Minggu, 20 Mei 2012

Tersenyumlah Bidadariku


bila engkau tidak merapikan kebun sayur ini
di tahta para dewa, hingga wajah Negeri Kahyangan tidak lagi
menjinakan ombak Pantai Selatan, angin prahara
lebih sering bertegur sapa dengan rapinya kuning tanaman padi
aku berjaga di penjuru kebun sayur kita
agar kau menyisir hari, penuh rambut sutera
biru kelambu rindu kau suguhkan
akupun dalam sudut kamar, membentang mencuri hati
detik demi detik………

kala Akasia rebah, bersyahwat dengan prahara
adalah suatu isarat, bahwa Bunga SedapMalam merontang
menusukan mega mendung pada langit biru
aku memburu hunian penuh bunga di kahyangan milikmu…
aku terhenyak dengan tegur sapa para dewa
hanya karena senyumu, cakrawala lebih lantang berteriak
aku memang milikmu.

hari ini kita bercengkerama dalam pagi…
tak kudengar lantang belalang padang
tak kudengar lagi gemeretak ranting kering,
memang inilah milikmu dari balik awan senja
atau karena debu debu jalan telah aku punguti
namun aku hanya mampu berteriak

sabarlah, senyum bidadariku
aturlah nafas agar arah perahu lebih mampu melajukan
kembang setaman yang kau jinjing, untuk pantai kita
bertebar daun palma, bermanik mutiara mekar jingga
aku datang, meski telah kusimpan rembulan di balik bajuku
aku bentangkan, terselip dalam dedaunan alam,

kau sudahi saja
episode yang tak membawakan senyum bidadari

 (Semarang, 19 Mei 2012)
                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar