Kamis, 05 Agustus 2021

Sentuhan Sehalus Sutra

Merasa dirinya terus saja dikungkung perjuangan menggapai jalan hidup yang diinginkanya, Rosallia hampir –hampir putus asa. Dia sudah merasakan jalan hidup yang terbentang jauh di depanya telah dipenuhi kerikil tajam, berliku dan dikanan-kiri jalan hidupnya telah ditaburi jurang-jurang yang siap melumat tubuh siapa saja. Namun Rosallia tak pernah berpikir konyol untuk hanya berpangku tangan menghadapi sebuah birama hidup yang berdebu dan menyeskan dadanya. 

Bila dia melangkah surut, Kota Jakarta siap menghisapnya dalam-dalam ke dalam kubangan lumpur yang hitam kelam. Untuk kembali ke Tegal kota asalnya, jelas dia tepiskan gagasan seperti itu, karena di kota itu dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Kedua orang tuanya sudah meninggalkan dia setelah dia lulus sarjana, sedangkan adik semata wayangnya, entah tidak pernah memberi kabar berita. Rosallia hanya mendengar dari teman-teman adiknya, bila Karel telah merantau ke Sumatra. 

Hanya sepasang lengan kecil yang ringkih dan langkah kaki yang terbatas adalah ciri seorang wanita, apalagi bagi Rosallia yang masih lajang dan hidup dari kontrakan kamar satu dengan lainnya, dari debu dan deru jalan jalan Kota Jakarta yang menghitamkan kulit tubuh dan sering membuat dadanya tersengal. Sebenarnya benak hatinya dalam rongga dadanya telah menjerit, melengking ke semua atmosfer hidupnya. Namun lengkingan seorang wanita di tengah hiruk pikuknya Kota Jakarta apalah dayanya. Lengkingan itupun akan dipantulkan oleh tebing-tebing yang tinggi, kokoh dan membisu. Kedua mata Rosalliapun harus mampu meredup, kala perjuangan hidupnya begitu menyesakan dadanya. Kala dia menjadi korban akal bulus Ardian yang menjanjikan kehidupan bahagia, manis dan manja di Kota Sejuta Lampu itu. 
***
 Kali ini Rosallia hanya mampu meratapi apa yang terjadi pada dirinya, saat dia dipanggil kabag personalia di kantornya tentang phk yang dideranya. Sekali lagi dia mencoba meyakinkan keputusan atasanya itu untuk menepiskan rasa percaya pada dirinya sendiri. Sejak dia selalu terseok menapaki jalan hidupnya yang beralasan kerikil tajam, kerap dalam benak Rosallia timbul perasaan tidak percaya. Namun kenyataan itu kini telah berkali-kali membisikan dalam bilik jantungnya untuk segera tabah dan tawakal menerimanya di saat usia dia telah hampir mencapai 30 tahunan. Semua bunga-bunga yang berjejer rapi di atas pot semen ikut terlihat layu. 

Mereka ikut engucapkan selamat tinggal di sepanjang jalan paving blok. Hanya Wella yang menjemput dengan membukakan kedua tangan untuk sebuah pelukan pada Rosallia. Merekakemudian saling menumpahkan isi hati dengan bahasa air mata, yang entah bagi Rosallia air mata yang keberapa kali dia tumpahkan. 
“Ros, sabar ya !”. Rosallia hanya menganggukan wajahnya. “Kita masih bisa bertemu lagi, kan Wel ?” “Pasti Ros !, kita sama sama datang ke Jakarta dengan hanya sebuah tekad. Mengapa kita mesti berpisah. Tolong kabar kabar ya Ros ?”. 

Seberkas senyum Rosallia kini terlihat menghias di bibirnya. Senyum itulah yang biasa disodorkan wanita yang biasa tampil “exciting” sepanjang hari termasuk dalam meretas bilah hidup di Jakarta, yang penuh liku dan karang terjal dingin membisu. Hanya terlihat kini kedua wanita lajang yang cantik saling melepas pelukan, suatu pertanda mereka berdua kini mulai bersiaga menghadapi kehidupan esok pagi. 

Sebuah rumah berdinding tembok dan papan di Bantaran Sunga Ciliwung tiada sedikitpun menawarkan senyum pilu, meski sebagian papanya yang berada di atasnya telah menghitam disentuh banjir sungai itu yang kerap menderanya. Termasuk juga ancaman banjir saat saat ini di awal tahun, Rosalliapun telah siap membenahi semua perabot rumahnya agar mampu terhindarkan dari luapan air sungai. Pagi itu di sela gerimis tiada henti memagut Kota Jakarta, Rosallia lebih akrab dengan rumahnya kontrakannya yang pada hari-hari biasanya dia mengabaikan begitu saja. Semua perabotanya dilepaskan dari debu debu yang sudah cukup banyak menumpuk. 

Nyanyian kecil terus saja melantun di rumah separo papan yang kini terasa lebih hangat. Wanita lajang yang cantik dan berambut model Demi More itu menyambt harinya tanpa memperdulikan nasibnya kini yang telah diphk perusahaanya yang sedng terbelit kerugian. Dia terus berbenah bersama-sama ibu-ibu warga Tebet Dalam untuk menyambut rencana kedatangan Kate Middlleton ke pemukiman kumuh tersebut. Sebentar sebentar Rosallia diberi pengarahan Bu RT, staf kedutaan Inggris ataupun aparat lainnya yang aktif memoles dan mensterilkan keamanan pemukiman itu. “Non Rosa !, nanti ikut menyambut kedatangan Kate Middleton , ya !” pinta Bu RT di sela kesibukan wara sekitarnya. “Baik Bu RT !, tapi acaranya apa saja bu ?, aku nggak tahu ?” 

“Aku sendiri nggak tahu, Non !, itu urusan staff kedutaan dan pejabat pekmot atau aku juga nggak tahu non !” “Terus kalau Bu RT nggak tahu, kita kita ini harus bagaimana ?” “Kata Pak RW sih kita hanya disuruh pakai pakaian adat Jawa untuk menyambut sang ratu “ “Aku nggak punya pakaian adat lho bu !” “Itu gampang non dari pemkot nanti meminjami “ “Kan ibu- ibu lainnya masih banyak yang bisa menyambutnya !, biar aku nggak ikut saja, bu ?” 

“Eh, Non Rosa cantik lho, apalagi kalau didandani pakaian adat, pasti nanti bakal jadi primadona di acara itu !” “Ah, Bu RT bisa aja ?, ya bolehlah bu !. Tapi nanti aku hanya ngikut aja ya bu ?” “Nggak bisa gitu Non !, justru Non Rosa yang dijadikan tumpuan ibu-ibu untuk menyampaikan misi ini !” “Misi apa ya bu ?, kok jadi serius sih bu ?”. Rosallia mengkerutkan kedua alis matanya, wajahnya tidak setawar semula, meski dia tidak keberatan dengan tugas moralnya itu, tapi lantaran dia sama sekali tidak tahu maksud misi yang diembanya, maka kini dia merasa seperti wanita bengong di tengah kerumunana ibu ibu warga sekitarnya yang memang nasibnya harus diperjuangkan. Beberapa ibu lainya kini mulai gabung dengan diskusi jalanan di Bantaran Sunga Ciliwung. 

Mereka semua berniat mengusung suatu misi diam diam untuk sebuah perbaikan nasib dan pemukiman mereka, saat sang ratu berada di tengah mereka. “OK deh ibu-ibu, tadi Bu RT memintaku menyampaikan misi kita pada Kate Middleton. Tapi aku nggak tahu harus bicara apa ?” “Non Rosa bisa bicara bahasa Inggris ,kan ?” tanya salah satu ibu yang mulai bersemi sebuah harapan di hatinya. “Lumayan bu !, dulu setiap ada kunjungan tamu dari luar negeri di kantorku, aku disuruh bosku menjadi jubirnya”.

 “Ah kebetulan sekali, kita tanpa protokoler bisa langsung curhat dengan Sang Ratu Inggris. Dan minta disampaikan langsung pada Presiden SBY tentang nasib kami” pinta Bu Ramelan. “Tapi misi ibu-ibu itu apa ?, aku belum tahu ?” “Gini lho Non Rosa, Pemprov Jakarta berencana menjadikan Sungai Ciliwung sebagai Kawasan Wisata Air, maka kami semua dalam waktu dekat akan digusur begitu saja. Makanya kamu pengin curhat dengan sang ratu. “Beruntung minggu kemarin ada beberapa wartawan CNN dan BBC News yang menayangkan di media mereka lengkap dengan pengambilan gambarnya. Sehingga penggusuran dibatalkan”, sahut Bu RT . “Ibu nelihat sendiri tayanganya ?” “Oh iya Non Rosa !. Bahkan mereka akan menyampaikan kasus ini ke Komisi Hak Azasi Manusia Internasional bila pemerintah menelantarkan kami “ kata Bu Hamzah. 

“Terus keinginan warga itu apa ?” sahut Rosallia. “Kami inginkan sebuah relokasi yang permanen seperti rasunewa, meski kami harus membelinya dengan harga murah “ “Oh...begitu, tapi aku nggak berani janji ya bu !,karena masalahnya aku bisa dekat dengan Ratu Inggris nggak, itu masalahnya. Kita terbentur masalah protokoler nantinya.Tapi nanti aku coba ya !” 

“Ada beberapa momen yang paling memungkinkan untuk Non Rosa untuk hanya sekedar ngobrol menyampaikan misi kami secara non formal, yaitu saat Sang Ratu Inggris datang dan diperkenalkan dengan kami semua, saat itu kami semua berniat menerobos pengamanan untuk berbicara hanya beberapa menit saja “ Bu RT menambahkan. 

“Tapi dia si cantik itu, apa mau mendengarkan keluh kesah kami, Bu RT ?” Bu Agus masih belum percaya dengan misi itu. “Justru itulah mereka mengadakan kunjungan ke Indonesia sama seperti kunjngan Lady Dy dan Pangeran Charles ke Indonesia beberapa tahun lalu “ jawab Bu Santoso. “Ibu- ibu jangan khawatir, keluarga Kerajaan Inggris dikenal seantero dunia sebagai figur yang peduli sesama dan pendengar yang baik, tidak seperti pejabat pejabat lainnya. Oleh karena itu kita sangat beruntung kedatangan mereka “ . 

Mereka yang hadir di diskusi jalanan itu sebagian besar masih menggayutkan wajah tak percaya akan misi ini. Bahkan sebagian lagi masih memendam rasa khawatir bila misi itu menimbulkan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Lantaran sebagian besar dari mereka adalah insan insan yang hanya memiliki kulit, daging dan tulang yang tiada seberapa kokohnya. Mereka telah terlanjur bermukim di pemukiman liar di bantaran, apabila Pemprov masih bersikeras menggusurnya merekapun hanya menerima dengan pasrah. Meski sebagian besar dari mereka sudah menyekolahkan anak anak mereka di sekolah terdekat dan sebagian lainnya sudah menetap di kios –kios permanen. Mereka kinipun hanya mampu terpaku diantara kerumunan ibu-ibu yang berdiskusi. 

“Kalau ibu-ibu masih khawatir, OK-lah aku akan ke kedubus Inggris,kebetulan aku punya teman yang kerja di sana. Aku akan minta waktu barang 5 menit untuk berdiskusi dengan Kate Midlleton. Kita coba saja barangkali kita mendapatkan jalan untuk ini “. Rosallia memaparkan hasratnya dengan suara yang datar dan perlahan, agar kata-katanya mampu menyelinap dalam relung jantung semua ibu yang hadir. “Horeeeee....Hidup Non Rosa, Hiduup....Sang Ratu Rosallia “. 

Tanpa suatu komando mereka semua bersorak kegirangan. Kegirangan untuk sebersit upaya membela nasib mereka,yang selama ini tidak ada satu pihakpun yang peduli. Mereka kini telah pulang ke rumah kumuh mereka masing-masing, karena hari sudah siang. Tinggalah kini Rosallia yang anganya serasa hendak merobek langit, terbang tinggi dan tinggi memikirkan jalan hidupnya dia sendiri yang masih belum jelas, dan yang lebih menyita ruang hatinya adalah perjuangan membela nasib tetangganya. Rosallia kini tenggelam dalam kancah perjuanangan membela nasibnya sendiri. Jarum jam masih berlari tak ada yang berniat menghentikanya. 
*** 
Kate Middleton tidak mampu menyembunikan senyum bahagia ke semua warga yang tumpah ruah di sepanjang Bantaran Sunga Ciliwung. Kesahajaan tetap saja ditampilkan sang ratu ini, dengan mengenakan stelan rok sebatas lutut dan berlengan panjang serta berwarna biru muda, model pakaian resmi karyawan perusahaan swasta. Satu demi satu dia menyalami semua tamu undangan dengan senyum rang renyah. Sekali sekali Kate Midlleton melempar pandangan ke arah tamu ibu-ibu warga Bantaran Sunga Ciliwung, yang berdandan pakaian jawa dengan stelan atasnya berwarna hijau daun, terutama kepada Rosallia yang cantik jelita. 

Dengan dandanan tradisional itu Rosallia tidak berbeda dengan aktris Bolywood Hema Malini. Sebersit rasa kagum pada kecantikan wanita Indonesia ini. Tiba giliran ibu-ibu warga bantaran diperkenalkan oleh protokoler, semua ibu kini memandang dan menanti sang jubir yang cantik jelita untuk memberikan curhatnya. “Please Miss Rosallia !” demikian pinta sang pendamping Kate Middleton dari kedutaan Inggris yang sebelumnya telah dilobi Rosallia, untuk memberi kesempatan barang beberapa menit pada Rosallia untuk memaparkan derita warga sekitarnya. Dengan native speaking yang lancar, disertai tawa yang renyah kedua wanita cantik itu saling berdiskusi. Kate Middlelton tak disangka memberikan antuias yang tinggi dan berkenan mendengarkan dengan jeli meski waktu untuk berbicara antara keduanya telah jauh melewati batas limit, namun Sang Ratu Inggrispun tidak memperdulikan. Bahkan kini dia mengajak 

Rosallia untuk berjalan menyisir bantaran sungai. Kelihatan mendung tebal kini menyelimuti wajah sang ratu menyaksikan penderitaan sebagian manusia di Indonesia, meski wilayah ini bukan termasuk kedaultan Inggris Raya. Rosalliakini mengajak Kate Middleton untuk sekedar mencicipi masakan sayur asam dan ayam goreng hasil masakan warga setempat. Kembali Kate Middleton mengurai senyum renyahnya. 

Kini mereka berdua bagaikan ratu kembar yang sama sama menawan hadirin yang datang, termasuk juga staf protokoler kedutaan yang akhirnya hanya membiarkan mereka berdua berdiskusi. Kate Middleton yang semula hanya Rosallia lihat di TV kini benar benar berada di sampingnya, bahkan mereka kini berdua bagaikan sahabat yang lama tak jumpa. 

Hari telah beranjak siang, misi yang terakhir bagi jubir warga Bantaran Sungai Ciliwung adalah memohon kepada Keluarga Kerajaan Inggris itu untuk menyampaikan penderitaan mereka semua kepada Presiden SBY, salah satunya adalah menampung mereka dalam relokasi yang terjangkau. Tak diduga oleh Rosallia kini Kate Middleton memeluk dia dengan sebuah bisikan di telinganya, bahwa dia akan berusaha menyampaikanya dan sebuah hasrat untuk mendirikan sebuah LSM Internasional untuk sebuah pengentasan kemiskinan di indonesia, dan dia mempercayakan Rosallia untuk memimpinya. Sebuah senyuman paling renyah dan tulus kini menghiasi bibir Sang Ratu Rosallia ***.

Janji Anyelir

Prima memang telah kencan dengan Sandi untuk bertemu di ultah cewek gaul ini seminggu yang lalu. Ucapan Prima memang telah membalut begitu kuat di setiap denyut nadinya.

 Lantaran malam ultah sang princess of heart-nya, seakan langit akan berkubang seribu warna kembang api. Setiap barisan ombak di lautpun akan berhenti sejenak, air terjun akan berganti memberi senyum yang indah, kepada semua yang memadu cintanya, saat saat detik tanggal lahirnya

. “ Ntar kita akan mejeng di mana , San “ seru Prima dengan hati yang berharap cemas agar malam ultah Sandi segera tiba. Mataharipun telah Prima beri pesan supaya berputar lebih cepat. “ Nggak tahu . 

Aku lebih merasa romantis bila kita nikmati malam ultahku di Malioboro saja. Gimana Pram ? ” jawab Sandi, gadis manis yang telah menghanyutkan seluruh nadi dan jantung Prima dalam samudra pesonanya. Prima hanya diam sesaat, seribu bunga warna jingga kini melintas di sudut hati cowok ganteng ini, lantaran hadirnya Sandi. Kekaguman Prima pada Sandi ternyata lebih menghanyutkan ketimbang yang lain. Primapun baru sadar ketika Sandi menggayutkan tangan di punda Prima. 

”Kok diam saja sih Pram !. Apa kamu masih ingin enjoy lagi dengan Anyelir, cewekmu dulu yang seindah bunga sorga, yang beribu kali lebih baik dari aku, Pram ? “ . Primapun tersentak kaget, mendengar Sandi merajuk seperti anak kecil, yang penuh cemburu . Menggayutkan lagi masa-masa silam ketika dia masih memiliki Anyelir , yang kini di LA mengikuti ortunya yang bertugas sebagai bos perusahaan swasta. ” Sandi, aku tidak mau kamu menyebut nama itu lagi di depanku . Kamu miliku Sandi. Aku sudah lupa sama Anyelir. Biar kamu saja yang singgah di hatiku . Tolonglah San ! ” ”Habis kamu tadi nggak dengerin omonganku Pram, aku lihat tatapan mata kamu kosong. Kayanya kamu mbayangin malam bertabur bunga bersama Anyelir. Maafin aku ya Pram ? 

” Sandi menyodorkan tangannya dengan mata di balik kacamatanya menatap sendu. Prima merasakan seluruh tubuh ini terbang ke angkasa. Ah Sandi kamu begitu penuh pesona, semoga engkau tidak berlalu , seperti Anyelir, begitu bisik hatinya. Primapun menyambut tangan Sandi dengan senyuman yang tergambar dari hati ini yang terindah, Sandiipun melempar senyum tipis dari bibirnya yang lembut sembari mengulurkan tangan kirinya juga untuk merapatkan tubuhnya ke arah Prima. Dan kini dia merebahkan kepalanya di dada. 

Primapun membalasnya dengan mengusap rambut Sandi yang harum. Sesekali diciumnya rambut Sandi sembari membisikan segumpal kata sayang. ” Pram , aku sering cemburu , jujur saja sama aku ya , Pram ! . Anyelir jauh lebih segalanya darui aku kan Pram ? ” ” Ah. . . kamu ini , aku kan nggak mau kamu menyebut-nyebut dia lagi ! ” ” Tapi , Pram. Kalau kamu emang pengin terus dekat aku, kamu harus bisa melupakan dia. Itulah yang aku pinta ” 

” Lho, emangnya aku masih memburu Anyelir. Biarkan dia bahagia di LA. Dia nggak kurang satu apapun ! “ “ Kok kamu tahu dia bahagia di LA , kamu kontak dia ya ?, Kamu masih pengin lagi bersama dia, gadis cuakep, kaya, pande lagi ? “ Tutur Sandi sambil menyurutkan langkah menjauhi Prima cowok yang dia anggap segalanya, Meski telah banyak cowok ganteng dan gaul yang naksir dia. Namun hanya Prima Antariksa aja yang membuat dia menyerahkan sebilah hati miliknya. “ Udahlah San, kamu jangan mancing – mancing aku terus dong. Aku harus ngomong gimana. Itu kan masa- masa lalu San ?, Sekarang yang ada hanya aku dan kamu ! ”. 

Primapun tahu persis perangai cewek kolokan ini. Maka Primapun tak mau buang waktu lama, dia segera duduk mendampingi cewek gaul ini di sofa warna biru laut, yang lagi marah nggak karuan arahnya, tapi setianya amit- amit nggak ada yang mampu menandingi, meski kadang kadang masih suka kaya anak ABG aja wataknya . Justru saat seperti inilah yang ditunggu Prima , karena dia bisa melihat alami wajah cewek kolokan ini. Maka diapun lantas membiarkan Sandi hanya menghabiskan malam mingggu ini dengan wajah berselimut mendung kelabu, yang penting dia bisa melihat wajah ayu Sandi. Malam kini berselimut kebisuan karena rembulan telah hampir menyentuh tengah langit, pertanda malam semakin larut. Udara dingin kini terasa sekali menusuk tulang mereka, lantaran memang dari pagi hujan tiada henti. 

Sepanjang perjalanan pulang melewati jalan Kota Semarang yang membisu di telan dinginya gerimis, Prima masih saja terkungkung dengan makian Sandi. Bukan lantaran sakit hatinya tadi, namun karena Sandi mengajaknya untuk menghadirkan kembali Anyelir yang berusaha dia kubur dalam – dalam. Bersama dengan air gerimis yang terus menerpa kaca mobil Xenianya, Prima kembali angannya ke dua tahun silam. Ketika dia mencoba datang ke rumah Anyelir di Ungaran, yang beberapa hari sebelumnya nggak ngasih kabar. Namun rumah itu telah kosong tiada berpenghuni, hanya kerabat Anyelir saja yang masih menunggu rumah itu. ”Jadi kamu yang bernama Prima Antariksa ? “ . Jawab lelaki setengah baya yang ternyata Pamannya Anyelir. ” Benar Om, Aku mau bertemu Irna Om ? ” 

” Lho apa kamu belum tahu ? “ “ Belum Om, Emangnya ada apa ? ” ” Om nggak berani ngomong, Mas. Hanya surat ini yang Irna titipkan untukmu. Silakan kamu baca. ” ” Surat apaan Om ? ” “ Nggak tahu aku, Mas Pram, Irna nggak pesan apa – apa hanya menitipkan surat ini ” Jantung Prima semakin berdegup keras, kedua tangannya terasa bergetar kala membuka amplop itu. Meski Prima nggak tahu perisi isi suratnya, namun dia sudah mampu menduga apa yang terjadi. Sebaris dua baris dia baca surat itu hingga baris terakhir , Adakah sisa hatiku yang mampu aku naungi untuk menerima kenyataan ini, demikian bisik hati Prima yang kini hanya mampu duduk di sudut kursi tamu rumah Anyelir yangh mewah. 

Bukankah Anyelir seminggu yang lalu biasa –biasa saja sikapnya, tidak ada sepotong katapun ia luncurkan tentang rencana kuliah di LA. Ataukah memang dia pandai menyimpan rahasia, atau mungkin saja dia telah menyembunyikan cowok lain yang jauh lebih baik segalanya dari aku. Pertanyaan itu berulang silih bergani datang dan pergi dari hati Prisma. Meski perhatiannya kini hanya tertuju pada jalan aspal yang ada di depanya. 

Primapun menjalankan mobilnya dengan pelan, menyusuri jalan Ungaran Semarang yang padat. Malam tahun baru hampir tiba, Sandi udah nyiapin pakaina baru lengkap dengan assesorinya. Kesempatan itu udah dia bayangin, betapa mesra dan berkesan nantinya bermalam tahun baru di Malioboro gabung dengan ABG fansnya dari seantero mana aja. 

Terlebih lagi pada pesta nanti dia akan bareng dengan cowok yang singgah di hatinya, yang gantengnya kaya Arjuna turun dari kahyangan. Sesekali dia ngebel Prima, sekedar curhat ingin segera bermalam tahun baru di Malioboro. Primapun tidak ingin melepaskan saat saat romantis nanti, meski dia masih terpagut dengan bayangan Anyelir yang memberinya janji akan ke Indonesia, saat malam tahun baru setahun lalu. Tapi nyatanya janji itu hanya terbawa angin liar entah ke mana, barangkali kehidupan di negara Paman Sam telah memberikan segalanya.

 Prismapun telah mati-matian melupakan sekuat tenaga, berniat mengubur kuat-kuat kenangan bersama Anyelir. Namun penantian kali ini telah pupus sudah setelah hadirnya Sandi, cewek yang ayu, berkulit kuning dan semampai tubuhnya., apalagi dengan pemanis kaca mata minusnya yang menambah seribu pesona bagi dirinya. Namun sifat kolokannya yang belum bisa dihilangkan, tapi bagi Prima hal ini tak pernah digubrisnya ” Prima , ada telepon ” seru mamanya dari ruang tamu yang sempat membangunkan lamunannya, pergi ke negri awan bergandengan tangan dengan Anyelir. Membagi suka bersama sekaligus menambatkan gelora hati. Tanpa menunggu lama kini dia sudah memegang gagang telepon rumah. 

” Met pagi Pram, kamu masih hapal suara ini. Boleh aku bicara sama kamu Pram ? ” papar sebuah suara dari dalam gagang telepon. ” Kenapa nggak, kamu kan temanku yang dulu pernah aku kenal ” ” Betul, Pram ?. Apa dari hatimu yang tulus ?, aku jauh – jauh dari LA sengaja ke sini hanya untuk ketemu kamu Pram, 

Meski aku jauh dari Indonesia, namun bayangan kamu tetap hadir di hatiku Pram. Aku kangen sama kamu, boleh aku ketemu, kamu Pram ? ” . ”Tentu, Ir . Sekarang posisimu ada dimana ?, kalau udah di Semarang biar aku jemput saja. Kebetulan hari ini aku nggak ada acara, ” pinta Prima yang masih memiliki perhatian yang lembut kepada cewek yang pernah fade-away sama dia dengan hanya selembar surat ”Biar aku naik taksi aja , makasih sebelumnya Pram, kamu emang cowok yang penuh perhatian dan lembut. Aku tahu persis dirimu lho Pram, aku belum pernah ketemu cowok kaya kamu, betul lho Pram aku ngomong sebenarnya ” seru Anyelir dengan suara yang patah-patah lantaran barangkali ucapan itu emang keluar dari hati yang paling dalam. 

”Makasih banget yang kamu ucapin tadi, ya udah gampang nanti kita bicara di rumah Sekarang aku tunggu di rumah ya, ” ” Betul ya Pram , jangan pergi, jangan menghindar Pram Aku serius ingin ketemu kamu ” ” Sifat kaya gitu nggak bakalan ada di hatiku, udah ya tutup aja telepon ini, aku tunggu kamu di rumah. Met ketemu lagi ya Ir ”. Prima segera menutup telepon itu, 

Lantaran jantungnya berdegup keras, sekeras duat ahun lalu kala Anyelir meninggalkan dia tanpa pesan. Kegalauan hatinya ini bukan karena pertemuannya nanti dengan Anyelir, namun Prmapun tahu acara dengan Sandi bakalan kacau, padahal dia sudah memberikan janji ama Sandi bakalan ngasih happy birthday di Malioboro malam nanti dan mestinya saat ini juga dia harus berangkat menjemput cewek kolokan itu. Apa jadinya bila dia ngaak nepatin janjinya itu, bisa-biasa terjadi kiamat 2012. Makanya kini Primapun harus jujur berkata apa adanya terhadap Anyelir, meski diapun tahu bakalan membuat luka hati Anyelir. Pintu belakang taksi kini terbuka sudah, tak lama keluarlah Anyelir bersama Madam Ivon temen Anyelir dari Paman Sam. Kedua remaja inipun kini berpelukan kaya dalam akting sinetron. ”Met ketemu lagi Irna, silakan masuk saja ”. 

Kedua remaja itu lama berpelukan, terutama Anyelir yang lama baru bisa melepas pelukan itu, lantaran seribu rasa kangen yang lama menggumpal di dalam hatinya. Kini hanya mereka berdua yang ada di berabda depan rumah Prima. Sementara itu Madam Ivon lagi tenggelam asyik bersama-sama dengan Mama dan Papanya Prima lagi punya acara sendiri ke Bandungan. ” Kamu tambah kurus Pram, Ayo dong enjoy. Sambut aku yang dari jauh dengan ceriamu dong. Mana Prima yang dulu amat mesra dan lembut itu, ayo dong ? ” . Anyelir sengaja merapatkan duduknya di samping Prima.

 Namun cowok ganteng itu memang udah nggak kaya dulu lagi. Lantaran janji Anyelir yang hanya di bibir saja. ” Ah biasa aja kok Ir, emang beginilah tampang Prima, sedari dulu juga emang kaya gini, cowok yang nggak punya apa-apa , hanya bisa menerima janji-janji doang “ . ”Aku tahu hatimu Pram, aku memang bersalah meninggalkan kamu setega itu. Namun apa dayaku Pram melawan kemauan Papa dan Mama. Papa ditugaskan ke LA oleh Om William untuk memimpin perusahaannya di sana. Sedangkan aku diminta papa untuk kuliah di sana. Emang saat itu aku kalut sekali Pram . Apalah aku ini bila nggak dekat kamu ” 

Terlihat Anyelir sudah basah matanya menahan kegalauan hatinya. ” Aku juga nggak tahu harus bagaimana saat itu, Seharusnya kamu bisa sms atau kirim email sama aku, Seberapa beratnya sih kirim sms apa email ?. Sehingga aku jadi tahu apa arti semua ini ” ” Maksud kamu gimana Pram ? ” ” Seandainya aku harus menunggu kamu sampai kamu balik ke Indonesia, sampai studi kamu berhasil akupun sanggup menunggu,. Tapi ya udahlah Ir. Kamu udah menentukan demikian ya udah ” Kini hanya terlihat mata dan pipiAnyelir yang basah penuh air mata, demikian juga hati Prima yang masih merasakan perih lantaran sembilu cinta telah mencabik hatinya. Anyelirpun tidak mampu berbuat apa lagi, kini hanya pelukan mesra kepada cowok yang dikhianatinya sekaligus diharapkan cintanya lagi. Lama Anyelir berada di pelukan Prima, sehingga pipi Prima kini hanya dipenuhi air mata Anyelir. Setelah kembali Anyelir menemukan hatinya lagi, maka dilepaskanya pelukannya itu, sementara Primapun masih terlihat diam membujur. 

” Inilah lemahnya seorang wanita , apalagi menghadapi papa yang sikapnya keras ” ” Emangnya kamu diapain ? ” ” Papa dan Mama minta aku untuk hidup bersama dengan Om Chandra, bawahan Papa yang juga ngikut kita ke LA. Meskpun dia tak kurang suatu apapun, namun hanya kamu yang singgah di hatiku hingga kini, Pram ! ” 

” Kasihan dia dong kamu tinggalkan , jangan sakiti dia seperti kamu nyakiti aku dulu, Ir ” ” Teganya kamu bilang begitu Pram. Apa dah nggak ada lagi hatimu ? ” ” Aku juga tahu perasaanmu Ir, tapi kamu juga harus tahu betapa goncangnya diriku saat kamu tinggalkan, berhari-hari tak secuil nasipun masuk ke prutku, hingga aku sakit Sejak kita duduk di bangku SMP kita sudah saling dekat. Tujuh tahun kita selalu bersama, tapi kamu tinggalkan begitu saja, hanya selembar surat perpisahan yang kamu pinta sendiri. 

Sampai mama dan papa membawaku kerumah sakit agar aku sembuh, Saat itu datanglah Sandi yang mendampingiku, aku tahu dah lama dia ingin dekat aku, tapi aku selalu milih kamu ” Terdengar isak tangis memenuhi ruang beranda itu yang kini dipagut kisah cinta dua remaja yang saling harus mengerti arti saling memahami satu sama lain. 

Keduanya kini hanya terdiam , masing-masing kini dililit lamunan yang membawa mereka ke angan masing-masing. ” Pram, ajak aku kemana aja untuk ber-happy ending bareng kamu, sebelum aku balik ke Jakarta. Barangkali ini untuk perpisahan kita. Kan dua tahun lalu aku nggak sempat ngucapin perpisahan sama kamu. Kamu mau kan ?, kamu masih seperti Pram yang dulu kan ? ” Pinta Anyelir dengan mata sayu seakan meminta Prima menuruti kemauannya. ”Aku memang Prima yang masih seperti dulu, sahabatmu. Tapi aku nggak mau meluikai hati dia. Sekarang nggak ada lagi yang aku miliki selain dia. Maafin aku ya Ir. Sungguh berat memang yang namanya perpisahan, tapi aku harus gimana lagi ?.

 Kamu cantik lho Ir, aku yakin kamu akan mudah mencari penggantiku ’Aku ., ya udah Pram. Semoga Tuhan Mempertemukan aku lagi, Boleh aku mengajukan permintaan Pram ? ” ” Akukan sahabatmu, kenapa enggak ” ”Aku akan mengucapkan met ultah untukmu diamanapun aku berada, sebagai penebus atas kesalahan aku sama kamu. Dan sebuah pertemuan yang indah untuku. Meski engkau telah bersanding dengan Sandi, aku tak perduli. Bolehkah Pram ? ”


 ” Tentu saja Ir, akupun akan selalu menunjungimu dimanapun kamu berada bila nanti aku ke Jakarta, Asal kamu tetap memberiku alamat ” Kedua remaja itupun kini kembali berpelukan entah untuk yang terakhir kali. Yang jelas dalam hati kedua remaja tersebut sebenarnya masih ada benih cinta, namun karena kedua saling menyayangi dan saling mambahagiakan, maka merekapun kini saling mengambil jalan sendiri-sendiri.. 

Malam di Kota Semarang kini menjadi saksi terjalinya benih cinta antar Sandi dan Prima. Meski kedatangan Prima ke rumah Sandi terlambat, namun Sandipun menerima alasan demi mereka berdua. Kini mereka bermandikan cahaya warna-warni kembang api tahun baru.

Biru Rinduku

Malam yang pekat ini betul betul menjadi sokib setia Revie , yang sering menyandarkan kedua tangan dan kepala pada lututnya di springbeed, berseprei biru, sebiru derita dan galau hatinya. Bilah hatinya yang sedang larut dalam galau dan sendu, benar benar tidak mau bersikap kompromi dengan benak otaknya, yang sebenarnya berhasrat untuk bisa terlelap sepanjang malam ini. 

Namun hingga suara kokok ayam jantan dari kejauhan yang melengking tidaklah membuat kedua matanya yang sembab itu terlelap, tapi kokok ayam jantan yang saling bersahutan itu serasa malah menertawainya. 

“Kamu pasti bisa melaluinya, Vie !”, kata kata bijak beberapa tahun silam itu kini memenuhi benak hatinya, lantaran kata kata itu yang terkadang mampu menghilangkan galau hatinya, meski hanya beberapa saat. Saat kata itu muncul, kegalauam Vie pun kembali meluruh, namun derita hati yang menderanya jauh lebih berat dari magis kata kata dari guru BP-nya di sekolah. Terutama rasa rindu yang mendalam dengan mama, curahan kasih sayang sejatinya, yang selama beberapa pupuh tahun mengembangkan bisnis keluarga mereka ke Malaysia. Namun hingga kini tiada angin lalu seberkaspun yang mengabarkan di mana mamanya berada, apa jatuh ke pangkuan pria lain atau meninggal di sana atau telah sukses bisnisnya sehingga tidak mau kembali ke Indonesia lagi.
 *** 
“Revie, jaga adik adikmu !, besok pagi papa berangkat ke Malaysia. Papa janji akan selalu mengabarimu !, ketemu apa tidak dengan mamamu !” sebuah janji papa Revie pernah meluncur dan hingga kini masih terus kental menetap di sudut hati Revie, meski sudah lima tahun berlalu. Namun janji itu hilang ditelan angin binal, sehingga bagi Revie janji papanya hanya sebuah kata perpisahan. 

Penantian panjang Revie dan adik adiknya sekarang bertambah panjang dan berat, rindu pada mama saja belum terobati, apalagi ditambah dengan teganya papanya meninggalkan mereka begitu saja. Hingga ingin rasanya Revie melengkingkan teriakan panjang agar di dengar tebing tebing yang memusari rumah sederhana itu, namun apa daya bila tebing tebing itu hanya diam membisu. Bibir yang memucat dan rongga kedua mata yang dalam di wajah yang dingin seperti mayat hidup mengubah penampilan Revie, yang dulunya dikenal remaja gaul yang cantik kini mirip dengan nenek sihir. Namun guratan kecantikanya di wajah yang dia miliki masih kelihatan jelas. 

Beberapa tahun silam Revie menjadi kembang yang banyak dipusari cowok cowok gaul di sekolahnya, tetapi mereka kini menjauh lari ketakutan seperti melihat hantu kuntilanak di siang hari bolong. Namun bagi Revie kepedihan hatinya itu, tidak seberapa ketimbang kasih sayang ortunya kepada dia dan adik adiknya yang begitu saja putus di tengah jalan. Apalagi setelah dia putus sekolah dua tahun silam, yang terpaksa dia lakukan demibiaya untuk sekolah adik adiknya yang entah dari mana dia dapatkan. Semua gemerlap yang pernah dia miliki pupus begitu saja, sokib sokib setia yang meninggalkan dia karena rasa simpatik terhadapnya telah hilang. Mobil pemberian papanya yang terpaksa dia jual untuk keperluan hidup dan sekolah adik adiknya. Semua telah sirna, bahkan sofa sofa serta mebel jati kuno terpaksa dia jual dengan harga murah. 

Namun apapun alasanya, Tuhan Yang Kuasa menciptakan machluk yang bernama manusia seperti kita, yang dilengkapi dengan software kepedulian, tinggal masalahnya kita berkehedak mengaplikasikan apa tidak. Di balik rasa iba yang dimiliki semua sokib Revie terhadapnya, sebagian besar hanya tersimpan di dalam lubuk hati mereka semua, kecuali bagi Ardie yang berteman dengan Revie sejak mereka masih duduk di SMP, sejak Revie masih utuh dalam mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. 

Apapun keadaan yang dialami Revie, Ardie tidak pernah berlalu begitu saja, meski mereka betaut hanya sebatas sahabat saja. “Vie ! , akupun tidak mau menerima cobaan sepertimu, aku nggak bakalan kuat !” seru Ardie di sore hari di beranda depan rumah Vie, yang dindingnya mulai kusam dan retak di sana sini. “Apa, maksudmu ?” sanggah Revie. “ Yah..!, seperti kamu jelasnya juga nggak bakalan tahan dengan derita ini, karena tidak ada pilihan lain, kamupun harus menerima ini semua “ “Ardie !, akupun tidak mau terus terusan curhat padamu, aku kasihan sama kamu yang dulu sering menjadi tempat curhatku, aku sudah mulai tahan dengan ini semua. 

Justru dengan cara seperti inilah aku bisa menjadi wanita yang kuat “ “Aku percaya, Vie !, kamu sekarang sudah mulai menemukan diri kamu sendiri, aku yakin kamu mampu menjadi wanita yang mandiri dan tangguh “ Revie hanya tersenyum manis dari bibirnya yang mulai kelihatan memerah, dalam hatinya terus berkecamuk rasa penasaan yang mendalam tentang hati sokib dekatnya, yang pemalu polos tapi penuh perhatian. 

Mengapa dia selalu menyediakan waktu, tak segan menolong dengan kedua tanganya yang ringan dan sering harus merogoh koceknya untuk menolong Revie. Reviepun tahu hanya cowok ini yang cocok dihatinya, apabila dia harus bersanding denganya mengayuh bahtera hidup. Namun Ardie tidak pernah memberi perhatian khusus itu, dia hanya semata-mata menolongnya lantaran Ardiepun pernah jatuh sama seperti yang dia alami sekarang. Sehingga sekarang Ardie hanya mampu menamatkan sekolahnya sampai SMA dan bekerja di pabrik sebagai tukang las listrik. Tapi bagi Revie apapun kondisi Ardie, dia tetap menerimanya, bukankah kondisi cowok itu jauh lebih baik darinya. 

Bahkan dalam hati Reviepun telah mulai tumbuh getar halus padanya, namun Reviepun masih menunggu kapan cowok itu bisa bersikap macho, meski Revie tahu hati cowok itu bagaikan hati seorang malaikat. “Revie !” Ardie memanggilnya, sehingga lamunan Revie menjadi meluruh. “Ya, ada apa !” “Maafin, ya !, kalau ucapanku membangkitkan kenangan pahit untukmu “ “Never mind, Ardie !. Kenangan pahit biar menjadi masa lalu bagiku. Hmmm , aku ingin sebuah langkah ke depan yang matang. Meski aku hanya seorang tukang cuci, aku sekarang mulai menatap masa depanku, yang penting ke dua adiku bisa bersekolah” seru Revie dengan tatapan mata yang berbinar ke Ardie.

 “Syukurlah, Revie !, itulah yang aku harapkan, kamu bisa bangkit dengan kondisi apapun sama seperti aku, yang hanya tukang las “ “Ardie, kamu punya acara sore ini ?” “Nggak, ada apa !” “Kita jalan jalan ke mana aja, mumpung langit cerah. Kita lupakan derita yang kita alami, yang penting sore ini kita happy “ “OK, aku setuju bangget. Nanti jangan lupa kita ke Istana Bakso, biar aku yang traktir !” “Mari kita came on “ “Yoi...!!!!” 

Kedua remaja itupun menembus keramaian kota, untuk melabuhkan hatinya masing masing. Karena asmara bukan hanya milik para juragan atau kalangan the have saja, tetapi mereka berdua yang mulai bangkit dari keterpurukan juga berhak untuk memiliki. Kabut hitam yang selama bertahun tahun menaungi hidup Revie, kini mulai memucat dan berganti warna biru ***