Selasa, 03 Agustus 2021

Air Mata Anggie

Hari hari Anggie dilalui penuh dengan untaian wangi bunga. Setiap pagi hingga siang di sekolah, dia layaknya bintang panggung yang asyk nelantunkan syair syair cinta, dengan irama musik yang lebai, di pusaran jutaan penggemar nya yang histeris. 

 “ Anggie...,...” entah berapa juta kali nama itu disebut ileh penggemarnya, dengan derai aur mata histeris. 

 “ Oh sekarang aku tak kalah dengan Lesti, bintang muda yang lagi nak daun elakangan ini “:Bisik hatinya melambung dirinya , seakan akan hampr menyentuh langit. 

 Namun diantara jutaan cowok yang memusari, belum juga nampak batang hidung Ian yang selalu dicarinya sejak dia naik panggung. “ Ian....Ian “ bisik hatinya terus berkecamuk. Apa arti semua inu, bilka cowok langsin berhidung mancung itu belum uga menggapai kedua tanganku. ???. Rasa kesal mulai memenuhi rongga dadanya. 

 Namun debtuman drum dan lengkingan organ berpadu dengan string melodi eariknya agar ia terbebam dalam lagu cinta kesukaanya. 
 *** 
 “Anggie...Anggie “. Hingar bingar musik berheti seketika berhenti. Lampu panggung warna warni berdaya tinggi padam seketika. Jutaan penonton lenyap seketka. “Oh mengapa aku ada disini “ teriaknya lirih, hanya bunga bunga di taman sekokah yang mendengarnya. ” Anggie...ini aku..kau melamun ? “ suara setengah berteriak itu memenuhi seluruh otak dan pikiranya. 

Suara itu telah lama dikenalnya dan lama dinantikan kehadiranya. Namun mengapa dia ada di sekolah in..mengapa dia tidak di atas panggung bernyanyi bareng sama aku, persis seperti Lesti dan Rizky Bilal. Demikian bisik hatinya yang tersengat hipnotus lamunanya. “Angie inu Aku Ian...hey pagi pagi dah melamun “ Ian berkata dengan suara lembut. Anggie tersentak kaget, dia sangat kecewa mengapa semua lamunanya sirna dipagut realita. Ianpun mengajak Anggie duduk ditaman sekolah depan kelas mereka, sambil menunggu bel masuk sekolah.

 “Hey Anggie tidak baik lho, klo kamu sering melamun “ ucap Ian yang mulai berwajah serius dan tak sungkan menasehati Anggie teman dekatnya. “Trimakasih Ian, kamu nemang teman dekatku, Cuma kamu yang serng memperhatiin aku. Trimakash ya Ian “ ucapan Anggie begitu tulusnya, dalam hatinya berharap Sebastian menjadi pendamping hidupnya. 

Tentunya hari hari mereka berdua penuh dengan prosa cinta dan wangi bunga. Begitu dalamnya benang halus Ian yang bersemayam dalam sudut hatinya. Terus saja Anggie mengharapkan anganya menjadi sebuah realita, bukan hanya hadr dalam lamunanya saja. “ Ah jangan gitu Anggie, untuk apa sebuah trimakasih. Kita kan sahabat lama, sudah wajar klo aku mengadvis kamu. Semoga persahabaran ini bisa saling bermanfaat. Kadan kadang aku juga masukan dar kamu. Ingat Anggie !, kita masih belia masih harus belajar sampai nanti “ Ian tersenyu manis, membuat hati Anggie kelimpungan. Hanya sebuah persahatan, Bisik hati itu terus menggema berkali kali dalam lubuk hatinya. Tidak mengertikah Ian bahwa dia mengharapkan lebih dari persabatan, berdua menyemai bulir bulir cinta.
 *** 
Kriiiiiiing Bel sekolah memenui setiap sudut sekolah. Mereka berdua melangkah menuju jelas yang sama. Tangis memenuhi hati Anggie, meski wajah tetap berhias senyum ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar