Minggu, 05 September 2010

SAJAK KETUPAT

Dalam ketupat, ada bibir yang ramah
ketika aku dapati
dari belahan satu hingga dinding relung yang lain
ketupatku pun sempat bertanya
mengapai kau untai senyum yang ranum

Ketupatku, ketika ku temui
di batas kau rengkuh
ada wulangreh Asmarandhana
maka senyap pula
kala kau tanggalkan suatu warna

Ketupatku, ketika kau temui
berisi sepenggal demi sepenggal
kala aku mulai mampu
menanggalkan sudut dinding yang lusuh
lalui kau hardik “bayangan hitam”
ada pula rona
yang kau lukis di kanvas tiada tepi

Ketupatku, ketupatmu
hinggap di sudut langit
menggapai awan jingga
bermandi harap….lantas sudah kita rapatkan
jadi satu untuk sebuah sauh
bila biru samudra menjadi lancung

Ketupatku, ketupatmu, dalam satu….

Semarang, 5 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar