Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Jumat, 23 November 2012
Selasa, 06 November 2012
Aku Tetap Putra Indonesia
anjing
NICA mampu bertekuk lutut, terbungkam howitzer
dan
cocor merah yang melipat sayapnya, terbang menyelinap di awan
mengadu
kepada tabir langit, tentang gemetar tubuhnya...
ditelikung
bambu runcing rona merona
persetan
dengan petinggi berbaju perlente, bergaris eksotis
mengaburkan
pandang “Si Kecil “ mengais hari,
berselingkuh nasib
di
rumah kardus dengan nasi basi mengganjal perutnya
tanpa
upeti dermawan yang menjinjing peduli dan tangan halus
meski
legam tenggorokanya tertusuk panasnya nasib
bukan
hangus lantaran uang korupsi
persetan
dengan itu semua,
aku
putra tanah ini, aku menepis jauh jauh apa yang meluruhkan
sayap
sayapku yang mungil
tanpa
korupsi, akupun tegak membidik hari hariku
pergilah
jauh para koruptor dan penerima upeti
biarkan
kau terhempas atmosfer bernafas berang...hingga kau
hinggap
di tepian kubangan hitam kelam
jangan
kau menyanyikan lagi lagu rindu membiru
yang
menggeleparkan tiap nafas si kecil, berbaju kusam
biarkan
aku memberikanmu kado persetan bercampur ludahku...
agar
kau tertunduk malu dan menyunting hari harimu
di
jeruji besi, atau terbanglah ke sisi yang damai
bersama
para bidadari penghuni tanah yang nyaman
agar
kau tak lagi berkata dusta, karena telah terpotong ludahmu
sendiri......
pernahkah
kau sejenak menyusun prosa...?
berisi
bait tentang pengemis dan abang becak yang beroda aus
lantaran
menggigit jalan jalan kota berlobang yang kau
sayat
dengan durjanamu yang kelam dan sumbang...
atau
pengemis terkapar di bawah baliho di sudut kota
memeluk
perutnya sendiri, yang kosong
perut
yang menerbangkan protes jaman , tentang uang negara
yang
kau sajikan dalam adonan gula gula hedonisme
aku
isaratkan pada tanaman perdu, beluntas dan palma
di
halaman rumah bambuku, disaksikan melati
dan kenanga
tentang
dengus nafasku sendiri yang tak
berujung,
tentang
ini semua, tentang saudara saudaraku yang mengepalkan tangan
untuk
sebuah ketidakmengertian,
untuk
sebuah gegap gempita yang membuat
terjaganya
anak anak kita sendiri dari tidur siangnya...
lantaran
aroma mesiu persis kembang api
di
malam tahun baru, serta desingan batu batu jalanan
yang
kau terbangkan dengan gelora di hati
gemetar tubuhmu sendiri
mentari
masih bangkit dari Bumi Papua
hingga
terbenam di Serambi Aceh
melewati
Pegunungan Kidul yang membelah Pulau Jawa...
Negeri
Archipelago tak harus melinangkan air mata
tak
harus renggang bergandeng tangan saat penganten baru
duduk
di singasana berornamen kembang setaman
Semarang, November 2012
Selasa, 09 Oktober 2012
Seribu Keindahan di FaceBook-ku
seperti merpati putih..mencari kaki langit...
bersiul, gegap gemerisik daun sengon...
memberi tetabuhan untuk hati ini..
aku merentang sayap...satu dua
lembah
meninggalkanku,
aku semakin tak peduli...
mentari merayap di bukit tanah merah...
gerims semalam...membasahi tenggorokanku
aku tambah lepas menghias senyum
di manakah Arjunaku ?...bila secawan
air tawar rindu aku berikan,
karena kaulah yang melentingkan sari ilalang
hingga tumbuh di lesung pipiku
aku mencarimu.....9 0kta 12
meninggalkanku,
aku semakin tak peduli...
mentari merayap di bukit tanah merah...
gerims semalam...membasahi tenggorokanku
aku tambah lepas menghias senyum
di manakah Arjunaku ?...bila secawan
air tawar rindu aku berikan,
karena kaulah yang melentingkan sari ilalang
hingga tumbuh di lesung pipiku
aku mencarimu.....9 0kta 12
Baturaden
Beranda Cassanova di punggung Gunung Slamet..
dalam detik tak pernah kutahu...
menyimpan eksotis ornamen Romawi,
menyusul detik lainya, mengusung angin gunung
menikamkan sebuah yang kuduga, sepoi dan seberkas gerimis
lebih lantang..menyudutkanku ke sudut malam getir
masih ada simpul bertaut pada kabar..
tentang hati, seluruh yang naik menggapai pelangi
atau yang menusuk bumi, dalam kesah tertunduk pilu
atau roboh daun Pinus di Limpakuwus
yang berjajar menelusuri aku yang mengayuh
rindu.....
Baturaden dengan tangan tanganya merengkuhku
hingga aku surut, menerjang jalan di belakangku
yang kau kayuhkan langkah bersamaku
sedangkan jalan panjang masih di ketiak gunung itu
dipingit Raden Kamandaka di alam Dewa
aku hanya mampu menutup sebelah mata..
sedangkan sebelah mataku..
tak lebih dari rona pipi wajah Baturaden..
aku terkapar dalam rindu..
kau menerpakan angin, layar terbentang...9 Okt 12
dalam detik tak pernah kutahu...
menyimpan eksotis ornamen Romawi,
menyusul detik lainya, mengusung angin gunung
menikamkan sebuah yang kuduga, sepoi dan seberkas gerimis
lebih lantang..menyudutkanku ke sudut malam getir
masih ada simpul bertaut pada kabar..
tentang hati, seluruh yang naik menggapai pelangi
atau yang menusuk bumi, dalam kesah tertunduk pilu
atau roboh daun Pinus di Limpakuwus
yang berjajar menelusuri aku yang mengayuh
rindu.....
Baturaden dengan tangan tanganya merengkuhku
hingga aku surut, menerjang jalan di belakangku
yang kau kayuhkan langkah bersamaku
sedangkan jalan panjang masih di ketiak gunung itu
dipingit Raden Kamandaka di alam Dewa
aku hanya mampu menutup sebelah mata..
sedangkan sebelah mataku..
tak lebih dari rona pipi wajah Baturaden..
aku terkapar dalam rindu..
kau menerpakan angin, layar terbentang...9 Okt 12
Hujan dan seribu keindahan....
Hanya
berteman hujan rintik semalam..
terik kemarau, bersembunyi di tirai musim...
dalam pergiliran hanya memandang..
jalan licin dan basah, mungkin menguntai beribu
kenangan...tak kupungkiri
kembali rindu pada bulan bundar bersinar ayu
seribu kudang terkadang mengencani lampu jalan...
seribu kenangan melilit dalam butir hujan
pesta kembang api alam, belum menggeliat..
biarkan sang pengantin baru
terik kemarau, bersembunyi di tirai musim...
dalam pergiliran hanya memandang..
jalan licin dan basah, mungkin menguntai beribu
kenangan...tak kupungkiri
kembali rindu pada bulan bundar bersinar ayu
seribu kudang terkadang mengencani lampu jalan...
seribu kenangan melilit dalam butir hujan
pesta kembang api alam, belum menggeliat..
biarkan sang pengantin baru
merenda mesra..
dalam dekapan kelambu biru...
hujan bertambah besar...
melempar jauh jauh daun kering..sisa kemarau
serangga malam mulai mencari pasangan
dalam cinta, yang mereka miliki
tak kenal perpisahan dan saling
menyayat hati dan luka
tak kenal cemburu, iri dengki dalam rindu
mereka hanya mampu menghitung butir hujan
di tengahnya adalah selaksa keindahan....... 8 0kt 12
dalam dekapan kelambu biru...
hujan bertambah besar...
melempar jauh jauh daun kering..sisa kemarau
serangga malam mulai mencari pasangan
dalam cinta, yang mereka miliki
tak kenal perpisahan dan saling
menyayat hati dan luka
tak kenal cemburu, iri dengki dalam rindu
mereka hanya mampu menghitung butir hujan
di tengahnya adalah selaksa keindahan....... 8 0kt 12
Gundul...
"Gundul
2x...pancul..cul gembelengan"
"Nyunggi 2x wakul..kul...gembelengan"
"Wakul nyimpang...segane dadi sa latar"
podo gembelengan..barang wis dadi petinggi..
wusanane nyimpang...segane dadi sa latar "...muspro/sia sia ora kanggo nggawe..
mulane aja dumeh...aja sombong..aja kebangeten..
"Kolang Kaling diirisi...sopo sing Eling bakal Mukti"...
"Nyunggi 2x wakul..kul...gembelengan"
"Wakul nyimpang...segane dadi sa latar"
podo gembelengan..barang wis dadi petinggi..
wusanane nyimpang...segane dadi sa latar "...muspro/sia sia ora kanggo nggawe..
mulane aja dumeh...aja sombong..aja kebangeten..
"Kolang Kaling diirisi...sopo sing Eling bakal Mukti"...
Selamat Pagi....
Indonesiaku dalam galau..
sepekat langit berkencan awan hitam
tapi kita masih punya dada yang kokoh
untuk mentautkan kembali tulang yang luruh
bersihkan duri tertanam di semak belukar
hingga semi sang beluntas di tanah retak
untuk Ibu Pertiwi yang tlah bermuram sembab...
mana tulang dagingmu
yang dibasuh para penghuni Indraloka
dari Borneo, Papua, Cellebes hingga Andalas
selamat pagi Indonesiaku....
sepekat langit berkencan awan hitam
tapi kita masih punya dada yang kokoh
untuk mentautkan kembali tulang yang luruh
bersihkan duri tertanam di semak belukar
hingga semi sang beluntas di tanah retak
untuk Ibu Pertiwi yang tlah bermuram sembab...
mana tulang dagingmu
yang dibasuh para penghuni Indraloka
dari Borneo, Papua, Cellebes hingga Andalas
selamat pagi Indonesiaku....
lengang...
tak mesti melekang...kan usai sudah..
jalanan panjang...mengekang
dan mengungkung aku... menepis terang...
gemintang bintang...masih telanjang
dalam haru biru hari yang mengekang
kasihku, aku melenting...
dalam buaian kata sayang
aku menjadi perawan yang riang
tak ada sorot mata garang
aku...sayang...(saat lebay di sabtu pagi, 6 okta 2012)
aku...sayang...(saat lebay di sabtu pagi, 6 okta 2012)
Minggu, 07 Oktober 2012
Puisi dan Facebooku
Kau tak segan...
sedu sedan...lantaran
aku tak mampu membelikan sedan...
aku hanya mampu membelikan dakocan..
meski, kau seharum daun pandan..
masihkah di malam jalang kita berkencan ?
aku tak mampu membelikan sedan...
aku hanya mampu membelikan dakocan..
meski, kau seharum daun pandan..
masihkah di malam jalang kita berkencan ?
dalam suka cita rumah papan..
kita menukilkan sebuah roman
bukan lagu lagu kesukaan setan..
akulah satu yang kau sebut si jantan
bukan dalam sajian sorotmu arogan
hingga semua tinggal serpihan
dalam rumah kaca berkemas kesombongan
hingga kau merasa dalam beban
7 Okt 12
kita menukilkan sebuah roman
bukan lagu lagu kesukaan setan..
akulah satu yang kau sebut si jantan
bukan dalam sajian sorotmu arogan
hingga semua tinggal serpihan
dalam rumah kaca berkemas kesombongan
hingga kau merasa dalam beban
7 Okt 12
Usai...
tak ada yang bertaut...
hanya serpihan..bahkan luka yang terrsayat...
saat melati ku tanam di semai cinta..
tapi kau ganti dengan kerontang
hari hari panjang...
ku tunggu nyanyi rindu sejak..
sang perahu menebar angin..
buih pantai terhenyak tak percaya...
aku habiskan isi hati
kau tersungging dalam senyum
yang asing bagiku...
Ku tunggu babak "Arjuna dan Supraba"...
yang ada hanya lakon ilalang lekang
sepanjang padang gersang,
usai sudah...
apa apa yang harus usai....7 Okt 12
RANDUGUNTING...
hamparan bumi, saat pertama
langit mengabari, tentang aku
yang lahir dari IBUNDA..suci
dalam belaian dan buaian halus lembut
berlapis beludru biru
aku tumbuh...sebagai laki laki
pemilik Taman Bunga milku sendiri
aku rindu...dalam ikatan
manis manja penuh selaksa tawa
mampukah pintaku membalikan pusaran bumi...?
sehingga, aku menjadi anak kecil
bertelanjang dada di bawah "padang Bulan"
di tanah lapang, berjkejaran...
dengan teman teman kecilku
memainkan sandiwara bertabuh pelepah pisang
aku rindu...7 Okt 12
Petualang
aku berpetualang....
menyelipkan diriku sendiri pada
belalang dan padang gersang, menghitung musim..
di hari ini aku kembali, menerpakan angin
menjenguk buku nasib..adakah diriku ?
yang mampu menjulangkan istanaku sendiri
di singasana cakrawala hidup
aku sendiri...tiada besepadu
dengan anyaman beluntas yang tergelar
menyelipkan diriku sendiri pada
belalang dan padang gersang, menghitung musim..
di hari ini aku kembali, menerpakan angin
menjenguk buku nasib..adakah diriku ?
yang mampu menjulangkan istanaku sendiri
di singasana cakrawala hidup
aku sendiri...tiada besepadu
dengan anyaman beluntas yang tergelar
berjajar di jalan lengang hidupku
bilakah...aku tiada kau sertakan
maka aku akan berkelebat menjaring
putus asa, meratap angan...
namun, kau tetap disisiku..menjalin keluh
padaNYA....kita menjadi kecil
di Samudra KebesaranNYA
DIA lah yang memiliki sketsa guratan kita
diriku dan kau, beribu angan menjulang...7 Okta 12
bilakah...aku tiada kau sertakan
maka aku akan berkelebat menjaring
putus asa, meratap angan...
namun, kau tetap disisiku..menjalin keluh
padaNYA....kita menjadi kecil
di Samudra KebesaranNYA
DIA lah yang memiliki sketsa guratan kita
diriku dan kau, beribu angan menjulang...7 Okta 12
Cinta Seminggu
malam minggu,dia
menunggu
malam senin, dia mengkhayal jadi pengantin
malam selasa, aku pegang realita
malam rabu, aku tak keburu
malam kamis. selalu optimis
malam jum'at, jangan berpikir sesaat
malam sabtu,...kita berpadu
malam senin, dia mengkhayal jadi pengantin
malam selasa, aku pegang realita
malam rabu, aku tak keburu
malam kamis. selalu optimis
malam jum'at, jangan berpikir sesaat
malam sabtu,...kita berpadu
6 Okt 12
Sayang.....
lengang...
tak mesti melekang...kan usai sudah..
jalanan panjang...mengekang
dan mengungkung aku... menepis terang...
gemintang bintang...masih telanjang
dalam haru biru hari yang mengekang
kasihku, aku melenting...
dalam buaian kata sayang
aku menjadi perawan yang riang
tak mesti melekang...kan usai sudah..
jalanan panjang...mengekang
dan mengungkung aku... menepis terang...
gemintang bintang...masih telanjang
dalam haru biru hari yang mengekang
kasihku, aku melenting...
dalam buaian kata sayang
aku menjadi perawan yang riang
tak ada sorot mata garang
aku...sayang...(saat lebay di sabtu pagi, 6 okta 2012)
aku...sayang...(saat lebay di sabtu pagi, 6 okta 2012)
Langganan:
Postingan (Atom)