sang ilalang |
Sel sel sumsum tulangnya yang
merasa pengap kini mengajukan protes pada diri Sutedjo, agar bisa terbang ke
atmosfer, hdup menerjang apa saja, bebas dan lepas. Sedangkan diri sutedjo tak
mampu menekan amarah Sel-Sel Beta yang ada di pankreasnya, sehingga tubuh
Sutedjo mengalah dan lebih memilih menguruskan diri.
Sedangkan untuk mengayuh becak
lagi Sutedjo kini tak mampu lagi, karena tubuhnya yang lemas dan lunglai
menyergapnya. Sutinah istri yang setiapun tidak pernah mengeluh meski setiap
hari dia bermandi peluh. Sementara putranya yang paling kecil masih bersekolah
di SMP, kakak-kakaknya juga masih
sekolah di SMK dan si sulung sudah tiga tahun ini kuliah di perguruan tinggi
negeri. Untuk biaya anak anaknya itu, kini separo tanah milliknya telah Supardo
jual pada Haji Imron dengan harga nego.
Meski Sutedjo sudah habis air
matanya, tapi hatinya telah tergayut pilu dan galau, yang ikut pula menusuk
tubuhnya hingga sering merasa gemetar.
Remang malam dan dinginya Bulan Januari tahun ini membalut
sepi pekarangan rumahnya, namun di dalam ruang tamu beralas tanah, udara malam
terasa lebih hangat meskipun hanya diterangi lampu 10 Watt. Suedjo rebah di kursi panjangnya dengan
bantal bersusun dua, wajahnya pucat di bibirnya sudah tak ada senyuman lagi.
“Bapak, aku berhenti kuliah saja
?”
“Jangan berkecil hati Burhan.
Selesaikan kuliah kamu !. Percuma bapak mengeluarkan biaya bila kau berhenti di
tengah jalan. Sebentar lagi kan kamu lulus ?”
“Tapi, aku rela pak !,aku anak
sulung. Aku ingin kerja untuk adik-adiku “
“Burhan !, emak kan masih jualan
di pasar!. Emak masih mampu membiayai kamu. Karena harapan satu-satunya emak
dan bapakmu kini hanya tinggal kamu. Selesaikan sekolahmu !”
“Bapak akan menjual semua tanah
dan rumah satu-satunya ini bila perlu, Burhan !. Asalkan hidup anak-anaku tidak
seperti bapak dan emak. Kamu mampu lancar kuliah di fakultas tehnik, berarti
kamu pandai. Jangan putus asa !”
Burhan beranjak dari duduknya di
kursi bambu disamping bapaknya yang kurus kering. Burhan menatap jauh jauh
malam yang diguyur gerimis sejak pagi. Terkadang diselingi hujan deras bahkan
sore tadi hujanpun turun disertai badai.
“Tapi aku sudah tidak kuat lagi
pak !, aku kasihan sama bapak dan emak !”
“Boleh kamu berperasaan seperti
itu, bila perasaan bapak dan emakmu
menderita. Tapi Burhan !, bapak dan emak
adalah anusia yang “sugih” rasa syukur pada Illahi. Sekarang bapak dicoba
karena bapak pernah dilimpahi nikmat. Lihatlah hujan itu, sekarang deras saat
lainnya dia akan berhenti dan bumipun kerontang. Untuk saat ini memang bapak
dan emak sedang mendapat banyak cobaan dariNYA, seperti hujan yang terus
bersambung “
Burhan dan emaknya hanya dia
membisu, sementara kedua adiknya sedang merajut mimpi di tengah malam dipenuhi
hujan***