Kamis, 05 Agustus 2021

Senja

Bagi Elga tahun baru kali ini, hanya dihiasi sebah senyum sahaja. Tahun baru hanya sesuatu yang lewat begitu saja, seperti hari hari lainnya. Terompet yang bereksotis menggigit lampu lampu jalan hanya di cibir saja. 

Bagi Elga yang penting hanyalah sikapnya yang harus dibenahi demi sebuah interstnya pada studinya. Sebuah kenangan beberapa tahun lalu kini menyentuh jantungnya, tetapi hanya sesaat ditepis hingar bingarnya malam tahun baru. Malam yang begitu berkesan kala Rehas masih disampingnya. 
*** 
Rehas datang ke acara kumpul bareng sokib-sokib gaulnya di rumah Avda pada sore hari sesuai apoinmen mereka lewat Hp. Bukan siapa-siapa yang terselip di hatinya kala dia berambisi untuk gabung di rumah Avda, di awal tahun baru ini, bukan pula secangkirkopi dan sekerat roti yang dia buru. 
 Tapi kata hati, yang terus memberontak menusuk rongga dada, jantung dan urat nadinya. Avda segera menghamburkan diri ke beranda rumah, kala kelebat tubuh Rahas terlihat di pintu gerbang halaman rumahnya. Avda mengulurkan ke dua tangan, sedangkan Rahas hanya memperepat langkahnya sembari melempar senyum. Perjumpaan ini mirip dua orang 

“Knight dari Skandinavia” yang bertahun tidak berjumpa dalam kancah pperangan melawan Romawi. Bagi Rehas selama empat tahun tidak pernah bisa jumpa dengan beberapa sokib kentalnya sejak SMP, memang membuatnya dia ngebet ingin jumpa hari ini, di tengah libur panjangnya. “Rehas, kita jumpa lagi, sehatkan ?” kalimat pertama Avda yang lepas berderai tawa memenuhi beranda rumahnya yang hanya berlantai semen. 

“Avda !, aku nggak sangka kamu mau datang !. Rasanya baru kemarin kita pisah !” Mereka berdua merasakan kehangatan yang renyah, akrab tetapi fresh meski udara di luar terasa dingin akibat gerimis yang mengguyur awal Januari tahun ini. Rehas masih menampakan sebuah duka yang menyerpih di dinding kalbunya meski dia sudah meninggalkan kota lamanya empat tahun silam, sebuah duka tentang pertemuanya dengan Elga dan sebuah perpisahan yang menyakitkan. “Bangkitlah Rehas !, mendung tidak selamanya membawa hujan !” sebuah advis sejuk datang dari Avda. “Apa maksudmu ?” “ Tidak selamnya apa yang kamu duga akan menjadi kenyataan “ “Aku masih belum tahu, cobalah kamu lebih detil saja “ 

“Ah...kamu kan udah mahasiswa tahun ini, masa nggak tahu sih Has !” Avda meneguk bebarapa tegukan kopi hangat, sedangkan tak satupun makanan yang belum masuk ke rongga perut Rehas. Avdapun tahu sebuah kegalauan kini menyelimuti hati sokib dekatnya itu yang datang dari Medan demi apoinmen mereka, atau demi Elga yang rencananya juga mau ngikut bareng ngumpul. “Has, kamu coba dong lebih dewasa sehingga bisa memberikan Elga sebuah alasan tentang empat tahun yang lalu. Dia juga sering nanyain kabar kamu kok ! “ 

“Emang itulah yang akan aku lakukan, moga-moga sore ini aku mampu menjadi The Braveman untuk sebuah penjelasan “. Sendu di wajah Rehas sudah mulai tertepiskan. “Mengapa tidak kau lakukan di awal awal saja ?” “Itupun aku menyesal, yah kita saat itukan masih remaja yang belum dewasa. Perpisahaku dengan Elga hanya menimbulkan emosi di hatiku. Aku benci bila melihat Elga. Namun kebencian itu lama-lama meluruh, meninggalkan kesan pada Elga dari sisi lain “ . 
Rehas kini mulai membasahi tenggorokanya dengan softdrink yang ada di depanya. “Sisi yang mana ?” “Ternyata dia lebih dewasa lagi sekarang, apalagi setelah lulus SMA. Aku bisa menebaknya, dia jauh lebih dewasa dari umurnya. Betulkan kan , Avda ?” “Betul Has !,sayang kita berpisah lama. Seandainya kamu masih gabung bareng denganku. Tentunya akan aku ceritakan semua tentang Elga “ 

“Kamu dekat dengan, Elga ?” Rehat mulai mencoba menelisik tentang Elga. “Kebetulan dia kuliah bareng aku, Sehingga dia hampir tiap hari ketemu aku “ “Mengapa kamu nggak crita sama aku ?” “Orang kamu aja baru sms met tahun baru kemarin, gimana aku tahu posisi dan no hap kamu “ “Banyak yang pdkt sama dia, Avda ?” “Dia menjadi bunga kampus, apalagi dengan sikapnya yang dewasa. Dia juga dinilai banyak teman-teman sebagai wanita flamboyan. Aku sarankan kamu pdkt lagi dengan kiat yang santun, halus selembut sutra !”. Rehas hanya diam membisu. 
*** 
Avda, meski bukan anak seorang gedongan, tapi memiliki karakter yang santun, halus, peduli dan ringan tangan menolong siapapun. Oleh karena itu banyak sekali sokib-sokibnya yang seneng berada di dekatnya, meski belum satupun cewek mahasiswi yang mampu menjadi penambat hatinya. Karena bagi Avda “cinta” bukan selembar hasrat yang harus ditautkan dalam wujud pacaran. Avda hanya mengenal cinta dalam wujud memberikan kebaikan dengan lainnya. Maka bila dia mengantar pulang Elga, Shanty, Elvi dan seabreg cewek lainnya, dengan sepeda motor bututnya, itulah cinta menurutnya. Maka kala dia memberikan selorohnya untuk mengumpulkan semua sokibnya di rumahnya yang sederhana,semua sokibnyapun menyambutnya. 

Mereka kin tidak membuhkan temu bareng di hotel berbintang, atau di pub, restoran dan lain sebagainya. Tetapi meski hanya rumah sederhana di batas kota mereka semua dengan ringan menyetujui kumpul bareng itu. Rehas belum mampu melepas semua candanya pada semua teman-teman Avda yang sudah mulai gabung dengan duduk di atas tikar, sambil memusari hidangan pecel lele dan nasi hangat serta sambal yang pedas. Tidak ketinggalah daun kemangi dan irisan mentimun juga ikut menambah menu tahun baru yang sederhana. “Avda !, kita bikin heboh aja kumpul bareng ini !” pinta Kayla. “OK !, aku yang bawa gitar, siapa yang mau nyanyi !. Kayla please ?” “Aku nggak bisa nyanyi, aku bacakan puisi saja ya !, kebetulan aku bawa dari rumah,setuju !” “Setujuuuuuu....!!!!!” 

Semua kebisuan tadi kini menjadi cair, saat Kayla membacakan puisi karya dia sendiri : Puisi Tentang Tahun Baru Bukankah aku telah simak dengan seluruh nadi darahku agar tetap mengalirkan semua yang kau pinta lantaran telah hilang lakon hidup episoda demi episoda kini haripun bertabuh genderang tahun baru biarlah aku hadirkan lagi bahasa tubuhku yang lama terbang merengkuh awan biarkan pula langit memberikan senyumnya asalkan kita sewarna merah, biru dan jingganya tahun baru. Saat ini tak mau aku menanti datangnya mentari Lantaran telah aku basuh wajah dengan senyum bidadariku Yang telah memberikan aku secawa air pelepas dahaga Biarlah semua tergambar jelas Akan aku dapatkan lagi 

 Biru langit bertepi ormanen warna jingga Sementara engkaupun masih menawarkan lagi Sebilah hatimu yang telah meranum bahagia Kayla, 4 Januari 2020. Rehas dan Elga tak sengaja saling bertatap mata, Rehas mengawali dengan seberkas senyum gantengnya. Elgapun mambalasnya dengan sebuah bisik hati , “Rehas bila biru rindumu memberkas katakan saja, akan aku terima dengan kedua tanganku 

“ Rumah Avda yang berdinding setengah papan itu menjadi saksi pertemuan mereka berdua. Sebuah senjapun kini menyodorkan sebuah bingkai asmara untuk mereka berdua. “Selamat Elga !, sukses selalu untuk kamu, kamu sekarang berhasil kuliah di negeri !” “Makasih Has !, kok tahu ada pesta kecil-kecilan di sini?. Aku dengar kamu sekarang di Medan !”

 “He..eh, setelah naik kelas XI papi dipindah ke Medan “ “Sekarang kamu kuliah di mana ?” “Yah...beginilah aku, nggak bisa kuliah di PTN. Betul advismu dulu Elga !” “Advis yang mana ?” “Meski kita mau bagaimana, studi juga perlu di perhatiin untuk masa depan kita. Advismu yang seperti itu masih aku ingat betul “ “Tapi roda waktu masih berputar, kita belum tahu segalanya. Jangan putus asa dulu, Has !” “Makasih !, kamu masih seperti dulu, Elga!. Aku dengar dari Avda kamu sekarang menjadi bunga kampus “ “Makasih juga Has

 “ Elga seterusnya hanya diam membisu, namun masih memberikan pesona bagi Rehas yang sedang dgrogoti rindu yang berat. “Elga, gimana pendapatmu ?” “Tentang apa !” “Tahun 2020 ini aku mau kuliah di Semarang saja, papiku pun setuju. Daripada di Medan aku hanya main saja 
“ Tidak ada satu patah katapun yang diuntai Elga, hanya sebuah pandang mata yang sendu dan menggeleparkan jantung hati Rehas*** Diposting oleh Unknown di 15.35 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: Cerpen Remaja Smilling So Good 
 “Jangan sekali- kali kamu semua mencoba mendapatkan bunga kampus kita, yang suka ngomong seenaknya dan konyol itu “ umpat Sam yang menyelipkan tubuhnya ke tengah sokib sokibnya yang sedang rehat di halaman sekolah di tengah pagi yang cerah. Meski saat itu musim hujan sedang menerpa kota mereka. “Maksud kamu bunga sekolah yang mana Sam?, yang cuakep kaya Kate Midlleton tapi nggak pernah senyum kaya Mak Lampir itu ?” 

Richard tanpa selembar tiraipun menutupi ucapanya, sehingga sebuah tawa dari merekapun berderai di pagi itu. Pohon Akasia yang berjejer memayungi halaman sekolah serasa hampir roboh dihempas derai tawa cowok-cowok kelas IPS, yang lagi betah nyanggong menunggu bel masuk “Sayang ya friend !, Kartika sih sebenarnya cuakep, namun galaknya minta ampun !” sela Rush. “Lagian dia egois!, man ! “ Hendra mulai interest dengan seloroh mereka. “Dari mana kamu tahu Kartika egois, emangnya kamu pernah dekat sama dia Dra ?” desak Steven. “Sok tahu kamu Dra !” bantah Sam yang tidak percaya dengan ucapan Hendra. “Coba dulu !, kita dengarkan Si Ganteng Pemburu Cinta ini ngomong dulu, dia ngatain Kartika egois !, mesti dia punya alasan, ayo dong Dra !, terusin omongan kamu “ desak Steven yang kini duduk di samping Hendra, 

“Ah, bisa aja kamu Stev !, aku cuma ngomong asal-asalan friend !” Hendra merasa tersudut kini, karena serangan temen temen yang membrondongnya. “He, man !, ayo dong yang konsisten, mengapa you ngomong Kartika egois ?. Menurut aku sih dia angkuh, susah diajak kompromi dan susah dideketin. Betul nggak Sam?, lihat saja Sam yang ngap-ngapan deketin Kartika. Sampai sekarang belum berhasil, percuma kamu Sam punya sokib seperti kita kita ini ! “ “Jangankan Sam, yang kaya anak kampungan. Aku sendiri yang bisa dekat denganya belum bisa mendapatkan dia”. Hendra melemparkan selorohnya yang membuat mereka semua terperangah. Pandangan mata mereka kini semua terarah ke Hendra. Untuk beberapa saat derai tawa mereka kini terhenti dan semua membisu. “Temen temen!, Kartika sering minta tolong aku untuk ngajarin matematika, aku sering ke rumahnya. Akupun mau- mau saja. Tapi giliran aku butuh teman untuk enjoy dan refresh eh dia nggak mau “. 2 “Hahaha..sekarang Si Ganteng Pemburu Cinta kena batunya, tahu rasa kamu !” ejekan Steven menderaikan tawa mereka semua. “Kamu GR duluan sih Dra ?” jawab Richard. 

 “Kakek pikun !, bukan seperti itu cara ndekati Kartika !” Sam masih saja belum bisa menepiskan derai tawanya. “Makanya lain kali jangan terburu-buru !” “Eh, udik !, perlu kiat khusus untuk mendapatkan kembang kampus yang flamboyant tapi angkuh itu, belajar dulu sama kita kita ini !”. Ucapan Richard tadi semakin membawa halaman sekolah itu bertambah semarak di pagi yang mulai dihampiri kuning sinar mentari. “Eh, sok pinter kamu Richard !, buktinya mana ! Kamu belum bisa mendapatkan Kartika, kan ?” “Asal kamu tahu, aja Dra !, Veny segalanya lebih baik dari Nenek Sihir itu !” “Udahlah !, jangan berantem. Kita kitakan masih anak ingusan.

 Masalah pacar yang idamkan, nanti aja kalau kita sudah mahasiswa.Kita kan belum apa –apa !!” .Pinta Rush pada kedua cowok gaul itu yang sudah meradang nadi darahnya. Teeet…teet…teet. Bel sekolah mengisaratkan mereka untuk segera masuk ke kelas mereka masing masing. Sementara anak anak IPS tadi segera berhamburan meninggalkan halaman depan sekolah mereka. Pohon palem botol dan Akasia kali inipun bisa bernafas lega, kemudian diam membujur diterpa sinar mentari. 
*** 
Perlahan lahan sinar mentari mulai tertutup mendung tebal, tak berapa lama gerimis membasahi Bulan Desember ini. Mereka yang selesai mengikuti tes semester kini memburu waktu agar tidak terjebak hujan. Kecuali Kartika yang sendirian sengaja menunggu Hendra di pintu depan sekolah Kedua sorot mata mereka berdua bertatapan, sebuah senyum dari Hendrapun dilemparkan ke arah Kartika, yang dibalas dengan senyum tipis dan sebuah permintaan Kartika pada Hendra, untk mampir di kantin sekolah. “Apa maksudmu sih Dra ?” “Tentang apa ?” “Ya tentang aku “ “Maksudmu ?” 3 “Jangan berlagak bego!, aku tahu semua pembicaraan teman temanmu tadi pagi di halaman sekolah !“

 “Dengar dari siapa ?” Tanya Hendra. “Nggak dengar dari siapa-siapa !” “Terus bagaimana kamu tahu ?” “Ya, karena aku duduk di depan kantin sini dan dengar semua ocehan sokibmu “ “Mereka semua Cuma pengin dekat denganmu,Tika ?” Hendra mencoba mencairkan bara api yang ada di dalam jantung cewek yang telah menautkan benang sutra di hatinya. Cewek yang menjadi kembang kampus di sekolahnya ini, kini telah hadir dalam beranda hatinya. 

 Meski Hendra telah mengenal dekat dengan Kartika, namun dia masih bimbang bagaimana mengokokan batas antara sebuah persahabatan dengan sesuatu yang sulit diwujudkan baginya. “Kalau pengin deket aku,ya deket aja !. Kenapa harus pakai selorohan kasar, si Nenek Sihir !, Mak Lampir ! dan apa lagi !. Hendra !, mereka semua bukan sekedar mau deket dengan aku!, tapi coba kamu pikir!. Seperti Rush, Richard, Sam, Steven itu masih seperti anak kecil, sudah berapa surat yang mereka kirim untuk aku, belum lagi rayuan ingusan lewat hp. Mereka semua belum tahu arti persahabatan, mereka semua hanya mengerti cinta-cinta ingusan !” “Tapi mungkin lebih baik lagi, bila kamu selalu memberi senyum pada mereka bila ketemu mereka. Tika !, kalau kamu tidak memberi mereka sebuah harapan, apa harus saling membisu bila berpapaan mereka “pinta Hendra. “Aku memang the ice girl, namun awalnya aku juga so smilling dengan mereka,namun mereka menartikan lain” “ Aku juga heran, mengapa mereka menilai kamu seperti itu ?”

 “Hendra !, aku juga ingin supaya kamu jangan salah paham. Aku hanya berhasrat merangkai sebuah persahabatan. Aku tidak gampang memberikan harapan pada semua orang. Bila aku mengajakmu belajar bersama, apa ini sesuatu yang lain untuk kita. Maafkan aku ya Dra !, kamu nggak tersinggung,kan ?”Hendra menggelengkan kepalanya, sebuah sorot mata ang lebay terus saja menghiasi wajahnya. Kartikapun tahu bahwa memang cowok ini telah menyimpan sesuatu yang begitu halus dan lembut. Selembut embun pagi. 

Namun Kartikapun tahu bahwa perhatian cowok genius ini pada dirinya sungguh lembut. Hendra selalu mengerti perasaan dirinya, apa yang menjadi batas sebuah persahabatan antar mereka telah Hendra jaga dengan kokoh, sekokoh pribadinya 4 yang tangguh. Namun hanya sebatas itulah yang mampu Kartika berikan pada cowok ini. Entah sang waktu sajalah yang bakal menorehkan prosa antara mereka. “Dra !” “Ya, Tika !”. “Kamu nggak marah kan ?” “Nggak !” “Aku mau minta tolong lagi, mau Dra ?” “Katakan saja !” “Kita bahas soal soal matematika tadi di rumahku , maukan ?” “Asal kamu selalu memberiku senyuman yang terindah, maukan ?” “OK, So Smille So Good !!!!” ***

Sentuhan Sehalus Sutra

Merasa dirinya terus saja dikungkung perjuangan menggapai jalan hidup yang diinginkanya, Rosallia hampir –hampir putus asa. Dia sudah merasakan jalan hidup yang terbentang jauh di depanya telah dipenuhi kerikil tajam, berliku dan dikanan-kiri jalan hidupnya telah ditaburi jurang-jurang yang siap melumat tubuh siapa saja. Namun Rosallia tak pernah berpikir konyol untuk hanya berpangku tangan menghadapi sebuah birama hidup yang berdebu dan menyeskan dadanya. 

Bila dia melangkah surut, Kota Jakarta siap menghisapnya dalam-dalam ke dalam kubangan lumpur yang hitam kelam. Untuk kembali ke Tegal kota asalnya, jelas dia tepiskan gagasan seperti itu, karena di kota itu dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Kedua orang tuanya sudah meninggalkan dia setelah dia lulus sarjana, sedangkan adik semata wayangnya, entah tidak pernah memberi kabar berita. Rosallia hanya mendengar dari teman-teman adiknya, bila Karel telah merantau ke Sumatra. 

Hanya sepasang lengan kecil yang ringkih dan langkah kaki yang terbatas adalah ciri seorang wanita, apalagi bagi Rosallia yang masih lajang dan hidup dari kontrakan kamar satu dengan lainnya, dari debu dan deru jalan jalan Kota Jakarta yang menghitamkan kulit tubuh dan sering membuat dadanya tersengal. Sebenarnya benak hatinya dalam rongga dadanya telah menjerit, melengking ke semua atmosfer hidupnya. Namun lengkingan seorang wanita di tengah hiruk pikuknya Kota Jakarta apalah dayanya. Lengkingan itupun akan dipantulkan oleh tebing-tebing yang tinggi, kokoh dan membisu. Kedua mata Rosalliapun harus mampu meredup, kala perjuangan hidupnya begitu menyesakan dadanya. Kala dia menjadi korban akal bulus Ardian yang menjanjikan kehidupan bahagia, manis dan manja di Kota Sejuta Lampu itu. 
***
 Kali ini Rosallia hanya mampu meratapi apa yang terjadi pada dirinya, saat dia dipanggil kabag personalia di kantornya tentang phk yang dideranya. Sekali lagi dia mencoba meyakinkan keputusan atasanya itu untuk menepiskan rasa percaya pada dirinya sendiri. Sejak dia selalu terseok menapaki jalan hidupnya yang beralasan kerikil tajam, kerap dalam benak Rosallia timbul perasaan tidak percaya. Namun kenyataan itu kini telah berkali-kali membisikan dalam bilik jantungnya untuk segera tabah dan tawakal menerimanya di saat usia dia telah hampir mencapai 30 tahunan. Semua bunga-bunga yang berjejer rapi di atas pot semen ikut terlihat layu. 

Mereka ikut engucapkan selamat tinggal di sepanjang jalan paving blok. Hanya Wella yang menjemput dengan membukakan kedua tangan untuk sebuah pelukan pada Rosallia. Merekakemudian saling menumpahkan isi hati dengan bahasa air mata, yang entah bagi Rosallia air mata yang keberapa kali dia tumpahkan. 
“Ros, sabar ya !”. Rosallia hanya menganggukan wajahnya. “Kita masih bisa bertemu lagi, kan Wel ?” “Pasti Ros !, kita sama sama datang ke Jakarta dengan hanya sebuah tekad. Mengapa kita mesti berpisah. Tolong kabar kabar ya Ros ?”. 

Seberkas senyum Rosallia kini terlihat menghias di bibirnya. Senyum itulah yang biasa disodorkan wanita yang biasa tampil “exciting” sepanjang hari termasuk dalam meretas bilah hidup di Jakarta, yang penuh liku dan karang terjal dingin membisu. Hanya terlihat kini kedua wanita lajang yang cantik saling melepas pelukan, suatu pertanda mereka berdua kini mulai bersiaga menghadapi kehidupan esok pagi. 

Sebuah rumah berdinding tembok dan papan di Bantaran Sunga Ciliwung tiada sedikitpun menawarkan senyum pilu, meski sebagian papanya yang berada di atasnya telah menghitam disentuh banjir sungai itu yang kerap menderanya. Termasuk juga ancaman banjir saat saat ini di awal tahun, Rosalliapun telah siap membenahi semua perabot rumahnya agar mampu terhindarkan dari luapan air sungai. Pagi itu di sela gerimis tiada henti memagut Kota Jakarta, Rosallia lebih akrab dengan rumahnya kontrakannya yang pada hari-hari biasanya dia mengabaikan begitu saja. Semua perabotanya dilepaskan dari debu debu yang sudah cukup banyak menumpuk. 

Nyanyian kecil terus saja melantun di rumah separo papan yang kini terasa lebih hangat. Wanita lajang yang cantik dan berambut model Demi More itu menyambt harinya tanpa memperdulikan nasibnya kini yang telah diphk perusahaanya yang sedng terbelit kerugian. Dia terus berbenah bersama-sama ibu-ibu warga Tebet Dalam untuk menyambut rencana kedatangan Kate Middlleton ke pemukiman kumuh tersebut. Sebentar sebentar Rosallia diberi pengarahan Bu RT, staf kedutaan Inggris ataupun aparat lainnya yang aktif memoles dan mensterilkan keamanan pemukiman itu. “Non Rosa !, nanti ikut menyambut kedatangan Kate Middleton , ya !” pinta Bu RT di sela kesibukan wara sekitarnya. “Baik Bu RT !, tapi acaranya apa saja bu ?, aku nggak tahu ?” 

“Aku sendiri nggak tahu, Non !, itu urusan staff kedutaan dan pejabat pekmot atau aku juga nggak tahu non !” “Terus kalau Bu RT nggak tahu, kita kita ini harus bagaimana ?” “Kata Pak RW sih kita hanya disuruh pakai pakaian adat Jawa untuk menyambut sang ratu “ “Aku nggak punya pakaian adat lho bu !” “Itu gampang non dari pemkot nanti meminjami “ “Kan ibu- ibu lainnya masih banyak yang bisa menyambutnya !, biar aku nggak ikut saja, bu ?” 

“Eh, Non Rosa cantik lho, apalagi kalau didandani pakaian adat, pasti nanti bakal jadi primadona di acara itu !” “Ah, Bu RT bisa aja ?, ya bolehlah bu !. Tapi nanti aku hanya ngikut aja ya bu ?” “Nggak bisa gitu Non !, justru Non Rosa yang dijadikan tumpuan ibu-ibu untuk menyampaikan misi ini !” “Misi apa ya bu ?, kok jadi serius sih bu ?”. Rosallia mengkerutkan kedua alis matanya, wajahnya tidak setawar semula, meski dia tidak keberatan dengan tugas moralnya itu, tapi lantaran dia sama sekali tidak tahu maksud misi yang diembanya, maka kini dia merasa seperti wanita bengong di tengah kerumunana ibu ibu warga sekitarnya yang memang nasibnya harus diperjuangkan. Beberapa ibu lainya kini mulai gabung dengan diskusi jalanan di Bantaran Sunga Ciliwung. 

Mereka semua berniat mengusung suatu misi diam diam untuk sebuah perbaikan nasib dan pemukiman mereka, saat sang ratu berada di tengah mereka. “OK deh ibu-ibu, tadi Bu RT memintaku menyampaikan misi kita pada Kate Middleton. Tapi aku nggak tahu harus bicara apa ?” “Non Rosa bisa bicara bahasa Inggris ,kan ?” tanya salah satu ibu yang mulai bersemi sebuah harapan di hatinya. “Lumayan bu !, dulu setiap ada kunjungan tamu dari luar negeri di kantorku, aku disuruh bosku menjadi jubirnya”.

 “Ah kebetulan sekali, kita tanpa protokoler bisa langsung curhat dengan Sang Ratu Inggris. Dan minta disampaikan langsung pada Presiden SBY tentang nasib kami” pinta Bu Ramelan. “Tapi misi ibu-ibu itu apa ?, aku belum tahu ?” “Gini lho Non Rosa, Pemprov Jakarta berencana menjadikan Sungai Ciliwung sebagai Kawasan Wisata Air, maka kami semua dalam waktu dekat akan digusur begitu saja. Makanya kamu pengin curhat dengan sang ratu. “Beruntung minggu kemarin ada beberapa wartawan CNN dan BBC News yang menayangkan di media mereka lengkap dengan pengambilan gambarnya. Sehingga penggusuran dibatalkan”, sahut Bu RT . “Ibu nelihat sendiri tayanganya ?” “Oh iya Non Rosa !. Bahkan mereka akan menyampaikan kasus ini ke Komisi Hak Azasi Manusia Internasional bila pemerintah menelantarkan kami “ kata Bu Hamzah. 

“Terus keinginan warga itu apa ?” sahut Rosallia. “Kami inginkan sebuah relokasi yang permanen seperti rasunewa, meski kami harus membelinya dengan harga murah “ “Oh...begitu, tapi aku nggak berani janji ya bu !,karena masalahnya aku bisa dekat dengan Ratu Inggris nggak, itu masalahnya. Kita terbentur masalah protokoler nantinya.Tapi nanti aku coba ya !” 

“Ada beberapa momen yang paling memungkinkan untuk Non Rosa untuk hanya sekedar ngobrol menyampaikan misi kami secara non formal, yaitu saat Sang Ratu Inggris datang dan diperkenalkan dengan kami semua, saat itu kami semua berniat menerobos pengamanan untuk berbicara hanya beberapa menit saja “ Bu RT menambahkan. 

“Tapi dia si cantik itu, apa mau mendengarkan keluh kesah kami, Bu RT ?” Bu Agus masih belum percaya dengan misi itu. “Justru itulah mereka mengadakan kunjungan ke Indonesia sama seperti kunjngan Lady Dy dan Pangeran Charles ke Indonesia beberapa tahun lalu “ jawab Bu Santoso. “Ibu- ibu jangan khawatir, keluarga Kerajaan Inggris dikenal seantero dunia sebagai figur yang peduli sesama dan pendengar yang baik, tidak seperti pejabat pejabat lainnya. Oleh karena itu kita sangat beruntung kedatangan mereka “ . 

Mereka yang hadir di diskusi jalanan itu sebagian besar masih menggayutkan wajah tak percaya akan misi ini. Bahkan sebagian lagi masih memendam rasa khawatir bila misi itu menimbulkan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Lantaran sebagian besar dari mereka adalah insan insan yang hanya memiliki kulit, daging dan tulang yang tiada seberapa kokohnya. Mereka telah terlanjur bermukim di pemukiman liar di bantaran, apabila Pemprov masih bersikeras menggusurnya merekapun hanya menerima dengan pasrah. Meski sebagian besar dari mereka sudah menyekolahkan anak anak mereka di sekolah terdekat dan sebagian lainnya sudah menetap di kios –kios permanen. Mereka kinipun hanya mampu terpaku diantara kerumunan ibu-ibu yang berdiskusi. 

“Kalau ibu-ibu masih khawatir, OK-lah aku akan ke kedubus Inggris,kebetulan aku punya teman yang kerja di sana. Aku akan minta waktu barang 5 menit untuk berdiskusi dengan Kate Midlleton. Kita coba saja barangkali kita mendapatkan jalan untuk ini “. Rosallia memaparkan hasratnya dengan suara yang datar dan perlahan, agar kata-katanya mampu menyelinap dalam relung jantung semua ibu yang hadir. “Horeeeee....Hidup Non Rosa, Hiduup....Sang Ratu Rosallia “. 

Tanpa suatu komando mereka semua bersorak kegirangan. Kegirangan untuk sebersit upaya membela nasib mereka,yang selama ini tidak ada satu pihakpun yang peduli. Mereka kini telah pulang ke rumah kumuh mereka masing-masing, karena hari sudah siang. Tinggalah kini Rosallia yang anganya serasa hendak merobek langit, terbang tinggi dan tinggi memikirkan jalan hidupnya dia sendiri yang masih belum jelas, dan yang lebih menyita ruang hatinya adalah perjuangan membela nasib tetangganya. Rosallia kini tenggelam dalam kancah perjuanangan membela nasibnya sendiri. Jarum jam masih berlari tak ada yang berniat menghentikanya. 
*** 
Kate Middleton tidak mampu menyembunikan senyum bahagia ke semua warga yang tumpah ruah di sepanjang Bantaran Sunga Ciliwung. Kesahajaan tetap saja ditampilkan sang ratu ini, dengan mengenakan stelan rok sebatas lutut dan berlengan panjang serta berwarna biru muda, model pakaian resmi karyawan perusahaan swasta. Satu demi satu dia menyalami semua tamu undangan dengan senyum rang renyah. Sekali sekali Kate Midlleton melempar pandangan ke arah tamu ibu-ibu warga Bantaran Sunga Ciliwung, yang berdandan pakaian jawa dengan stelan atasnya berwarna hijau daun, terutama kepada Rosallia yang cantik jelita. 

Dengan dandanan tradisional itu Rosallia tidak berbeda dengan aktris Bolywood Hema Malini. Sebersit rasa kagum pada kecantikan wanita Indonesia ini. Tiba giliran ibu-ibu warga bantaran diperkenalkan oleh protokoler, semua ibu kini memandang dan menanti sang jubir yang cantik jelita untuk memberikan curhatnya. “Please Miss Rosallia !” demikian pinta sang pendamping Kate Middleton dari kedutaan Inggris yang sebelumnya telah dilobi Rosallia, untuk memberi kesempatan barang beberapa menit pada Rosallia untuk memaparkan derita warga sekitarnya. Dengan native speaking yang lancar, disertai tawa yang renyah kedua wanita cantik itu saling berdiskusi. Kate Middlelton tak disangka memberikan antuias yang tinggi dan berkenan mendengarkan dengan jeli meski waktu untuk berbicara antara keduanya telah jauh melewati batas limit, namun Sang Ratu Inggrispun tidak memperdulikan. Bahkan kini dia mengajak 

Rosallia untuk berjalan menyisir bantaran sungai. Kelihatan mendung tebal kini menyelimuti wajah sang ratu menyaksikan penderitaan sebagian manusia di Indonesia, meski wilayah ini bukan termasuk kedaultan Inggris Raya. Rosalliakini mengajak Kate Middleton untuk sekedar mencicipi masakan sayur asam dan ayam goreng hasil masakan warga setempat. Kembali Kate Middleton mengurai senyum renyahnya. 

Kini mereka berdua bagaikan ratu kembar yang sama sama menawan hadirin yang datang, termasuk juga staf protokoler kedutaan yang akhirnya hanya membiarkan mereka berdua berdiskusi. Kate Middleton yang semula hanya Rosallia lihat di TV kini benar benar berada di sampingnya, bahkan mereka kini berdua bagaikan sahabat yang lama tak jumpa. 

Hari telah beranjak siang, misi yang terakhir bagi jubir warga Bantaran Sungai Ciliwung adalah memohon kepada Keluarga Kerajaan Inggris itu untuk menyampaikan penderitaan mereka semua kepada Presiden SBY, salah satunya adalah menampung mereka dalam relokasi yang terjangkau. Tak diduga oleh Rosallia kini Kate Middleton memeluk dia dengan sebuah bisikan di telinganya, bahwa dia akan berusaha menyampaikanya dan sebuah hasrat untuk mendirikan sebuah LSM Internasional untuk sebuah pengentasan kemiskinan di indonesia, dan dia mempercayakan Rosallia untuk memimpinya. Sebuah senyuman paling renyah dan tulus kini menghiasi bibir Sang Ratu Rosallia ***.

Janji Anyelir

Prima memang telah kencan dengan Sandi untuk bertemu di ultah cewek gaul ini seminggu yang lalu. Ucapan Prima memang telah membalut begitu kuat di setiap denyut nadinya.

 Lantaran malam ultah sang princess of heart-nya, seakan langit akan berkubang seribu warna kembang api. Setiap barisan ombak di lautpun akan berhenti sejenak, air terjun akan berganti memberi senyum yang indah, kepada semua yang memadu cintanya, saat saat detik tanggal lahirnya

. “ Ntar kita akan mejeng di mana , San “ seru Prima dengan hati yang berharap cemas agar malam ultah Sandi segera tiba. Mataharipun telah Prima beri pesan supaya berputar lebih cepat. “ Nggak tahu . 

Aku lebih merasa romantis bila kita nikmati malam ultahku di Malioboro saja. Gimana Pram ? ” jawab Sandi, gadis manis yang telah menghanyutkan seluruh nadi dan jantung Prima dalam samudra pesonanya. Prima hanya diam sesaat, seribu bunga warna jingga kini melintas di sudut hati cowok ganteng ini, lantaran hadirnya Sandi. Kekaguman Prima pada Sandi ternyata lebih menghanyutkan ketimbang yang lain. Primapun baru sadar ketika Sandi menggayutkan tangan di punda Prima. 

”Kok diam saja sih Pram !. Apa kamu masih ingin enjoy lagi dengan Anyelir, cewekmu dulu yang seindah bunga sorga, yang beribu kali lebih baik dari aku, Pram ? “ . Primapun tersentak kaget, mendengar Sandi merajuk seperti anak kecil, yang penuh cemburu . Menggayutkan lagi masa-masa silam ketika dia masih memiliki Anyelir , yang kini di LA mengikuti ortunya yang bertugas sebagai bos perusahaan swasta. ” Sandi, aku tidak mau kamu menyebut nama itu lagi di depanku . Kamu miliku Sandi. Aku sudah lupa sama Anyelir. Biar kamu saja yang singgah di hatiku . Tolonglah San ! ” ”Habis kamu tadi nggak dengerin omonganku Pram, aku lihat tatapan mata kamu kosong. Kayanya kamu mbayangin malam bertabur bunga bersama Anyelir. Maafin aku ya Pram ? 

” Sandi menyodorkan tangannya dengan mata di balik kacamatanya menatap sendu. Prima merasakan seluruh tubuh ini terbang ke angkasa. Ah Sandi kamu begitu penuh pesona, semoga engkau tidak berlalu , seperti Anyelir, begitu bisik hatinya. Primapun menyambut tangan Sandi dengan senyuman yang tergambar dari hati ini yang terindah, Sandiipun melempar senyum tipis dari bibirnya yang lembut sembari mengulurkan tangan kirinya juga untuk merapatkan tubuhnya ke arah Prima. Dan kini dia merebahkan kepalanya di dada. 

Primapun membalasnya dengan mengusap rambut Sandi yang harum. Sesekali diciumnya rambut Sandi sembari membisikan segumpal kata sayang. ” Pram , aku sering cemburu , jujur saja sama aku ya , Pram ! . Anyelir jauh lebih segalanya darui aku kan Pram ? ” ” Ah. . . kamu ini , aku kan nggak mau kamu menyebut-nyebut dia lagi ! ” ” Tapi , Pram. Kalau kamu emang pengin terus dekat aku, kamu harus bisa melupakan dia. Itulah yang aku pinta ” 

” Lho, emangnya aku masih memburu Anyelir. Biarkan dia bahagia di LA. Dia nggak kurang satu apapun ! “ “ Kok kamu tahu dia bahagia di LA , kamu kontak dia ya ?, Kamu masih pengin lagi bersama dia, gadis cuakep, kaya, pande lagi ? “ Tutur Sandi sambil menyurutkan langkah menjauhi Prima cowok yang dia anggap segalanya, Meski telah banyak cowok ganteng dan gaul yang naksir dia. Namun hanya Prima Antariksa aja yang membuat dia menyerahkan sebilah hati miliknya. “ Udahlah San, kamu jangan mancing – mancing aku terus dong. Aku harus ngomong gimana. Itu kan masa- masa lalu San ?, Sekarang yang ada hanya aku dan kamu ! ”. 

Primapun tahu persis perangai cewek kolokan ini. Maka Primapun tak mau buang waktu lama, dia segera duduk mendampingi cewek gaul ini di sofa warna biru laut, yang lagi marah nggak karuan arahnya, tapi setianya amit- amit nggak ada yang mampu menandingi, meski kadang kadang masih suka kaya anak ABG aja wataknya . Justru saat seperti inilah yang ditunggu Prima , karena dia bisa melihat alami wajah cewek kolokan ini. Maka diapun lantas membiarkan Sandi hanya menghabiskan malam mingggu ini dengan wajah berselimut mendung kelabu, yang penting dia bisa melihat wajah ayu Sandi. Malam kini berselimut kebisuan karena rembulan telah hampir menyentuh tengah langit, pertanda malam semakin larut. Udara dingin kini terasa sekali menusuk tulang mereka, lantaran memang dari pagi hujan tiada henti. 

Sepanjang perjalanan pulang melewati jalan Kota Semarang yang membisu di telan dinginya gerimis, Prima masih saja terkungkung dengan makian Sandi. Bukan lantaran sakit hatinya tadi, namun karena Sandi mengajaknya untuk menghadirkan kembali Anyelir yang berusaha dia kubur dalam – dalam. Bersama dengan air gerimis yang terus menerpa kaca mobil Xenianya, Prima kembali angannya ke dua tahun silam. Ketika dia mencoba datang ke rumah Anyelir di Ungaran, yang beberapa hari sebelumnya nggak ngasih kabar. Namun rumah itu telah kosong tiada berpenghuni, hanya kerabat Anyelir saja yang masih menunggu rumah itu. ”Jadi kamu yang bernama Prima Antariksa ? “ . Jawab lelaki setengah baya yang ternyata Pamannya Anyelir. ” Benar Om, Aku mau bertemu Irna Om ? ” 

” Lho apa kamu belum tahu ? “ “ Belum Om, Emangnya ada apa ? ” ” Om nggak berani ngomong, Mas. Hanya surat ini yang Irna titipkan untukmu. Silakan kamu baca. ” ” Surat apaan Om ? ” “ Nggak tahu aku, Mas Pram, Irna nggak pesan apa – apa hanya menitipkan surat ini ” Jantung Prima semakin berdegup keras, kedua tangannya terasa bergetar kala membuka amplop itu. Meski Prima nggak tahu perisi isi suratnya, namun dia sudah mampu menduga apa yang terjadi. Sebaris dua baris dia baca surat itu hingga baris terakhir , Adakah sisa hatiku yang mampu aku naungi untuk menerima kenyataan ini, demikian bisik hati Prima yang kini hanya mampu duduk di sudut kursi tamu rumah Anyelir yangh mewah. 

Bukankah Anyelir seminggu yang lalu biasa –biasa saja sikapnya, tidak ada sepotong katapun ia luncurkan tentang rencana kuliah di LA. Ataukah memang dia pandai menyimpan rahasia, atau mungkin saja dia telah menyembunyikan cowok lain yang jauh lebih baik segalanya dari aku. Pertanyaan itu berulang silih bergani datang dan pergi dari hati Prisma. Meski perhatiannya kini hanya tertuju pada jalan aspal yang ada di depanya. 

Primapun menjalankan mobilnya dengan pelan, menyusuri jalan Ungaran Semarang yang padat. Malam tahun baru hampir tiba, Sandi udah nyiapin pakaina baru lengkap dengan assesorinya. Kesempatan itu udah dia bayangin, betapa mesra dan berkesan nantinya bermalam tahun baru di Malioboro gabung dengan ABG fansnya dari seantero mana aja. 

Terlebih lagi pada pesta nanti dia akan bareng dengan cowok yang singgah di hatinya, yang gantengnya kaya Arjuna turun dari kahyangan. Sesekali dia ngebel Prima, sekedar curhat ingin segera bermalam tahun baru di Malioboro. Primapun tidak ingin melepaskan saat saat romantis nanti, meski dia masih terpagut dengan bayangan Anyelir yang memberinya janji akan ke Indonesia, saat malam tahun baru setahun lalu. Tapi nyatanya janji itu hanya terbawa angin liar entah ke mana, barangkali kehidupan di negara Paman Sam telah memberikan segalanya.

 Prismapun telah mati-matian melupakan sekuat tenaga, berniat mengubur kuat-kuat kenangan bersama Anyelir. Namun penantian kali ini telah pupus sudah setelah hadirnya Sandi, cewek yang ayu, berkulit kuning dan semampai tubuhnya., apalagi dengan pemanis kaca mata minusnya yang menambah seribu pesona bagi dirinya. Namun sifat kolokannya yang belum bisa dihilangkan, tapi bagi Prima hal ini tak pernah digubrisnya ” Prima , ada telepon ” seru mamanya dari ruang tamu yang sempat membangunkan lamunannya, pergi ke negri awan bergandengan tangan dengan Anyelir. Membagi suka bersama sekaligus menambatkan gelora hati. Tanpa menunggu lama kini dia sudah memegang gagang telepon rumah. 

” Met pagi Pram, kamu masih hapal suara ini. Boleh aku bicara sama kamu Pram ? ” papar sebuah suara dari dalam gagang telepon. ” Kenapa nggak, kamu kan temanku yang dulu pernah aku kenal ” ” Betul, Pram ?. Apa dari hatimu yang tulus ?, aku jauh – jauh dari LA sengaja ke sini hanya untuk ketemu kamu Pram, 

Meski aku jauh dari Indonesia, namun bayangan kamu tetap hadir di hatiku Pram. Aku kangen sama kamu, boleh aku ketemu, kamu Pram ? ” . ”Tentu, Ir . Sekarang posisimu ada dimana ?, kalau udah di Semarang biar aku jemput saja. Kebetulan hari ini aku nggak ada acara, ” pinta Prima yang masih memiliki perhatian yang lembut kepada cewek yang pernah fade-away sama dia dengan hanya selembar surat ”Biar aku naik taksi aja , makasih sebelumnya Pram, kamu emang cowok yang penuh perhatian dan lembut. Aku tahu persis dirimu lho Pram, aku belum pernah ketemu cowok kaya kamu, betul lho Pram aku ngomong sebenarnya ” seru Anyelir dengan suara yang patah-patah lantaran barangkali ucapan itu emang keluar dari hati yang paling dalam. 

”Makasih banget yang kamu ucapin tadi, ya udah gampang nanti kita bicara di rumah Sekarang aku tunggu di rumah ya, ” ” Betul ya Pram , jangan pergi, jangan menghindar Pram Aku serius ingin ketemu kamu ” ” Sifat kaya gitu nggak bakalan ada di hatiku, udah ya tutup aja telepon ini, aku tunggu kamu di rumah. Met ketemu lagi ya Ir ”. Prima segera menutup telepon itu, 

Lantaran jantungnya berdegup keras, sekeras duat ahun lalu kala Anyelir meninggalkan dia tanpa pesan. Kegalauan hatinya ini bukan karena pertemuannya nanti dengan Anyelir, namun Prmapun tahu acara dengan Sandi bakalan kacau, padahal dia sudah memberikan janji ama Sandi bakalan ngasih happy birthday di Malioboro malam nanti dan mestinya saat ini juga dia harus berangkat menjemput cewek kolokan itu. Apa jadinya bila dia ngaak nepatin janjinya itu, bisa-biasa terjadi kiamat 2012. Makanya kini Primapun harus jujur berkata apa adanya terhadap Anyelir, meski diapun tahu bakalan membuat luka hati Anyelir. Pintu belakang taksi kini terbuka sudah, tak lama keluarlah Anyelir bersama Madam Ivon temen Anyelir dari Paman Sam. Kedua remaja inipun kini berpelukan kaya dalam akting sinetron. ”Met ketemu lagi Irna, silakan masuk saja ”. 

Kedua remaja itu lama berpelukan, terutama Anyelir yang lama baru bisa melepas pelukan itu, lantaran seribu rasa kangen yang lama menggumpal di dalam hatinya. Kini hanya mereka berdua yang ada di berabda depan rumah Prima. Sementara itu Madam Ivon lagi tenggelam asyik bersama-sama dengan Mama dan Papanya Prima lagi punya acara sendiri ke Bandungan. ” Kamu tambah kurus Pram, Ayo dong enjoy. Sambut aku yang dari jauh dengan ceriamu dong. Mana Prima yang dulu amat mesra dan lembut itu, ayo dong ? ” . Anyelir sengaja merapatkan duduknya di samping Prima.

 Namun cowok ganteng itu memang udah nggak kaya dulu lagi. Lantaran janji Anyelir yang hanya di bibir saja. ” Ah biasa aja kok Ir, emang beginilah tampang Prima, sedari dulu juga emang kaya gini, cowok yang nggak punya apa-apa , hanya bisa menerima janji-janji doang “ . ”Aku tahu hatimu Pram, aku memang bersalah meninggalkan kamu setega itu. Namun apa dayaku Pram melawan kemauan Papa dan Mama. Papa ditugaskan ke LA oleh Om William untuk memimpin perusahaannya di sana. Sedangkan aku diminta papa untuk kuliah di sana. Emang saat itu aku kalut sekali Pram . Apalah aku ini bila nggak dekat kamu ” 

Terlihat Anyelir sudah basah matanya menahan kegalauan hatinya. ” Aku juga nggak tahu harus bagaimana saat itu, Seharusnya kamu bisa sms atau kirim email sama aku, Seberapa beratnya sih kirim sms apa email ?. Sehingga aku jadi tahu apa arti semua ini ” ” Maksud kamu gimana Pram ? ” ” Seandainya aku harus menunggu kamu sampai kamu balik ke Indonesia, sampai studi kamu berhasil akupun sanggup menunggu,. Tapi ya udahlah Ir. Kamu udah menentukan demikian ya udah ” Kini hanya terlihat mata dan pipiAnyelir yang basah penuh air mata, demikian juga hati Prima yang masih merasakan perih lantaran sembilu cinta telah mencabik hatinya. Anyelirpun tidak mampu berbuat apa lagi, kini hanya pelukan mesra kepada cowok yang dikhianatinya sekaligus diharapkan cintanya lagi. Lama Anyelir berada di pelukan Prima, sehingga pipi Prima kini hanya dipenuhi air mata Anyelir. Setelah kembali Anyelir menemukan hatinya lagi, maka dilepaskanya pelukannya itu, sementara Primapun masih terlihat diam membujur. 

” Inilah lemahnya seorang wanita , apalagi menghadapi papa yang sikapnya keras ” ” Emangnya kamu diapain ? ” ” Papa dan Mama minta aku untuk hidup bersama dengan Om Chandra, bawahan Papa yang juga ngikut kita ke LA. Meskpun dia tak kurang suatu apapun, namun hanya kamu yang singgah di hatiku hingga kini, Pram ! ” 

” Kasihan dia dong kamu tinggalkan , jangan sakiti dia seperti kamu nyakiti aku dulu, Ir ” ” Teganya kamu bilang begitu Pram. Apa dah nggak ada lagi hatimu ? ” ” Aku juga tahu perasaanmu Ir, tapi kamu juga harus tahu betapa goncangnya diriku saat kamu tinggalkan, berhari-hari tak secuil nasipun masuk ke prutku, hingga aku sakit Sejak kita duduk di bangku SMP kita sudah saling dekat. Tujuh tahun kita selalu bersama, tapi kamu tinggalkan begitu saja, hanya selembar surat perpisahan yang kamu pinta sendiri. 

Sampai mama dan papa membawaku kerumah sakit agar aku sembuh, Saat itu datanglah Sandi yang mendampingiku, aku tahu dah lama dia ingin dekat aku, tapi aku selalu milih kamu ” Terdengar isak tangis memenuhi ruang beranda itu yang kini dipagut kisah cinta dua remaja yang saling harus mengerti arti saling memahami satu sama lain. 

Keduanya kini hanya terdiam , masing-masing kini dililit lamunan yang membawa mereka ke angan masing-masing. ” Pram, ajak aku kemana aja untuk ber-happy ending bareng kamu, sebelum aku balik ke Jakarta. Barangkali ini untuk perpisahan kita. Kan dua tahun lalu aku nggak sempat ngucapin perpisahan sama kamu. Kamu mau kan ?, kamu masih seperti Pram yang dulu kan ? ” Pinta Anyelir dengan mata sayu seakan meminta Prima menuruti kemauannya. ”Aku memang Prima yang masih seperti dulu, sahabatmu. Tapi aku nggak mau meluikai hati dia. Sekarang nggak ada lagi yang aku miliki selain dia. Maafin aku ya Ir. Sungguh berat memang yang namanya perpisahan, tapi aku harus gimana lagi ?.

 Kamu cantik lho Ir, aku yakin kamu akan mudah mencari penggantiku ’Aku ., ya udah Pram. Semoga Tuhan Mempertemukan aku lagi, Boleh aku mengajukan permintaan Pram ? ” ” Akukan sahabatmu, kenapa enggak ” ”Aku akan mengucapkan met ultah untukmu diamanapun aku berada, sebagai penebus atas kesalahan aku sama kamu. Dan sebuah pertemuan yang indah untuku. Meski engkau telah bersanding dengan Sandi, aku tak perduli. Bolehkah Pram ? ”


 ” Tentu saja Ir, akupun akan selalu menunjungimu dimanapun kamu berada bila nanti aku ke Jakarta, Asal kamu tetap memberiku alamat ” Kedua remaja itupun kini kembali berpelukan entah untuk yang terakhir kali. Yang jelas dalam hati kedua remaja tersebut sebenarnya masih ada benih cinta, namun karena kedua saling menyayangi dan saling mambahagiakan, maka merekapun kini saling mengambil jalan sendiri-sendiri.. 

Malam di Kota Semarang kini menjadi saksi terjalinya benih cinta antar Sandi dan Prima. Meski kedatangan Prima ke rumah Sandi terlambat, namun Sandipun menerima alasan demi mereka berdua. Kini mereka bermandikan cahaya warna-warni kembang api tahun baru.