Kamis, 05 Agustus 2021

Bu Guruku


Entah apa sebabnya aku begini ???? ” berkali kali, entah sudah berpuluh kali pertanyaan itu selalu menggelitik hati Anisah.

 Bukan tentang hadirnya sang doi di hatinya, atau sorot mata Ikang yang selalu dihujamkan padanya, tiap mereka berdua bertemu di setiap sudut sekolah itu. 

 Atau bukan pula tentang beberapa teman cewek sekelasnya yang selalu melipat bibir mereka sendiri karena cemburu bila menyaksikan setiap langkah Anisah. 

Tetapi selalu saja pertanyaan itu timbul bila dia berhadapan dengan Ibu Hamidah yang selalu menuliskan angka di papan whiteboard di pelajaran matematika yang paling dia benci. Angka angka dan serangkaian huruf capital atau hiruf kecil terus saja memenuhi whiteboard di depanya, yang semakin membuat ubun ubun Anisah seakan mau pecah. 

 Apalagi bila angka-angka itu saling membagi atau mengalikan bersama dengan serangkaian huruf kecil atau capital. Apalagi bila sang guru manis berambut panjang itu, berteriak melengking, besorot mata tajam seakan melihat hantu di sudut kelas, sambil memukul-mukulkan penghapus pada papan whiteboard, Bu Hamidahpun kerap berteriak “ Ini bahan ajar untuk UN, kalian harus mencermati materi ini. 

Kalau tidak bisa gimana kamu mau lulus ?. Padahal UN sudah dekat ?”. Anisah terperangah di tengah perasaan sedih, mengapa otaknya tidak setajam pisau, menagapa Tuhan menganugerahi otak kerbau kepada aku. Kata kata Bu Hamidah “ Gimana mau lulus UN ? …. Gimana mau lulus UN?.... Gimana mau lulus UN ?..” terus saja menempel di hati dan telinganya. 

Hari itu tatapan matanya bertambah meredup, rasa takut memenuhi setiap nadi jantungnya. UN kini menjelma menjadi hantu menakutkan, sebengis wajah Bu Hamidah yang cantik dan lajang itu. *** “He..first lady…ratu jagad yang kaya Kate Midlleton, tumben kamu melipat wajah hari ini. Apa ada angin tenggara yang menculik hatimu “ teriak Burhan di beranda kelas usai terdengar bel panjang, pertanda mereka bisa pulang di tengah gerimis musim hujan ini. 

“Makasih friend, atas rayuan gombalmu. Mana ada first lady, yang bodo seperti aku ?” jawab Anisah dengan sorot mata yang masih kelihatan layu ditikam perasaan pd-nya yang pas pasan. “Aduh , emak !, sedikit senyum dong !. Mesti kamu habis disemprot Bu Hamidah, iya kan ?” 2 “Ya memang gitu, aku malu dan bingung” “Kenapa ? “ 
 “Aku selalu tidak bisa mengerjakan, bila Bu Hamidah menyuruhku maju ke depan. Entah Burhan !, aku sendiri sering bingung kalau mengerjakan matematika, apalagi soal soal UN, tolong ajari aku, friend !” sahut Anisah memelas.

 “Kamu bisa kok !, asal kamu teliti dan sering latihan “ “ Ya itu sih sudah pasti, friend !, aku sudah belajar tapi ya seperti inilah !. Dasar IQ-ku zero !”

 “Gimana kamu bisa, kamu sendiri sudah pesimis seperti itu. Cobalah lebih akrab dengan matematika. He, beautiful !!!, aku sudah kenal kamu sejak kita di SMP, aku tahu kamu alergi terhadap matematika. Beruntung Bu Hamidah yang cantik, luwes dan simpatik. Coba kalau yang ngajar Pak Aditya, masti kamu lebih stressss…” jawab Burhan yang berjalan di sisi The Nice Girls Anisah hingga sampai di pintu gerbang sekolah. “Makanya ajari aku ya Han ?”
 “Percuma !” 
“Kenapa, percuma !”
 “Kamu sendiri sudah membenci matematika !!!”
 “Ah, entahlah ! “, Anisah membanting wajahnya pada jalan-jalan aspal yang mulai basah dijatuhi titik hujan. Anisah kini tenggelam dalam hujan. Sementara angin yang bertiup kencang melempar tiap percik air hujan ke semua penjuru. Tubuh Anisah sudah tak kelihatan lagi. 

 *** 
 “Pap, aku mau ikut bimbingan tes matematika, boleh pap ?” pinta Anisah pada papanya di suatu sore di beranda rumah gedong yang berhalaman luas. “Lho, papakan tidak pernah melarang kamu ikut kegiatan positip seperti itu. Cuma papa mau tanya !. Mengapa tiba tiba kamu minta bimbingan tes matematika ?’ 3 “UN sudah dekat, pap !” “Kenapa tidak dulu dulu ? “

 “Pap, Anisa tidak bisa matematika, padahal UN sudah dekat !”

 “Anisah !, papa tahu UN sudah dekat. Tapi mengapa baru sekarang kamu ribut ikut bimbingan tes. Papa tahu, sejak SD kamu malas belajar matematika, yang kamu anggap seperti momok. Inilah salahnya kamu, Anisa !”. 

Sebenarnya seberrsit harapan kini mulai tumbuh di hati Samsudin. Sebuah harapan agar Anisah mulai rajin belajar hingga mampu kuliah di jenjang perguruan tinggi. Guratan panik di wajah Anisah mulai jelas kelihatan. Maka sore itu dia hanya melentingkan sorot matanya yang hampa di hamparan rumput jepang yang tertata apik di halaman rumahnya. 

Hati kecilnya masih selalu saja mengutuk mengapa dia harus belajar angka angka setan, mengapa pula harus ada UN matematika, mengapa Bu Hamidah selalu menyudutkan dia dan kini papanya juga ikut memberikan vonis bersalah padanya. 

Samsudinpun tahu persis watak dan ego putri kesayanganya itu. “Anisah !, apa bimbingan tes bisa menyulap kamu menjadi pandai matematika, hanya dalam beberapa minggu ?” “Papa gitu, sih !. Malah membuat Anisah panik !” “Bukan itu maksud papa, kamu bisa siap UN, kalau diri kamu sendiri yang menyiapkan, bukan bimbingan tes “ 
“Papa malah ngaco !, apa papa keberatan biaya daftarnya ?”
 “Aduh !!!, Anisah sayang !, papa dan mamamu tidak pernah keberatan mengeluarkan biaya untuk kemajuan kamu, paling berapa, sih biaya bimbingan tes ?. Tapi maksud papa kamu mulai sekarang belajar matematika sendiri yang rajin. Mesti kamu bisa ?. 
seberapa sulitnya sih, matematika SMA ?’
 “Papa !, untuk Anisah, matematika memang sulit, pap !, Anisaj tidak punya bakat pinter matematika !’ “Yang sulit bukan matematikanya, tapi diri kamu sendiri !”
 “Sulit bagaimana pap ?”
 “Kamu yang memang tidak punya kemauan untuk pinter matematika. Itu papa tahu sejak dulu, sekarang jadikan matematika sebagai teman akrabmu, bukan lagi seperti angka angka setan yang membuat kepalamu puyeng “ 
“Ah..caranya bagaimana, pap !” 
“Ya itu tadi, kamu belajar yang tekun dan rajin mengerjakan soal soal matematika. Jangan pernah lagi kamu anggap matematika seperti angka angka setan “
 
*** 

“Matematika tidak sulikan, Anisah ?” dengan senyum renyah Bu Hamidah mencoba berbicara dari hati ke hati pada Anisah di ruang guru, saat Anisah meminta nilai try out terakhir pada Bu Guru yang cantik itu.Anisah hanya tersenyum dalam derai yang dihiasi lesung pipitnya. “Jadi kamu sekarang siap menghadapi UN pelajaran matematika ?
”. Pertanyaan Bu Hamidah dibalas dengan senyum canda Anisah, yang mengisaratkan bahwa matematika bagi dirinya bukan lagi ANGKA ANGKA SETAN ***

Malam Tahun Baru

Musim hujan kini menerpa wajah bumi, hujan dan gerimis terus saja melilit siapa saja tak pandang dia orang kaya atau miskin. 

Namun yang hanya dimengerti semua anak remaja atau ABG, hanyalah persiapan untuk mengusung sebuah kecerian di tengah liburan panjang dan malam tahun baru. 

 Mereka bagaikan kupu-kupu yang bersayap ringan dan lincah, terbang ke mana yang mereka sukai. Sentuhan eksotis malam tahun baru sungguh bagaikan magnet yang mampu menyihir ABG siapa saja. 
 Termasuk juga sokib sokib kelas XI, yang beberapa minggu sebelum tahun baru telah menghardik matahari agar lebih cepat berputar. Namun bagi Agatha yang berbeda dengan sokib-sokibnya, beberapa hari ini dia masih nampak tidak bergeming dalam urusan pesta malam tahun baru. Tidak ada satu katapun tentang rencana ber-Happy New Year 2021  yang keluar dari bibirnya. 

Sementara itu banyak cowok cowok satu kelasnya atau kakak kelasnya yang menunggu titah Sang Bunga Kampus itu untuk menjadi pasangan flamboyan di acara malam tahun baru. Hari ini Agatha merasakan hari terpanjangnya sejak beberapa pekan ini, karena hari ini adalah saat- saat terakhir sekolah di semester gasal tahun ini. 

 Sebentar-sebentar Agata menjumpai sokib sokibnya yang mengusung wajah berawan gelap, gelisah dan memburu matahari agar segera terbenam di balik tabir cakrawala. Hari ini adalah hari terakhir mereka ke sekolah, panjangnya liburan akhir tahun hingga awal tahun 2012 sudah menyelinap dalam dalam ke angan mereka. 

Bermandi cahaya kembang api di Pantai Parang Tritis, Jogja atau berkemah dan kegiatan out-bond di Pantai Pangandaran, atau happy ending year di hotel berbintang bersama entertainer papan atas, menghabiskan malam tahn baru di tengah Roadshow Smash, Wali Band, Lyla serta acara seremonial lainya menggayuti angan sokib sokib Agatha. Namun cewek centil mirip Ayu Ting Ting sama sekali belum melintas sama sekali di benaknya untuk merencanakan pesta tahun baru ini. 

 Pernah sekali Bram mengajaknya ke Malioboro untuk gabung dengan bule –bule wisman seantero jagad dan paginya ke Prambanan untuk nonton OVJ Happy New Year, namun dengan halus dan lembut ajakan Bram ditolaknya. Agatha lebih senang bila malam tahun baru berllu begitu saja seperti malam malam lainya. Toh rembulan dan bintang tak akan berbeda dandananya di malam tahun baru dengan malam malam lainnya. 

Malam ini aku melihat rembulan dengan raut muka yang “putih bersih” di lingkari kerikil- kerikil besinar gemerlap, adalah keindahan alami yang tiada mengenal waktu. Hanya manusia-manusia yang lebay saja yang membedakan arti sebuah malam. Bagi Agatha hanya tahu malam berbintang terang, malam gelap berselimut awan hitam atau malam tak mengusung wajah bulan. “He..Agatha, malam tahun baru hanya tinggal satu minggu lagi. Ayo dong kita bareng buat acara, terserah kamu saja kita ke mana ?”. Pinta Marcella. “Aku staying home saja, Ell !”

 “Kamu nggak setia sama kita-kita. Aku dan semua sokibmu pengin enjoy bareng sama kamu “ 
“Aduh gimana ya Ell, aku malah senang enjoy di rumah sama mama papa dan adik-adiku. Itu kebiasaanku tiap tahun baru. Ngapain aku repot-repot ?”. 
“Kamu kok aneh hari ini, Agatha !”. Bibir Marcella sengaja dicibirkan, suatu isyarat protes terhadap sokib gaulnya itu. 
“Apanya yang aneh !,memang tiap malam tahun baru aku selalu di rumah kumpul bareng sama keluarga “. 

 “Agatha !”
 “He..eh, ada apa Ver !” “Serius dong ! “ “Ini masalahnya bukan serius dan nggak, Ver !, tapi hanya masalah selera saja !. Coba dong kamu rasakan kumpul sama keluarga tiap malam tahun baru, tiap malam pergantian tahun “ 
“Sok tahu kamu, Agatha !, ya udahlah kalau kamu nggak mau gabung kita-kita gak pa pa. Cuma kamu pasti nyesel Agatha !” . 

Rosma sebenarnya kecewa, karena acara malam tahun baru yang bakal digelar minggu depan tidak menyertakan sokibnya yang paling kental. “Nyesel kenapa ?” “Kamu kan pernah kenalan cowok dari Fakultas Tehnik itu, kan ?” “Yang mana ?”
 “Ah nenek pikun !, yang kenal sama kamu waktu les musik di Gabriel Music, ingat kan !. Jadi naksir nggak ?” Rosma mencoba merayu Agatha. “Aku nggak perduli, Rosma. Sebenarnya sih aku pengin lebih dekat lagi dengan Si Ganteng itu. 

Tapi lain waktu saja “ Rosma menjadi tambah heran dengan sikap Agatha yang tumben tidak merespon kiatnya untuk meluluhkan hati sokibnya itu . 
Biasanya cewek gaul ini ngebet bukan main kalau puya hasrat deket dengan cowok yang gantengnya seperti di Cover Boy Majalah Play Boy, “Ada apa dengan Agatha ?”, pertanyaan itu terus menyelimuti anganya. “Agatha !” “Idiiih,apa lagi Ros ?”

 “Si Ganteng itu rencanaya sih mau bawa mobil sendiri dan gabung dengan kita “ “Darimana kamu tahu ?” “Ya dari Marcella lah!, coba kamu tanya sendiri sama dia !” Rosma mendorong tubuh Marcella ke arah Agatha. “Ella kamu nggak usah lah cerita tentang si Ganteng itu. Karena acara ini punya kamu kamu, silakan saja kamu bisa dekat dengan dia. Kalau dia ngebet pengen kenal sama aku, datang saja di acara malam tahun baru di rumahku. 

Sekalian dia bisa gabung dengan mama, papa, om, tante dan adik-adiku !” “Agatha !,minta ampun !. Kamu kok susah banget di ajak kompromi ! Something Wrong with you ? ” Vera menjadi uring-uringan menyaksikan sesuatu yang lain pada diri Agatha. 
 “Kamu sekarang kaya cewek udik, Agatha !”. Marcella mulai merah padam wajahnya. “Memang kamu kadang-kadang suka kaya gitu sih “ seru Vera. “Masa sih Agatha ? kamu bisa happy hanya bermalam tahun baru di rumah sih ?” 
Kembali Rosma mendesak Agatha, agar mau menepis rencanaya yang dianggap udik. “Tergantung bagaimana kita mengemas acaranya dong, Ros !” 
“Ya, udahlah Agatha, kalau kamu bisa enjoy dengan pesta udik itu terserah kamu aja !” “Rosma !, sorry nih ye !, kamu mau bermandi kembang api atau mau pergi ke langit itu hak kamu, apa pernah aku melarangmu ?. 
Tapi kalau kamu ngatain pesta udik aku nggak terima ya friend !. Kamu harus tahu makna westernisasi dengan modernisasi. Ingatkan Guru Sosiologi kita Pak Burhan ?. 

Kan baru sebulan lalu dia menjelaskan masalah itu !” “Kok jadi serius banget sih !, coolingdown teman teman !” pinta Vera. “Oh nggak serius lho !. Don’t worry Ver ! , aku keep coolingdown. Cuma ini kan masalah selera kita masing-masing untuk menunggu datangnya pergantian tahun “ Agatha cepat menepis suasana kumpul bareng yang agak meradang. “Cuma klo you harus enjoy sama do’i kamu gimana ?. Apa bisa do’i kamu enjoy bila kumpul bareng sama papa dan mamamu ?” tanya Rosma

 “Ros, apa salah?, bila kamu ngenalin temen kamu ke papa mamamu. Justru itulah cara kita menguji apa dia mau menjadi temen kita yang baik apa nggak ?. Is no problem OK ?” “Aku nggak nyangka kamu bertambah dewasa, Agatha ?”
 “Eh, sahabat-sahabatku !, enjoy untuk seseorang, meski kita masih abg tidak selalu sama. Aku merasakan enjoy tiap malam tahun baru bersama seluruh keluargaku, mama, papa, om, tante dan adik-adiku semua. 

Memang itulah simpatiknya papaku, dia piawai membuat acara tahun baru bersama keluarganya. Meski undangan dari teman bisnisnya banyak, tapi papa selalu menolaknya, aku sangat rindu dengan acara-acara seperti itu di tengah keluargaku, inilah yang disebut keharmonisan keluarga yang nilainya jauh lebih tinggi ketimbang nongkrong-nongkrong. Cobalah kamu semua rancang acara tahun baru seperti keluargaku, pasti lebih menyentuh. 

OK teman sorry ya, aku pulang dulu, daaaah !!!!” Rosma, Vera dan Marcella hanya bengong mendengarkan Si Cantik Agatha menguntai kata. Namun dalam hati mereka semua timbul rasa heran, tumben cewek gaul yang kolokan itu pandai berfilsafat seperti seorang motivator. Ada apa dengan Agatha, something wrong?.***

PELANGI TAK BERWARNA

Rin!, benarkah kini aku hidup yang kedua kali ?” tanya Stefani pada Ririn, yang menggoreskan sebuah penasaran di hati Ririn. 
“Ah, apa apaan sih, Fan !” jawab Ririn dengan ketus. “Kenapa ramalan datangnya kiamat enggak benar, kenapa lewat begitu saja!”. 

Kembali Stefani melontarkan keluh hatinya hingga semua teman yang lagi gabungpun melempar sorot mata tajam mereka pada Stefani, yang kini malah kelihatan cengar cengir wajahnya. 

“Kok lo ngomong gitu sih Fan !” jawab Ririn. “Lo lupa !, kemarin kan tanggal 12 Desember 2020. Seharusnya kita kita ini udah lenyap dari muka bumi dihempas kiamat, iya kan ?” “Maksud lo hari kemarin seharusnya terjadi kiamat dan kita semua mampus ?. Kiamat itu urusan Tuhan !”, bantah Ririn, yang disambut dengan tawa lepas Stefani, sedangkan Ririn terlihat berkerut dahinya. 

Lantaran sokib gaulnya itu, hari ini entah mengapa nglantur nggak ada ujung pangkalnya. Nggak biasa cewek ABG ini nglantur seperti ini, padahal sudah lama mereka gabung. Sedangkan Lily dan Sebastian hanya saling melempar pandang, mereka juga heran mendengar joke Stefani itu yang nggak seperti biasanya. “Lo lagi ngebayangin Frans kan !, ah dasar lo anak mama, ditinggal Frans aja nggak bisa terbang bebas kaya merpati !. Enjoing piss, sobatku !” pinta Lily. Stefani mulai menampakan senyum yang kecut, dengan rona muka memerah. 

Ucapan Lily tadi terasa seperti petir ribuan volt yang mengaliran arus listrik di sekujur tubuhnya. “Frans, oh iya Frans, mengapa aku seperti kehilangan sendi tulangku, bila aku mendengar nama itu disebut !”bisik hati Stefani mula mengagayuti dinding jantugnya. Bisik hati itupun terpancar pada sorot mata Stefani yang kosong. 
“Piss, so sory aku ya Fan !” pinta Lily yang merasa advisnya tadi malah membuat sokib lamanya menjadi lebay dan tersudut. “Never mind, Lily !, is OK!” kilah Stefani yang masih belum mampu menyembunyikan wajahya yang kusam. 

Beruntung mereka semua biasa peduli bersama, curhat bersama bahkan seringkali mereka bersama mengorbankan apa yang mampu mereka lakukan demi sokib mereka, maka getaran halus yang tertoreh di hati Stefani langsung bisa dibaca mereka bersama. “Udah deh Fan, lo kan udah gede !, klo cowok seperti Frans meninggalkan lo, kan udah biasa. Ada apa sih, Fan !, piss deh !” Sebastian kelihatan seperti guru BP Stefani yang memberi bimbingan pada dia yang bengal. Karena bagi Sebastian, yang juga sokib kental Frans nggak nyangka, bila Stefani saat ini belum bisa melupakan Frans. 


Bukankah cinta mereka hanya cinta ingusan, yang sebatas hanya mengenal rindu dan saling mengagumi. Entah lantaran apa Stefani begitu terhipnotis dengan sihir cinta Frans. “Nggak gitu Yan, kebetulan ini kan menjelang datangnya tahun baru “ Stefani perlahan mulai mengajak sokib sokibnya untuk memberi solusi. 


“Kan malah kita bisa enjoy , Fan “ pinta Ririn. “Nanti klo saatnya aku bisa enjoy, aku akan ajak kalian semua refreshing, biar aku traktir makan di mana lo semua sukai“ jawab Stefani. 
“Kenapa nggak sekarang aja, Fan !. Mumpung masih sore, habis itu kita ngumpul lagi di rumahmu, OK Fan !” pinta Lily dan Sebastian. “So sorry, friend !, aku malah membawa kalian semua ke masalahku, piss aku belum bisa merayakan malam tahun baru ini, bagiku malam tahun baru ini sama saja aku memunguti memoriku saat bersama Frans “ nampaknya Stefani serius dengan masalah ini, terlihat dari sorot matanya yang layu. 

Maka tumben cewek ini nggak dandan barang sedikitpun saat sokib sokibnya ngumpul bareng di beranda rumahnya. Biasanya Stefani selalu modis, meski hanya dengan T shrt dan celana panjang.

 *** 

Memang satu minggu sebelum datangnya malam tahun baru, Stefani hanya tersudut dengan galau yang mengganjal di hatinya. Memory yang dia rajut bersama Frans di tahun baru satu tahun silam begitu kelamnya. Meski Stefani hanya cewek ABG, namun karena asuhan ortunya yang penuh kasih sayang membuat dirinya mampu bersikap seperti wanita dewasa. 

Memang Stefani mengagumi Frans Daniel melebihi cowok lainya yang juga ganteng dan gaul seperti Frans. Hingga akhirnya dinding hati Stefani runtuh dihempas cumbu rayu Frans. Namun Stefani sama sekali tidak mau menerima sikap Frans yang liar, seperti burung terbang kemana yang dia sukai. Stefani dalam hal ini selalu memberi advis pada Frans agar cowok pujaanya mau meninggalkan kebiasaan norak, seperti suka mabuk, narkoba bahkan sering pula berjudi. 

Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang yang tulus, Stefani layaknya seorang kakak yang lembut, berusaha membimbing Frans untuk meninggalkan kebiasaan buruknya itu. Stefani berusaha tegar menghadapi sikap Frans yang tak gila dan liar. Seribu janji dari Frans diterimanya dengan hati yang lapang, meski dia melihat sendiri Frans seenaknya melanggar janji yang diucapkanya sendiri. Sudah berkali kali hati kecilnya selalu menyuruhnya untuk meninggalkan cowok idolanya itu, yang hanya bisa bersikap ego dan tidak pernah bisa menghargai Stefani. 

Namun perasaan iba terhadap Frans selalu menghalangi dia untuk memutuskanya. Karena Stefani tahu, Frans hanyalah korban ketidakharmonsan mama dan papanya. Barangkali saja arti kehadiran seseorang akan lebih berarti lagi bila dia telah meninggalkan kita. Filosofi itu semula dipegang kukuh oleh Stefani, hingga dia akhirnya bertekad bulat meninggalkan Frans dan merencanakan maksudnya itu persis di malam tahun baru 2012. 

 Stefani berharap Frans sangat mengharapkan kehadiran dia kembali dan mampu menghargai dirinya, setelah Stefani meninggalkannya. Stefani berharap kehadiran Frans di malam itu bukan sebagai Frans yang norak, tetapi hadir sebagai Frans yang dewasa dan mampu menghargai dirinya. 

Sehingga Stefani layaknya seorang putri raja yang menunggu pangeran cintanya. Di saat itulah sebuah janji dari Stefani akan dia ucapkan, sebuah janji tentang cinta mereka yang hanya tuhan yang mampu memisahkan mereka. Namun apa yang terjadi justru semakin membulatkan tekad Stefani untuk meninggalkan Frans. 

Frans malah merayu Stefani agar dia mau gabung bareng dengan Frans melewati malam tahun baru dengan narkoba. Stefani dengan hati yang bergetar kuat akhirnya memutuskan Frans, yang terlihat sama sekali tidak menampakan respon galau atau penyesalan. Franspun telah lama memperlakukan Stefani seperti ABG murahan, tak berari sama sekali bagi Frans. Frans saat itu semakin keranjingan dengan narkoba, saat malam tahun baru merambat perlahan tanpa Stefani disisinya, Frans semakin gila berkencan dengan narkoba, semakin dia liar terbang ke angkasa, membumbung tinggi dalam atmosfer imajinasinya, 

Sehingga dia tidak mampu lagi menginjakan kakinya di bumi, Frans tersungkur dan meluruh karena overdosis, yang membuat ortunya, semua sokibnya terlebih Stefani kehilangan dia dan larut dalam penyesalan. Kini memori itupun menjalar kembali di tiap sendi, sudut hati dan degup jantung Stefani di malam tahun baru 2013, yang diluar dugaan sokib sokibnya klo Stefani sudah mampu menepis memori itu jauh jauh. 

*** 

 “Aku salut sama lo, sobat cantiku !” lengking suara Lily menyapu tiap sudut beranda rumah Stefani. Stefani menyibakan rambutnya dan meluruskan wajahnya kearah Lily dengan senyum tersungging di bibirnya, terlihat wajah yang ayu alami meski di sudut hatinya masih menyimpan kegalauan hati. “Bener Lily Fan !, lo kadang lebay seperti anak kecil tapi kadang pula mampu bersikap seperti wanita dewasa, dah cukup perhatian lo pada Frans, kini tinggal kamu memikirkan diri kamu sendiri “ Ririn menambahkan. 
 “Trim ya friend !, dah habis curhatku pada lo semua, kini aku sudah lega. Ada yang tersisa di hatiku, yang penting aku udah berbuat maksimal untuk Frans, tapi dia memilih cara hidupnya sendiri, dan mama papanya Frans pun tahu tentang itu” seru Stefani yang kelihatan sudah berbinar binar wajahnya.

 Stefani kini larut dalam canda sokib sokibnya, sementara malam tahun baru semakin merayap hingga halaman rumah Stefani terang benderang di hujani kembang api, bayangan Frans di hatinya kini sirna ditelan gairah hidup Stefani yang baru. Semua sokibnya kinipun ikut berceria bersama Stefani***