“Merdeka !!! “, pekik itu sayup menyelinap di padang
berlantai duri
lenyap
dipinang hiasan jaman dengan pemanis
warna warni,
setiap
ranum bunga, dahan dan daun melekang
kering diterkam
angin
prahara dari jaman yang runtuh.
hanya
menyisakan dada dada kosong anak jaman
berias wajah mengerikan
menerpa
tanah hunian sang mutumanikam,
laksana
gempita tsunami dari Tambora dan Krakatau
lantang
menghardik semilir sejuk angin sorga membawa
sari hidup
damai
mengusung detik esok hari penuh ceria.
tiada lagi sosok penyejuk jaman menjinjing epos pahlawan
tiada lagi tangan tangan sejuk
terbentang bergayut di bahu yang kokoh,
layar perahu telah terkembang
menampilkan mozaik tangis dan pilu
saat daun pandan di halaman archipelago
negeriku layu berkoyak kepalsuan
dijerat syahwat iblis iblis jaman di
siang hari bolong.
kita
harus mengadu pada siapa ?
nyanyi
rindu pada bunga bunga bangsa harum
wewangi sepanjang
tanah
lapang tempat berkejaran anak anak kita mengejar pipit dan
kenari.
Dalam seloroh di tanah nyaman tak berujung gerigi tajam.
ak
ada lagi mesiu tempat mengungkap kata hati yang sumbang
muram
durja kita, disambut gempita sorak iblis,
bersemayam di benak anak anak kita di tepi puing jaman.E
masihkah
kita hirau ?
jangan
hiraukan sihir tajam dari iblis bermata juling
(Semarang, 10 Desember 2012)
1.
Pesan Emaku
mengapa
kita tak pandai ?
menyimpan
petuah dan cerita emak,
tentang
wajah monster jaman menghadang
hingga
berulang kali emaku mengerutkan kening
sorot
matanya jauh menembus dinding jantungku
emak !, memang
sulit untuk memebenahi
anakmu yang
meregang dicumbu “reformasi” yang dikais
dari puing negeri
yang tercabik tangis pilu
tak ada lagi
rajutan kain biru darimu, untuk medinginkan
gemertak tulang
iga
namun
emak tak akan lagi harus basah
keriput
dan legam pipimu, tak akan lagi haru
yang
meregangkan semua urat nadimu,
tak
kan ada lagi riuh gempita rumput kering
meraih
basah gerimis diusung angin pasat
emak, pelankan
deru nafasmu!,
telah pulih dan
membiru atmosfer negeri tempat mandi bidadari
hingga emak
masih mampu merapikan semi padi dan sayur.
(Semarang,
12 Desember 2012)
2.
Anak Ubi dan Sang Iblis
dengarkan kawan
!
kita anak ubi,
dalam muram durja
kita masih
mampu menghitung arah angin
agar
berselingkuh dengan gersang sawah ladang
anak ubi tak pernah terpingit dalam keluh
pengap debu debu
jalan yang kini ganas,
lantaran
kini saudaraku telah lantang berbicara
dengan bahasa
debu dan deru wajah yang menghitam
angin prahara
manakah yang meminangnya ?,
anak ubi !, janganlah
lenyap dalam ikatan kata mesra !
janganlah kau
sembunyikan dirimu di kolong langit
saat semua iblis
bangkit dari galian kuburnya
saat mereka
mencabik semua warna pelangi
dada kita
haruslah membara untuk menghempas sihir sihir
dari lipatan
jubah jubah hitam sang iblis
dalam relung
waktu ke depan terbentang lurus
menyibak jendela
langit, mendung kita terjang
prahara kita
kemas dalam keranjang kasih, tangan mengepal
kita sambut
dengan seloroh anak ubu yang manis ceria
sang iblis
tertawan di sudut negeri ini
hingga damai
kita padu dengan pagi ceria.
(Semarang,
12 Desember 2012)
3.
Cakrawala di Sisi Timur
cakrawala senja
kini tak sedikitpu bergeming
kita tak akan
mampu membalik pusaran bumi
kita diam dalam
sudut kamar, menggapai benang putih
namun daun daun
pandan di halaman rumah kita
tetap kita semai
dengan percikan embun dini hari
sisi timur sang
cakawala kita gambar
dengan raut
wajah cemerlang
biarkan tumbuh
pohon jati untuk pilar rumah
ana cucu
kita....
kita tak
segontai langkah anjing anjing liar
yang ganas demi
sekerat daging mengoyak hari
kita tak seganas
harimau bertatap mata nanar
dengan
cengkeraman kuku yang tiada daya
sehingga kita
tejerambab dalam kepongahan
dan syak
wasangka..
tapi kita
segagah burung elang merentang sayap
untuk mengintip hari
hari yang diusung sang waktu
di cakrawala
timur kita hinggap
(Semarang,
12 Desember 2012)
4. Benang Putih
di tiap nafas,
adalah ikatan benang putih
di tiap
gemeretak geraham kita, Dia akan
menyejuk
saat sang waktu
menebas, kita dalam sorot MataNYA
dalam benang
putih kita terbang menjinjing harap
kita sepadan
dalam menata negeri pongah ini
di tepi langit,
kita adukan semua keluh dan kesah
(Semarang, 12
Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar