Bila
dia melangkah surut, Kota Jakarta siap menghisapnya dalam-dalam ke dalam
kubangan lumpur yang hitam kelam. Untuk kembali ke Tegal kota asalnya, jelas dia
tepiskan gagasan seperti itu, karena di kota itu dia sudah tidak punya
siapa-siapa lagi. Kedua orang tuanya sudah meninggalkan dia setelah dia lulus
sarjana, sedangkan adik semata wayangnya, entah tidak pernah memberi kabar
berita. Rosallia hanya mendengar dari teman-teman adiknya, bila Karel telah
merantau ke Sumatra.
Hanya sepasang lengan kecil yang ringkih dan langkah kaki
yang terbatas adalah ciri seorang wanita, apalagi bagi Rosallia yang masih
lajang dan hidup dari kontrakan kamar satu dengan lainnya, dari debu dan deru
jalan jalan Kota Jakarta yang menghitamkan kulit tubuh dan sering membuat
dadanya tersengal. Sebenarnya benak hatinya dalam rongga dadanya telah menjerit,
melengking ke semua atmosfer hidupnya. Namun lengkingan seorang wanita di tengah
hiruk pikuknya Kota Jakarta apalah dayanya. Lengkingan itupun akan dipantulkan
oleh tebing-tebing yang tinggi, kokoh dan membisu. Kedua mata Rosalliapun harus
mampu meredup, kala perjuangan hidupnya begitu menyesakan dadanya. Kala dia
menjadi korban akal bulus Ardian yang menjanjikan kehidupan bahagia, manis dan
manja di Kota Sejuta Lampu itu.
***
Kali ini Rosallia hanya mampu meratapi apa
yang terjadi pada dirinya, saat dia dipanggil kabag personalia di kantornya
tentang phk yang dideranya. Sekali lagi dia mencoba meyakinkan keputusan
atasanya itu untuk menepiskan rasa percaya pada dirinya sendiri. Sejak dia
selalu terseok menapaki jalan hidupnya yang beralasan kerikil tajam, kerap dalam
benak Rosallia timbul perasaan tidak percaya. Namun kenyataan itu kini telah
berkali-kali membisikan dalam bilik jantungnya untuk segera tabah dan tawakal
menerimanya di saat usia dia telah hampir mencapai 30 tahunan. Semua bunga-bunga
yang berjejer rapi di atas pot semen ikut terlihat layu.
Mereka ikut engucapkan
selamat tinggal di sepanjang jalan paving blok. Hanya Wella yang menjemput
dengan membukakan kedua tangan untuk sebuah pelukan pada Rosallia.
Merekakemudian saling menumpahkan isi hati dengan bahasa air mata, yang entah
bagi Rosallia air mata yang keberapa kali dia tumpahkan.
“Ros, sabar ya !”.
Rosallia hanya menganggukan wajahnya. “Kita masih bisa bertemu lagi, kan Wel ?”
“Pasti Ros !, kita sama sama datang ke Jakarta dengan hanya sebuah tekad.
Mengapa kita mesti berpisah. Tolong kabar kabar ya Ros ?”.
Seberkas senyum
Rosallia kini terlihat menghias di bibirnya. Senyum itulah yang biasa disodorkan
wanita yang biasa tampil “exciting” sepanjang hari termasuk dalam meretas bilah
hidup di Jakarta, yang penuh liku dan karang terjal dingin membisu. Hanya
terlihat kini kedua wanita lajang yang cantik saling melepas pelukan, suatu
pertanda mereka berdua kini mulai bersiaga menghadapi kehidupan esok pagi.
Sebuah rumah berdinding tembok dan papan di Bantaran Sunga Ciliwung tiada
sedikitpun menawarkan senyum pilu, meski sebagian papanya yang berada di atasnya
telah menghitam disentuh banjir sungai itu yang kerap menderanya. Termasuk juga
ancaman banjir saat saat ini di awal tahun, Rosalliapun telah siap membenahi
semua perabot rumahnya agar mampu terhindarkan dari luapan air sungai. Pagi itu
di sela gerimis tiada henti memagut Kota Jakarta, Rosallia lebih akrab dengan
rumahnya kontrakannya yang pada hari-hari biasanya dia mengabaikan begitu saja.
Semua perabotanya dilepaskan dari debu debu yang sudah cukup banyak menumpuk.
Nyanyian kecil terus saja melantun di rumah separo papan yang kini terasa lebih
hangat. Wanita lajang yang cantik dan berambut model Demi More itu menyambt
harinya tanpa memperdulikan nasibnya kini yang telah diphk perusahaanya yang
sedng terbelit kerugian. Dia terus berbenah bersama-sama ibu-ibu warga Tebet
Dalam untuk menyambut rencana kedatangan Kate Middlleton ke pemukiman kumuh
tersebut. Sebentar sebentar Rosallia diberi pengarahan Bu RT, staf kedutaan
Inggris ataupun aparat lainnya yang aktif memoles dan mensterilkan keamanan
pemukiman itu. “Non Rosa !, nanti ikut menyambut kedatangan Kate Middleton , ya
!” pinta Bu RT di sela kesibukan wara sekitarnya. “Baik Bu RT !, tapi acaranya
apa saja bu ?, aku nggak tahu ?”
“Aku sendiri nggak tahu, Non !, itu urusan
staff kedutaan dan pejabat pekmot atau aku juga nggak tahu non !” “Terus kalau
Bu RT nggak tahu, kita kita ini harus bagaimana ?” “Kata Pak RW sih kita hanya
disuruh pakai pakaian adat Jawa untuk menyambut sang ratu “ “Aku nggak punya
pakaian adat lho bu !” “Itu gampang non dari pemkot nanti meminjami “ “Kan ibu-
ibu lainnya masih banyak yang bisa menyambutnya !, biar aku nggak ikut saja, bu
?”
“Eh, Non Rosa cantik lho, apalagi kalau didandani pakaian adat, pasti nanti
bakal jadi primadona di acara itu !” “Ah, Bu RT bisa aja ?, ya bolehlah bu !.
Tapi nanti aku hanya ngikut aja ya bu ?” “Nggak bisa gitu Non !, justru Non Rosa
yang dijadikan tumpuan ibu-ibu untuk menyampaikan misi ini !” “Misi apa ya bu ?,
kok jadi serius sih bu ?”. Rosallia mengkerutkan kedua alis matanya, wajahnya
tidak setawar semula, meski dia tidak keberatan dengan tugas moralnya itu, tapi
lantaran dia sama sekali tidak tahu maksud misi yang diembanya, maka kini dia
merasa seperti wanita bengong di tengah kerumunana ibu ibu warga sekitarnya yang
memang nasibnya harus diperjuangkan. Beberapa ibu lainya kini mulai gabung
dengan diskusi jalanan di Bantaran Sunga Ciliwung.
Mereka semua berniat
mengusung suatu misi diam diam untuk sebuah perbaikan nasib dan pemukiman
mereka, saat sang ratu berada di tengah mereka. “OK deh ibu-ibu, tadi Bu RT
memintaku menyampaikan misi kita pada Kate Middleton. Tapi aku nggak tahu harus
bicara apa ?” “Non Rosa bisa bicara bahasa Inggris ,kan ?” tanya salah satu ibu
yang mulai bersemi sebuah harapan di hatinya. “Lumayan bu !, dulu setiap ada
kunjungan tamu dari luar negeri di kantorku, aku disuruh bosku menjadi
jubirnya”.
“Ah kebetulan sekali, kita tanpa protokoler bisa langsung curhat
dengan Sang Ratu Inggris. Dan minta disampaikan langsung pada Presiden SBY
tentang nasib kami” pinta Bu Ramelan. “Tapi misi ibu-ibu itu apa ?, aku belum
tahu ?” “Gini lho Non Rosa, Pemprov Jakarta berencana menjadikan Sungai Ciliwung
sebagai Kawasan Wisata Air, maka kami semua dalam waktu dekat akan digusur
begitu saja. Makanya kamu pengin curhat dengan sang ratu. “Beruntung minggu
kemarin ada beberapa wartawan CNN dan BBC News yang menayangkan di media mereka
lengkap dengan pengambilan gambarnya. Sehingga penggusuran dibatalkan”, sahut Bu
RT . “Ibu nelihat sendiri tayanganya ?” “Oh iya Non Rosa !. Bahkan mereka akan
menyampaikan kasus ini ke Komisi Hak Azasi Manusia Internasional bila pemerintah
menelantarkan kami “ kata Bu Hamzah.
“Terus keinginan warga itu apa ?” sahut
Rosallia. “Kami inginkan sebuah relokasi yang permanen seperti rasunewa, meski
kami harus membelinya dengan harga murah “ “Oh...begitu, tapi aku nggak berani
janji ya bu !,karena masalahnya aku bisa dekat dengan Ratu Inggris nggak, itu
masalahnya. Kita terbentur masalah protokoler nantinya.Tapi nanti aku coba ya !”
“Ada beberapa momen yang paling memungkinkan untuk Non Rosa untuk hanya sekedar
ngobrol menyampaikan misi kami secara non formal, yaitu saat Sang Ratu Inggris
datang dan diperkenalkan dengan kami semua, saat itu kami semua berniat
menerobos pengamanan untuk berbicara hanya beberapa menit saja “ Bu RT
menambahkan.
“Tapi dia si cantik itu, apa mau mendengarkan keluh kesah kami, Bu
RT ?” Bu Agus masih belum percaya dengan misi itu. “Justru itulah mereka
mengadakan kunjungan ke Indonesia sama seperti kunjngan Lady Dy dan Pangeran
Charles ke Indonesia beberapa tahun lalu “ jawab Bu Santoso. “Ibu- ibu jangan
khawatir, keluarga Kerajaan Inggris dikenal seantero dunia sebagai figur yang
peduli sesama dan pendengar yang baik, tidak seperti pejabat pejabat lainnya.
Oleh karena itu kita sangat beruntung kedatangan mereka “ .
Mereka yang hadir di
diskusi jalanan itu sebagian besar masih menggayutkan wajah tak percaya akan
misi ini. Bahkan sebagian lagi masih memendam rasa khawatir bila misi itu
menimbulkan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Lantaran sebagian besar dari
mereka adalah insan insan yang hanya memiliki kulit, daging dan tulang yang
tiada seberapa kokohnya. Mereka telah terlanjur bermukim di pemukiman liar di
bantaran, apabila Pemprov masih bersikeras menggusurnya merekapun hanya menerima
dengan pasrah. Meski sebagian besar dari mereka sudah menyekolahkan anak anak
mereka di sekolah terdekat dan sebagian lainnya sudah menetap di kios –kios
permanen. Mereka kinipun hanya mampu terpaku diantara kerumunan ibu-ibu yang
berdiskusi.
“Kalau ibu-ibu masih khawatir, OK-lah aku akan ke kedubus
Inggris,kebetulan aku punya teman yang kerja di sana. Aku akan minta waktu
barang 5 menit untuk berdiskusi dengan Kate Midlleton. Kita coba saja barangkali
kita mendapatkan jalan untuk ini “. Rosallia memaparkan hasratnya dengan suara
yang datar dan perlahan, agar kata-katanya mampu menyelinap dalam relung jantung
semua ibu yang hadir. “Horeeeee....Hidup Non Rosa, Hiduup....Sang Ratu Rosallia
“.
Tanpa suatu komando mereka semua bersorak kegirangan. Kegirangan untuk
sebersit upaya membela nasib mereka,yang selama ini tidak ada satu pihakpun yang
peduli. Mereka kini telah pulang ke rumah kumuh mereka masing-masing, karena
hari sudah siang. Tinggalah kini Rosallia yang anganya serasa hendak merobek
langit, terbang tinggi dan tinggi memikirkan jalan hidupnya dia sendiri yang
masih belum jelas, dan yang lebih menyita ruang hatinya adalah perjuangan
membela nasib tetangganya. Rosallia kini tenggelam dalam kancah perjuanangan
membela nasibnya sendiri. Jarum jam masih berlari tak ada yang berniat
menghentikanya.
***
Kate Middleton tidak mampu menyembunikan senyum bahagia ke
semua warga yang tumpah ruah di sepanjang Bantaran Sunga Ciliwung. Kesahajaan
tetap saja ditampilkan sang ratu ini, dengan mengenakan stelan rok sebatas lutut
dan berlengan panjang serta berwarna biru muda, model pakaian resmi karyawan
perusahaan swasta. Satu demi satu dia menyalami semua tamu undangan dengan
senyum rang renyah. Sekali sekali Kate Midlleton melempar pandangan ke arah tamu
ibu-ibu warga Bantaran Sunga Ciliwung, yang berdandan pakaian jawa dengan stelan
atasnya berwarna hijau daun, terutama kepada Rosallia yang cantik jelita.
Dengan
dandanan tradisional itu Rosallia tidak berbeda dengan aktris Bolywood Hema
Malini. Sebersit rasa kagum pada kecantikan wanita Indonesia ini. Tiba giliran
ibu-ibu warga bantaran diperkenalkan oleh protokoler, semua ibu kini memandang
dan menanti sang jubir yang cantik jelita untuk memberikan curhatnya. “Please
Miss Rosallia !” demikian pinta sang pendamping Kate Middleton dari kedutaan
Inggris yang sebelumnya telah dilobi Rosallia, untuk memberi kesempatan barang
beberapa menit pada Rosallia untuk memaparkan derita warga sekitarnya. Dengan
native speaking yang lancar, disertai tawa yang renyah kedua wanita cantik itu
saling berdiskusi. Kate Middlelton tak disangka memberikan antuias yang tinggi
dan berkenan mendengarkan dengan jeli meski waktu untuk berbicara antara
keduanya telah jauh melewati batas limit, namun Sang Ratu Inggrispun tidak
memperdulikan. Bahkan kini dia mengajak
Rosallia untuk berjalan menyisir
bantaran sungai. Kelihatan mendung tebal kini menyelimuti wajah sang ratu
menyaksikan penderitaan sebagian manusia di Indonesia, meski wilayah ini bukan
termasuk kedaultan Inggris Raya. Rosalliakini mengajak Kate Middleton untuk
sekedar mencicipi masakan sayur asam dan ayam goreng hasil masakan warga
setempat. Kembali Kate Middleton mengurai senyum renyahnya.
Kini mereka berdua
bagaikan ratu kembar yang sama sama menawan hadirin yang datang, termasuk juga
staf protokoler kedutaan yang akhirnya hanya membiarkan mereka berdua
berdiskusi. Kate Middleton yang semula hanya Rosallia lihat di TV kini benar
benar berada di sampingnya, bahkan mereka kini berdua bagaikan sahabat yang lama
tak jumpa.
Hari telah beranjak siang, misi yang terakhir bagi jubir warga
Bantaran Sungai Ciliwung adalah memohon kepada Keluarga Kerajaan Inggris itu
untuk menyampaikan penderitaan mereka semua kepada Presiden SBY, salah satunya
adalah menampung mereka dalam relokasi yang terjangkau. Tak diduga oleh Rosallia
kini Kate Middleton memeluk dia dengan sebuah bisikan di telinganya, bahwa dia
akan berusaha menyampaikanya dan sebuah hasrat untuk mendirikan sebuah LSM
Internasional untuk sebuah pengentasan kemiskinan di indonesia, dan dia
mempercayakan Rosallia untuk memimpinya. Sebuah senyuman paling renyah dan tulus
kini menghiasi bibir Sang Ratu Rosallia ***.