusia untuk memandang rendah penghuni Kedung Siluman, namun hal ini akan bermakna lain lagi, bila manusia yang tamak ini tahu, bahwa mereka semua adalah sama seperti kita yang berguna untuk keseimbangan alam. Mereka juga memiliki rasa tolong-menolong, rasa hormat dan setia kawan seperti yang dibina Ucil selama ini,
Syahdan suatu ketika, Hutan Kedung Siluman menerima tamu tak diundang. Sekelompok prajurit kraton SOSROYUDAN yang dipimpin RADEN WIKALPO berkemah di tepi Telaga Sewon Wono. Mereka datang dengan perlengkapan yang komplit untuk berburu hewan apa saja. Melihat kawanan prajurit yang tegap dan bengis dengan senjata pedang, tombak dan panah, semua sahabat Ucil lari tunggang langgang karena takut
.
Mereka saling mengaum, mencicit dan melolong sebagai tanda timbulnya rasa marah dan takut akibatulah-ulah manusia itu. Hari pertama mereka berburu telah memakan korban anak kijang yang terpanah kaki depannya, Untung saja kejadian ini tidak menelan korban jiwa. Namun apa jadinya dengan orang tua kijang itu. Mereka hanya bisa menggerutu dan tak lama kemudian mengajukan kepada Ucil.
Bukan hanya kedua orang tua kijang itu saja, pemimpin=pemimpin kawananpun beramai-ramai mengajukan pebgaduan kepada Si Tarzan Kecil ini. Sekaligus mendesak Ucil untuk mengadakan perlawanan. Karena sebenarnya mereka mampu melumpuhkan mereka. Meski mereka semua adalah prajurit terlatih.
Kebetulan siang hari ini, Ucil sedang bermain dengan seruling kesayanganya.Memainkan kidung kidung indah. Suara seruling itu sayup terbawa angin kemarau yangmenimbulkan kesejukan di hati Si Tarzan Kecil.Spontan Ucil menghentikan tiupan serulingnya, ketika Kijang Perkasa dan Kijang Lelono sahabatnya datang menemuinya, untuk melaporkan bahwa salah satu anggota kawanan kijang luka dianiaya kawanan pemburu. Rasa geram kini timbul di hati Ucil setelah mendengar laporan dua kijang sahabatnya. Wajahnya merah padam, kedua tangannya mengepal kencang, seakan-akan dia kini berhadapan dengan pemburu itu. Seketika itu dalam hatinya Ucil timbul niatan untuk segera mengusir kawanan pemburu itu.
“Elang sahabatku, !, kemarilah ! “ pinta Ucil
“Baik Cil “ jawab Elang Mas.
“Sebarkan anggota-anggotamu, carilah keterangan tentang pemburu itu dan suruhlah sahabat-sahabatku berkumpul disini “
“Siapa saja sahabat-sahabatmu yang harus aku undang “
“Si Belang, Putih, Rajawali Perkasa, Kilat Menjangan, Rogo Branjangan, Naga Sanca , Gajah Sona, Beruang Hitam dan Sembrani”
“Kijang sahabatku, sekarang pulanglah. Rawatlah rakyatmu yang terluka. Bawalah rakyatmu mengungsi ke Bukit Langen Sari. Semoga engkau aman di sana.
“Tereimakasih Cil, sekarang ini juga kami mohon diri. Sewaktu-waktu engkau membutuhkan aku, hubungi Elang Mas, pasti aku akan datang membantumu” seru Kijang Perkasa sambil melangkahkan kakinya meninggalkan Ucil.
Matahari hampir tenggelam di kaki langit sebelah barat, tapi sinarnya masih saja menerangi wajah bumi. Angin kemarau masih saja menyejukan udara Hutan Kedung Siluman. Sementara itu, terlihatlah kawanan elang yang menembus awan putih yang semakin lama semakin jelas kelihatan. Mereka itu adalah kawanan Elang Pengintai yang dipimpin Elang Mas yang telah selesai malakukan tugas pengintaian.. Bersamaan dengan itu muncul pula jawara – jawara Kedung Siluman atas undangan Ucil. Sehingga saat itu juga terjadilah dengar pendapat antara mereka yang hadir .
“Elang Mas. Posisi pemburu itu sekarang di mana “ tanya Ucil
“Hari ini mereka berkemah di dekat Air Terjun TIRTAGUNA, setelah beberapa hari kemartin berkemah di pinggir Sewon Wono “ seru Elang Mas.
“Berapa lama mereka berburu di Kedung Siluman “ tanya Si Belang.
“Melihat perbekalan yang mereka bawa, setidak-tidaknya mereka berburu hingga beberapa minggu “
“Dari mana pemburu – pemburu itu “ . Rogo Branjangan bertanya dengan wajah tegang lantaran menahan marah.
“Mereka adalah prjurin dari KRATON SOSROYUDAN yang dipimpin langsung oleh RADEN WIKALPO. Putra Sulung sekaligus Putra Mahkota PRABU MARTOYUDAN.. Sedangkan maksud kedatangan mereka adalah untuk berburu hewan-hewan besar “ jawab Elang Mas.
“Grrrr. . . mereka telah berbuat seenaknya. …tunggulah balasanku, Apa yangsebenarnya mereka cari ?” . Kembali Si Belang bertanya.
“Yang mereka cari sebenarnya adalah kulit harimau, gading gajah, tanduk menjangan serta kuku hewan-hewan besar “
“Untuk apa benda – benda itu ? “ tanya Kilat Menjangan.
“Benda – benda itu hanya untuk kebanggaan “
“Baiklah sahabat – sahabatku, sebelum jatuh korban diantara kita . Marilah kita susun rencana untuk menjebak mereka. Kalian siap ?’ “ Seru Ucil.
“Siaaaaaaap……..! “ serentak para jawara Kedung Siluman menjawab.
“Kapan kita ke Tirtaguna, Cil ?. Aku sudah tak sabar “ seru Singo Ludiro.
“Sekarang juga kita kesana “ pinta Landak Permata
“Jangan biarkan mereka berbuat seenaknya, Cil !. Aku dan Si Putih siap melibas mereka, tinggal siap menunggu perintahmu “ seru Si Belang.
“Malam ini juga kita berangkat ke Tirtaguna. Hanya Beruang Hitam saja yang sekarang sebaiknya kesana “ pinta Ucil.
“Untuk apa Cil. . . tugasku apa “ sahut Si Hitam Beruang.
“Ajaklah teman – temanmu, buatlah luas dan dalam tidak jauh dari tenda mereka, kalau bisa tepat di tengah jalan setapak. Usahakan jangan membuat kegaduhan. Mulailah bila hari sudah mulai petang. Aku yakin mereka sudah tak tahan menahan kantuk “ pinta Si Tarzan Kacil.
“Sembrani !, ajaklah kuda – kuda mereka untuk pergi meloloskan diri sejauhm mungkin “
“Tapi aku tak bisa melepas ikatan kuda mereka “ jawab Sembrani.
“Tak usah khawatir, untuk melepaskan ikatan kuda serahkan ke anak buah Rogo Branjangan “ jawab Ucil.
“Lantas tugasku apa ?, Cil ! “ pinta Si Belang.
“Mengaum sekeras mungkin untuk menakuti mereka, mulailah setelah aku perintahkan “
“Aku belum mendapat tugas, Cil ! “ pinta Si Putih.
“Tugasmu sama seperti Belang “ jawb Ucil.
“Cil, Singo Brojo belum mendapatkan tugas. Aku dan rakyatku siap ,menjalankan tugas ! “ tutur Senopati Kedung Siluman.
“Baiklah Senopati !, tugasmu menggiring larinya pemburu – pemburu itu menuj lubang yang telah dibuat sahabatku Beruang Hitam dan kawan – kawannya. Kalian semua sudah saya beri tugas. Tengah malam nanti, kita berkumpul di sebelah barat Tirtaguna, tepatnya di Watu Pawon.

____________________ooooo____________________


Berburu adalah pekerjaan yang sangat mengasyikan, sudah barang tentu bagi yang memiliki hobi ini. Yang jelas bagi yang berhobi ini, apapun akan dilakukan hanya untuk melampiaskan kesenangan semata - mata. Demikina juga dengan Raden Wikalpo dan prajurit pengawalnya. Setelah seharian mereka berburu menjelajah Kedung Siluman, tiba saatnya kini mereka melepas lelah, karena hari hampir petang.
Ditemani angin malam yang semilir dan dingin, masing – masing dari rombongan pemburu itu mulai merenda mimpi – mimpi indah. Meskipun Raden Wikalpo telah menerapkan giliran jaga, namun rasa kantuk tak dapat ditolak. Hanya suasana di perkemahan itu ramai dengan suara dengkuran.
Namun tiba-tiba mereka harus segera mengambil pososi bertahan dengan sikap kuda – kuda, meurut ilmu bela diri yang mereka miliki. Setelah mereka mendengar suara auman kawanan macan dan lolongan banyak srigala. Yang membuat hati mereka menjadi panik, bahkan sebagian besar dari mereka merasakan bulu kugul yang merinding.
Semula mereka siap bertahan mati – matian menghadapi serangan hewan buas, karena mereka memang prajurit yang terlatih. Namun setelah suara hewan buas itu semakin dekat dan berjumlah banyak, maka tanpa dikomando mereka lari tunggang langgang menyelamatkan diri, di tengan keremangan malam.
Karena dihinggapi perasaan yang sangat takut, mereka berlarian ke segala penjuru. Namun setiap mereka baru melangkah berapa puluh langkah mereka telah dihadang singa yang siap menerkam. Sehingga mereka akhirnya memilih jalur yang aman secara bersama – sama, termasuk juga R. Wikalpo.
Namun tiba - tiba mereka merasakan berlari di tanah kosong dan jatuh bergulingan dalam lobang yang besar dan dalam. Serentak mereka berteriak kaget dan sebagian lainnya mengerang kesakitan. Karena lubang tempat mereka jatuh sangat gelap, sehingga apa daya mereka semalam hanya bisa berteriak minta tolong dan mengerang kesakitan.

Mereka bertambah panik karena diatas mereka telah berkeliaran hewan – hewan ganas yang saling mengaum dan melolong mengerikan..
“Siapa yang ada di atas sana tolonglah aku ! “ teriak Raden Wikalpo.
“Tolooong. . . tolong. . .” teriak para prajurit silih berganti.
Remang – remang kini mereka sudah bisa meliohat bibir lubang, karena fajar telah datang. Namun kini mereka bertambah pucat wajahnya, lantaran di bibir lobang telah berjejer hewan – hewan buas yang siap menerkam mereka. Tak lama kemudian Ucil menampakan diri di tengah kerumunan hewan buas tadi.
Sontak mereka berebut minta tolong pada bocah kecil yang belum mereka kenal. Sebagian mereka terheran – heran dengan pemandangan yang aneh ini. Sehingga Raden Wikalpo mencoba untuk menegur – sapa dan sekaligus minta tolong kepada bocah kecil itu.
“Siapa engkau hai bocah kecil, engkau manusia atau hantu, bisakah kau menolongku ? “ jawab Raden Wikalpo.
“Aku Ucil, aku bukan hantu, aku manusia biasa seperti engkau. Percuma saja kau naik ke atas, Binatang ini akan siap menelanmu “ tutur Si Tarzan Kecil.
“Sekali lagi aku minta tolong, singkirkan hewan – hewan itu. Aku ingin tetap hidup. Bila engkau bisa menolongku, silakan engkau bisa tinggal di istana bersamaku ! “ sahut Raden Wikalpo.
“Untuk apa aku tinggal di istana, disinilah istanaku, aku telah berbahagia di sini. Aku mau menolongmu asal kau berjanji padaku “ pinta Ucil.
“Katakan saja apa permintaanmu ?”
“Sederhana saja, tinggalkan Hutan Kedung Siluman dan jangan kembali lagi untuk berburu. Meskipun mereka hewan, mereka juga seperti kita yang ingin hidup damai. Berjanjilah padaku maka aku akan memberimu tali” tutur Ucil.
“Baiklah Cil, aku berjanji “
“Apa bisa dipercaya janjimu ? “
“Aku Raden Wikalpo Putra Mahkota Kerajaan Sosroyudan, Putra Prabu Mertoyudan. Pantang aku berbohong, biarlah semua prajuritku yang menjadi saksi “
Ucilpun tak ragu – ragu mengulurkan tali dan kini mereka naik satu – persatu. Akhirnya mereka selamat dan kembali ke kraton, setelah mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal pada Ucil. Yang penting mereka tidak akan pernah lagi memburu sahabat Ucil.
7. MENARI DI BULAN
Malam mulai menyelimuti Hutan Kedung Siluman. Disana sini terlihat berjejer pohon yang terbujur kaku.. Rembulan belum juga kelihatan, meski telah ditunggu kehadirannya oleh penghuni hutan ini, Tinggalah kini kegelapan yang menjadi penghantar tidur malam semua penghuni Hutan Kedung Siluman.
Oh. . . gelap nian malam ini, pantas saja sahabat – sahabatku memilih tinggal di rumahnya masing – masing, ketimbang menemaniku disini, demikian bisik hati Ucil, sambil duduk di kursi bambu depan rumah. Sementara emaknya telah tidur lelap dari tadi sore, untuk melepas lelah setyelah sejak pagi tadi bekerja keras di kebonnya.
Awan hitam perlahan terbawa angina malam yang mulai bertiup kencang.
Sehinggasemakin larut malam semakin bersih langit di atas Hutan Kedung Siluman. Giliran bulan mulai menampakan dirinya dengan jelas wajahnya.
Ucil yang terdiam duduk di kursi bambunya semakin kagum dengan munculnya
sang rembulan. Adakah hutan di bulan sana , seperti hutanku ? Adakah hewan – hewan yang hidup di sana seoerti sahabatku di sini ?. Adakah manusia yang tinggal di sana ?. Rasa kagumnya kini berganti dengan lamunan yang semakin kuat.
Oh. . . andaikata aku bisa menjadi raja yang agung, akan kunaiki Rajawali Raksasa,
yang bisa aku naiki dan mengantarkan aku ke bulan. Aku akan berjalan – jalan di sana, aku akan berkenalan dengan hewan – hewan di hutan sana. Apakah mereka bisa beramah – tamah denganku seperti di Kedung Siluman.
“Bisa Cil, aku akan mengantarkan kau ke bulan sampai engkau puas “ seru sebuah suara.
Entah siapa dan darimana. Ucilpun terperanjat kaget mendengar suara yang belum ia kenal. Diapun menoleh kanan kiri. Rasa penasaran yang kuat mulai tertanam di hatinya.
“Siapa engkau ? Tunjukan dirimu . . . apakah engkau hantu ? “ teriak Ucil yang
ketakutan.
“Sekarang aku ada di sampingmu, jangan takut ! “
“Oh engkau seekor garuda. . .siapa namamu, apa engkau bermaksud jahat” desak Ucil.
“Hooo. . . Ucil sahabatku , namaku adalah JATAYU . Asalku tidak jauh dari sini,
akulah kendaraan RAJA – RAJA JAWA. Sama sekali aku tak bermaksud jahat, aku hanya ingin mengantar kau berjalan – jalan di bulan “
“Mana mungkin engkau bisa “
“Naiklah ke punggungku, aku akan mengantarkan kau ke sana “ jawab Jatayu yang berusaha meyakinkan.
“Lantas berapa lama perjalanan ke sana, kasihan emaku dia akan mencariku “
“Oh. . .tidak akan lama, aku janji ! “
“Ah. . .aku masih tidak percaya “ seru Ucil.
“Gimana aku bisa meyakinkan engkau ?. Coba saja Cil, naiklah ke punggungku, engkau akan ku ajak melintas angkasa, melintas jagad raya dan bisa melihat bumi dari bulan. Bukankah tadi engkau ingin ke bulan ? “ rayu Jatayu, yang semakin membuat Ucil tambah yakin.
Ucil berpikir sejenak, karena perasaannya kini masih diliputi ketidakpercayaan, mana mungkin dia bisa membawaku terbang ke bulan ?. Jelas dia bohong !. Tapi bukankah dia Jatayu milik Raja Raja Jawa Mana mungkin dia bohong ?. Atau ini hanya tipu muslihat ?.
“Baiklah, Cil !, kalau kamu masih tidak percaya, aku akan membawamu keliling Kedung Siluman, kalau engkau sudah percaya baru aku antar kau ke bulan. Nah. . . sekarang naiklah ke punggungku “ seru Jatayu sambil merendahkan tubuhnya
Kini Ucil sudah berada di punggung Jatayu dan melesatlah Jatayu di angkasa Kedung Siluman.. Sungguh untuk Ucil, peristiwa ini adalah pengalaman yang tak mungkin terlupakan. Meski dia berada di punggung Jatayu dengan sayap yang mengepak, namun dia tidak merasakan goncangan apapun dan anehnya dia tidak merasakan hawa dingin angin malam seolah kejadian ini hanya mimpi belaka.
“Bagaimana, Cil. Sekarang percaya padaku ?’”.
“Baiklah Jatayu !, sekarang aku percaya “
“Masih ingin ke bulan, Cil ?”
“Tapi aku taku “
“Sekarang kamu taku ngaak ?”
“Tidak , Jatayu ! “
“Seperti inilah perjalanan ke bulan. Kamu nggak usah khawatir. Tapi kalau kau takut pejamkanlah matamu “ pinta Jatayu.
“Tapi jangan lama – lama, nanti emaku mencari “
“Baiklah aku janji, sekarang bersiaplah aku akan melesat ke atas “
Ucilpun hanya diam membisu, sambil memejamkan matanya dia merasakan tubuhnya terlempar ke atas. Entahlah apa yang terjadi saat itu, Ucilpun tidak tahu. Yang jelas dia tidak merasakan goncangan apapun. Tidak seperti bila menunggang Sembrani atau Si Belang.
Lantaran rasa penasaran yang kuat, Ucilpin memberanikan diri untuk membuka kedua matanya. Gelap semua yang ada disekelilingnya, sekali – kali dia menengok ke belakang. Perasaan takjub kini menggigapi hatinya., karena dia melihat bumi hanya sebesar bola besar berwarna biru. Apabila dia menghadap ke depan, bulanlah yang dia lihat dengan ukuran yang bertambah besar dan bertambah terang
.
Ibarat hanya sekejap mata, kini Ucil telah tiba di bulan., meski belum menapakan kakinya di permukaannya. Kini hanyalah keheranan yang ada di hatinya, mana hutan yang ia bayangkan. Mana taman bunga yang terang-benderang seperti di kota. Adakah sahabat – sahabatku seperti di Kedung Siluman ?.
“Cil, agar engkau puas akan aku ajak kau keliling bulan”
“Terserah kamu saja, Jatayu “
“Setelah mengelilingi bulan, akan aku turunkan kamu di bulan”
“Tapi aku takut, apa berjalan di bulan tidak membahayakan ? “ tanya Ucil.
“Hoooo. . . jangan takut, percayalah padaku “ jawab Jatayu..
Setelah puas mengelilingi bulan , Jatayu segera menukik turun menuju permukaan bulan yang terang. Hanya dalam waktu sekejap saja, sampailah Jatayu di permukaan bulan. Tanahnya berwarna kuning membara. Namun bagi Jatayu permukaan bulan yang seperti itu sama sekali tidak melukai kakinya. ketika dia menapakan kakinya. Maka Ucilpun dengan tidak ragu – ragu lagi segera menapakan kakinya di bulan.

Meskipin permukaan bulan panas, namun Ucil tidak merasakan apa- apa. Bahkan lebih sejuk dibanding permukaan tanah di Kedung Siluman. Saat pertama Ucil berjalan di permukaan bulan, dia merasakan tubuhnya ringan sekali, entah dia sadar atau tidak sekarang tubuhnya melayang – laying. Hingga kini dia lebih berhati – hati.
“Cil, jangan takut. Meskipun tubuhmu melayang. Diam saja dan jangan bergerak. Nanti tubuhmu akan meluncur sendiri ke permukaan.” Ujar Jatayu.
Benar saja penuturan Jatayu, maka dia kini dengan senang hati meloncat sekuat tenaga, hingga tubuhnya melayang jauh ke atas . Setelah cukup tinggi, dia tidak bergerak sama sekali, hingga tubuhnya pelan – pelan meluncur ke bawah dan kembali menyentuh tanah.
Kadang pula Ucil mencari tebing yang tinggi dan curam untuk dia loncati hingga menapaki puncak tebing itu. Kemudian turun lagi dengan meloncat pula. Hingga baru kali ini dalam hidupnya , dia merasakan kegembiraan hatinya hingga lupa dengan emaknya di rumah,
Bahkan dia kini menari – nari di permukaan bulan bersama Jatayu melampiaskan kegembiraan. Kegembiraan inilah yang membuat Ucil lupa diri, bahwa dia sebenarnya menari di atas jurang yang curam dan dalam sekali.. Jurang itu memang tidak kelihatan, lantaran tertutup lapisan tanah bulan yang tipis sekali, yang kini diinjakUcil dan Jatayu yang menari bersama.
Hingga suatu ketika terdengarlah suara gemuruh dan goncangan yang kuat , yang berasal dari tanah yang diinjak Ucil dan Jatayu , yang sedang asyik menari. Sudah barang tentu tubuh Ucil dan Jatayu kini meluncur ke bawah tanpa menemukan pegangan apapun.
Ucilpun meronta – ronta untuk mencegah agar tubuhnya tidak jatuh ke bawah. Namun semakin dia meronta semakin cepat dia meluncur. Ucilpun bertambah panik, setelah kini dia tidak lagi melihat Jatayu. Satu – satunya sahabatnya yang bisa menolongnya.
“Tolooong aku. . .tolong aku… Jatayu” teriak Ucil sekuat tenaga dengan tubuh yang masih meluncur ke bawah dan kini bertambah cepat.
Meski berkali – kali dia minta tolong, Jatayu tidak juga menampakan diri untu menolongnya. Karena di hatinya timbul rasa takut bukan – kepalang kuatnya. Ucilpun terus berteriak minta tolong.
Hingga akhirnya dia merasakan sentuhan tangan yang halus di pipinya dan menggoyang-nggoyangnya, tak lama diapun mendengar sayup suara emaknya.
“Cil, bangun !. . engkau mimpi buruk, . .Bangunlah anaku ! “ teriak emaknya.
“Tolooong mak, aku jatuh ke jurang “ teriak Ucil.
“Jurang mana, engkau bermimpi, anaku !. Lekas bangun ! “
“Oh. . .syukurlah “
“Sudahlah !, makanya kalau tidur di dalam , jangan di luar sini. Ayo sana masuk ke dalam “
Tanpa berkata sepatah katapun, Ucil masuk ke kamar tidurnya yang sederhana diikuti emaknya. Yang jelas esok pagi masih ada kehidupan, masih ada pula cerita yang lain.
___________________oooo________________

8. LORONG WAKTU

Ucil kembali disibukan dengan pekerjaan emaknya di dapur, mengambil air di sendang dekat rumahnya dan memetik sayur di kebun. Sehingga seharian dia tidak bermain dengan sahabat – sahabatnya di hutan. Setelah selesai pekerjaan membantu emaknya, siang hari dia di kebon sayur emaknya, untuk mencabut tanaman sayur yang telah menguning, karena kekurangan air
.
Memang saat itu, kemarau panjang telah melanda Hutan Kedung Siluman, sudah banyak tanaman dan pohon besar yang telah menggugurkan daunnya.. Sahabat – sahabatnya sudah agak lama tidak makan sayur, hanya memakan dahan – dahan itupun yang telah menguning.
Sejenak Ucilpun istirahat sejenak, setelah pekerjaan di kebon emaknya usai sudah. Dia kini duduk bersandar di pohon mangga depan gubugnya. Sementara emaknya yang sudah renta memilik tidur siang di kamarnya yang reot. Tidak lupa teman saat dia kesepian, seruling bambu kesukaannya ia mainkan. Ucilpin kini hanyut dengan irama serulingnya , mengalun merdu menembus Hutan Kedung Siluman yang sedang meranggas menghadapi kemarau panjang.
Langit begitu cerahnya, biru terhampar melingkungi Hutan Kedung Siluman. Ucilpun merasa sejuk dengan semilir angina kemarau yang bertiup perlahan. Sementara itu suara seruling bamboo semakin mengalun merdu, menambah kekaguman Ucil terhadap alam sekitar tempat dia dan emaknya hidup. Namun di tengah langit biru yang cerah tampaklah cahaya berkilau, laksana bintang yang berjalan mendekati dia.
“Sinar apa ini.?. Bukankah siang hari tidak ada bintang ?. Apa ini pertanda akan datangnya bahaya ?. . semoga saja pertanda akan turun hujan ! “ seru Ucil lirih. Belum sempat Ucil berdiri dari tempat duduknya, sinar itu sekarang berada di depanya hanya berjarak beberapa puluh langkah. Kini jelas sudah wujud sinar tang berkilau, yaitu sebuah lingkaran besar yang dindingnya bersekat dan memanjnag membentuk lorong tak berujung.

Dengan penuh waspada Ucil mendekati lorong tersebut untuk meneliti apa sebenarnya benda itu. Belum lama Ucil berdiri di lorong itu. Tiba- tiba sebuah tenaga yang besar sekali menyedot tubuhnya hingga masuk ke dalam lorong. Sudah barang tentu Ucilpun mengerahkan sekuat tenaga untuk keluar lorong itu., namun semua tenaganya hanya sia - sia saja. Akhirnya kini Ucil merangsek tersedot ke dalam lorong itu. Entah menuju kemana
.
Sudah agak lama Ucil terbawa gaya tarik lorong bercahaya itu, Karena itu tenaga diapun menjadi habis. Sampai akhurnya dia merasakan tubuhnya terpental dan jatuh di suatu tempat. Bersamaan dengan itu lorong bercahaya itupun hilang dari pandanganya entah kemana.
Kini dia hanya mampu menarik nafas dalam – dalam dan berusaha menenangkan perasaan yang tidak menentu. Setelah mampu menenangkan perasaanya, barulas Ucil sadar, bahwa kini dia telah berada di tempat asing dan jauh dari rumahnya.
Tempat itu banyak dipenuhi oleh banyak bangunan besar dan menjulang tinggi, seperti perbukitan di hutannya, tetapi di sini tidak didapati pepohonan. Keheranan semakin menjadi-jadi karena di langit dia melihat langit tidak berwarna biru, tetapi berwarna jingga kemerahan.
Ucilpun banyak melihat manusia yang lalu – lalang di sekitar bangunan besar itu dan semua manusia itu sama sekali tidak menghiraukan kedatangan Ucil merasa sedih hatinya, karena keramah-tamahan di sini sangat berbeda disbanding di Kedung Siluman. Atau kehidupan disini sudah tidak ada lagi keperdulian antar sesama.
Mereka bepergian kesana-sini menggunaan kereta yang bisa melayang tetapi tidak memiliki roda dan tidak mengeluarkan suara. Tibalah Ucil kini pada rasa ketidakpercayaan dirinya sendiri. Apakah dia berada di alam siluman, atau di Kerajaan Laut Kidul atau hanya mimpi belaka seperti menari di bulan.
Hingga akhirnya Ucil hanya bisa berjalan menyelusuri jalan yang keras dan halus menuruti kemana kakinya melangkah entah kemana, bertemu siapa dan minta tolong pada siapa ?. Sepanjang dia berjalan tak menentu, dia hanya teringat kepada emaknya seorang. Hal yang paling membuat hatinya sedih, adalah bila dia tahu emaknya kesepian ditinggal dia.
Tak lama melangkah dia mendengar suara langkah kaki yang berat mendekatinya. Tanpa mengurangi kewaspadaan diapun berhenti untuk menunggu sosok yang berjalan mendekatinya.
“Selamat datang di lorong waktu th 5040, aku mengemban tugas dari Sang Pemimpin untuk menjemputmu, kawan ! “
“He. . .Siluman aneh, siapa namamu ? darimana engkau datang ?” tanya Ucil.
‘Siluman ?. . di programku tidak ada kata siluman, aku hanya cyber atau robot ?” jawab makhluk aneh yang berhadapan dengan Ucil.
“Robot ? jadi namamu robot ?. . . Di hutanku tidak ada robot, juga nggak ada hewan yang tubuhnya kaya kamu, Apa engkau kera besi ? “ tanya Ucil penasaran.
“Tuuut.. .tiiit aku bukan manusia juga bukan hewan, aku hanya mesin elektronik saja” jawab sang robot.
“Ah, aku jadi tambah tak mengerti. Sudah seharian aku disini, aku jadi bingung. Tempat apa ini ? dan dimana aku ?. Kasihan emaku di rumah tidak ada yang Bantu. Aku ingin pilang. Kemana jalan pulang ke Kedung Siluman ?” tanya Ucil.
“Itu masalah gampang, nanti akan aku antar engkau pulang, agar kau bisa bertemu emakmu serta sahabat – sahabatmu Rogo Branjangan, Elang Mas, Kilat Menjangan, Sembrani. Kancil Sakti, Kijang Perkasa dan Kijang Lelono, Naga Sanca , Belang dan Si Putih..
“Darimana kau tahu nama teman-temanku? Apa kamu pernah ketemu mereka ?” desak Ucil.
“Nanti kau akan tahu setelah ketemu Sang Pemimpin. Maka ikutlah kami “ jawab Robot,
“Untuk apa “ seru Ucil.
“Aku tidak tahu, aku hanya menjalankan tugas. Tuuuut. . . tiiiit. Sekarang ikutlah denganku. Perlu kau ketahui kami tidak bermaksud jahat denganmu” jawab sang robot sambil menuntun Ucil menuju mobil yang sudah siap menunggu dari tadi.
“Masuklah ke mobil, manusia kecil ! “ pinta sang robot.
“Masuk ke mana ? “ jawab Ucil dengan muka bengong.
“Masuk ke mobil ini, dengan mobil ini akan kuantar kau ke Sang Pemimpin “
“Mobil. . .apa itu mobil ?” tanya Ucil yang belum juga tahu maksud robot itu.
“Mobil adalah kendaraan yang digunakan manusia di jaman ini, Sama seperti kamu naik kuda di hutanmu”. Jawab sang robot.
“Sampaikan pimpinanmu aku tidak akan lama-lama, emak akan mencariku, Kasihan dia “ pinta Ucil.
“Kamu bisa minta apa saja setelah kau ketemu “
Ucil kini terdiam seribu bahasa, yang bisa dia lakukan hanya menuruti saja kemana mobil itu melaju. Tak henti-hentinya Ucil dihinggapi perasaan kagum terhadap mobil yang dia naiki sekaligus perasaan ceria. Rasa ingin tahunya yang kuat terhadap mobil sebenarnya kuat sekali. Namun penasaran terhadap niat Sang Pemimpin ingin menemuinya lebih kuat lagi.
Terasa hanya sekejap saja Ucil telah sampai pada sebuah bangunan yang besar sekali berwarna biru muda. Di dalam bangunan itu terdapat ruangan rapat yang besar dan telah berkumpul puluhan manusia yang aneh-aneh, yang menunggu kedatangan Ucil. Mereka duduk di melingkar dan di sekitarnya terdapat peralatan yang Ucil sendiri tidak tahu.
“Selamat Datang Ucil Si Tarzan Kecil. Selamat Datang di KOTA INDIES. Silakan engkau mau duduk di sebelah mana, anak manis ! “ Jawab Sang Pemimoin.
“Darimana Bapak tahu nama saya? “ jawab Ucil terheran-heran.
“Ha.. .ha. . .ha aku sudah lama mengamati kehidupanmu dengan sahabat-sahabatmu di Hutan Kedung Siluman. Maka segala sesuatu tentang dirimu dan masyarakatmu telah aku catat dan pelajari.. Perkenalkan aku Sang Pemimpin KOTA INDIES, dan disebelah kanan kiriku adalah Anggota Dewan Penasehat Agung Kota Indies.” Jawab Sang Pemimpin..
“Siapa nama Bapak dan apa Bapak pernah ke Kedung Siluman” tanya Ucil yang bertambah heran.
“Warga Kota Indies memanggilku SANG PEMIMPIN dan untuk mempelajari masyarakatmu kami tidak perlu langsung ke Hutan Kedung Siluman. Kami bisa mengamati dari jarak jauh. Coba, Cil, perhatikan dinding di depanmu. Akan kami perlihatkan hasil pengamatan kami tentang masyarakatmu ” pinta Sang Pemimpin.
Aneh, kehidupan sehari – hari Ucil telah tergambar di dinding itu, bagaimana dia tiap hari membantu emaknya atau kala dia bercengkerama dengan sahabat – sahabatnya. Bahkan perlawanan Ucil dengan Wiro Libas dari Hutan Cemoro Sewu. Tidak terlewatkan pula pertempuran Raja Rimba dengan Siluman Banaspati.
“Bagaimana bapak mengetahui ini semua, toh aku tidak pernah melihat Bapak di Kedung Siluman ? “ tanya Ucil.
“Kami menggunakan kamera optik lorong waktu, sehingga setiap gerak=gerik kamu dan sahabat-sahabatmu terekam jelas “ papar Sang Pemimpin.
“Lantas apa tujuan bapak melalukan ini semua ? “ tanya Ucil.
“Pertanyaan yang bagus anak manis !.Memang engkau anak yang cerdas. Tujuan kami mengamati kehidupanmu, adalah selama bertahun-tahun bangsa kami berpetualang dari waktu ke waktu, baru kali ini bangsaku menemukan masyarakat yang tentram dan damal seperti masyarakatmu “ papar Sang Pemimpin.
“Tapi kami adalah masyarakat yang bodoh. Dibanding disini kami sangat jauh, kami tidak punya mobil, kami hanya menunggang Sembrani atau Gajah Sona “ jawab Ucil.
“Berapa kamu bayar Sembrani dan Gajah Sona. Cil ?” tanya salah satu Dewan Penasehat.
“Tidak sama sekali “ jawab Ucil.
“Itulah yang sedang kami pelajari, bentuk kehidupan masa lalu yang penuh dengan kebersamaan dan kebahagiaan, seperti di Kedung Siluman “ papar Sang Pemimpin.
“Namun Bapak harus mengethui bahasa binatang “
“Masalah bahasa kami tidak mengalami kesulitan, meski itu bahasa hewan. Kami telah mempelajari bahasa apa saja selama beribu-ribu tahun “ Jawab Ketua Dewan Penasehat Agung Kota Indies.
“Lantas mengapa harus masyarakat Kedung Siluman yang Bapak pe;lajari ?. Apa tidak ada masyarakat lainnya ? “ tanya Ucil.
“Ketahuilah, anaku sayang !, . . .hampir setiap tahun dan sudah terjadi beratus tahun, penghuni Kota Indies terlibat perang satu dengan lainnya. Hingga sampai saat ini belum tercipta kedamaian seperti di Kedung Siluman. Untuk itulah kami mempelajari masyarakatmu “ jawab salah satu anggota Dewan Penasehat Agung Indies.
“Ah. . .itu kan karena kewibawaan Si Raja Rimba. Mengapa bukan dia yang diundang kemari “ sahut Ucil dengan nada merendahkan diri.
“Setelah kami pelajari dengan seksama, ternyata hanya engkau seorang yang memiliki bakat seorang pemimpin di masamu. bukan hanya untuk Hutan Kedung Siluman, tetapi untuk masyarakat luas di masamu nanti. Maka engkaulah yang kami undang “ tegas Sang Pemimpin.
“Sang Pemimpin. ! Mohon maaf aku ingin pulang. Aku kangen sama emak “ seru Ucil sambil memelas.
“Ha. . .ha….ha jangan kuatir dengan emakmu, Cil !. Menurut kamera lorong waktu, dia baik=baik saja, Sabarlah dulu Cil. Kalau sudah waktunya, kamu akan dipulangkan “ jawab Sang Pemimpin sambil terus tertawa dan diikuti semua yang hadir di rapat.
“Kapan waktunya aku pulang “
“Mengertilah Cil. Masyarakat di masamu nanti, sangat membutuhkan pemimpin seperti kamu. Oleh sebab itu kami Warga Kota Indies sepakat untuk memberimu bekal berbagai macam ilmu pengetahuan, termasuk jug abaca-tulis berbagai abjad yang ada di bumi. Hal ini sangat engkau butuhkan, sehingga nantinya kamu mampu menjadi pemimpin yang baik.
Oleh sebab itu bersabarlah, tinggalah engkau disini untuk beberapa tahun, setelah engkau pandai, kembalilah ke emakmu” papar Sang Pemimpin.
“Beberapa tahun ? Oh aku tak sanggup “
“Bersikaplah dewasa !, anaku. Semua niatan baik kami hanya semata-mata demi engkau dan masyarakatmu, Ada suatu masa di mana sahabat-sahabatmu akan dibantai oleh manusia tamak, guna kepentingan pribadi semata-mata “ jawab Sang Pemimpin,
“Masalah waktu, kamu tidak usah khawatir, karena waktu di Kota Indies dengan waktu di Kedung Siluman berbeda jauh. Emakmu tidak akan menunggu lama” seru Ketua Dewan Penasehat Agung
.
Ah. . .aku tidak tahu ini semua. Tapi merekan orang – orang pandai. Apa salahnya bila aku menerima tawaran mereka, demikian bisik hati Ucil. Sehingga dia kini hanya mengangguk kecil pertanda setuju.
Hari berganti minggu, bulan dan tahun. Genaplah dua tahun tujuh bulan Ucil menuntut ilmu di Kota Indies dengan system pendidikan yang modern dan dibimbing langsung oleh guru – guru yang pandai di bidangnya.
Segala macam ilmu pengetahuan mulai dari Ilmu Sosial, Kepribadian, Ilmu Alam, Komputer Modern dan lainnya telah dikuasai Ucil. Sehingga jadilah dia pemimpin yang disiapkan untuk jamannya.
Setelah dianggap selesai misi para ahli Kota Indies, maka Ucilpun dipersilakan kembali ke emaknya melalui lorong waktu. Sekaligus Ucil juga dibekali cara berkomunikasi dengan guru – gurunya dari Kota Indies, bila dia membutuhkan.
Pagi hari waktu Kota Indies, Ucil dilepas secara resmi oleh seluruh warga kota itu. Senyum ceria, Ucapan Selamat Tinggal dan peluk cium dia dapatkan dengan penuh haru. Kini kembalilah Ucil berkendaraan loromg waktu untuk pulang ke Kedung Siluman sama seperti kala dia berangkat.
Tak berapa lama Ucil merasakan tubuhnya terpental dari lorong waktu, tepat di depan rumahnya. Dan kinipun dia biisa melihat langsung wajah emaknya. yang tersenyum gembira. Emaknyapun kini mencium pipi Ucil dengan penuh haru, disusul dengan tawa canda sahabat – sahabatnya yang mengelilinginya.
“Syukurlah engkau selamat, Cil, Setelah engkau tadi ditelan Banaspati “ seru emaknya yang mengucurkan air mata bahagia di pipinya,
“Cil, engkau tidak apa – apa ?. Syukurlah kalau begitu. Sekarang diamana Banaspati tadi?” seru Raja Rimba.
“Entahlah, aku tidak tahu. . . mak, maafkan Ucil yang dua tahun lebih meninggalkanmu ya mak “ seru Ucil sambil terisak – isak.
“Kamu menghilang sejak tadi siang . Bukan dua tahun !. Engkau bicara apa , anaku ? “ seru emaknya’
“Dari tadi ! oh gak mungkin . Padahal aku belajar di Indies dua tahun, tapi itulah lorong waktu” tutur Ucil.
__________OOOO______________


PENULIS :
1. NAMA LENGKAP : Ir. BAMBANG SUKMADJI
2. TEMPAT/TGL. LAHIR : TEGAL, 19 SEPTEMBER 1962
3. ALAMAT : Jln. KETILENG I , RT O1/25 SENDANG MULYO – SEMARANG
    Hp 0 8 5 8 6 5 9 0 0 6 5 5

4. ALAMAT KANTOR : MA FUTUHIYYAH – 1 JL. SUBURAN BARAT,-MRANGGEN – DEMAK
    TELP 024-6773289

Tidak ada komentar:

Posting Komentar