Diam Dalam Diri
Seuntai warna pelangi dalam menunjam
Batas alam bertepian pantai
Berpilar sejuta angin puting beliung
Namun kali ini aku diam
Biar aku hanyutkan dalah “sunga Gangga” sekalipun
Aku kokoh bagai mount everest
Seketika itu
Daun jiwaku beterbangan mengukir canda
Bersama burung kutilang
Yang mengais bumi
Akupun diam
Karena sudah tak mampu lagi
Untuk berontak melawan
redupnya senja di ufuk barat
manakali akulah pencuri
yang membawa liar hati ini
Semarang, 8 Seprember 2010
Dalam Penantian
Satu bulan dalam dahaga
Satu bulan dalam tatapan kosong
Meski vas bunga dalam kantong baju
Meski kibas warna bulu burung merak
Menghantamku hingga bilik jantungku
Menorehkan sedikit kegetiran
Masih belum tahukah ?
Bila esok pagi
Bintang gemintang tiada berkawan awan
Mari kita kayuh biduk
Menuju cakrawala bening
Semarang.8 September 2010
Cahaya
Kini pintu hati
Telah terjaga cahaya
Yang aku pungut
Dari lazuardi di titik tak bertepi
Lalu aku berikan
Bingkai tentang “prosa selorohku”
Akupun hanya terbaring
Bila cahaya menjadi atap
Semarang, 8 September 2010
Langkah Kakiku
Aku teruskan saja
Bila damai hati bersamaku
Lantas sejuta sayap menghadang
Menghardik dengan lengan yang kokoh
Menelikung anganku yang panjang
Aku tak mau menepi
Meskipun ombak garang membawa sekeranjang
sauh ….
Aku untai nafasku dalam damai
Semarang, 8 September 2010
Terbang
Bila kabut tersingkap……
Himalaya menjulang dalam sepi
Tepian senjaku bertaut di puncaknya
Bila terbang…
Anginpun menepi
Dan mata terpejam dari lusuhnya dunia
Semarang, 8 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar